Halo para readers....semoga suka ya sama ceritanya hehehe....Jangan lupa kasi vote dan follow ya :) selamat membaca....
"Ting" nada pesan masuk di ponselku berbunyi. Kulihat isi pesan tersebut dari Lucien.
***Lucien:
Apakah besok kita akan menginap?
Aku:
Entahlah tapi bawa saja persiapan karena tempat acaranya jauh.
Lucien:
Ok, jam berapa kita berangkat
Aku:
Jam 7 pagi saja bagaimana?
Lucien:
Ok see u tomorrow*** :)
Aku meletakkan ponselku di sebelahku dan melanjutkan aktifitasku menyiapkan pakaian untuk acara besok.
Keesokan harinya saat aku sedang menikmati sarapan sambil membaca komik di aplikasi komik kesayanganku, tiba-tiba...Lucien is calling begitulah yang tertera di layar ponselku. Langsung saja kuangkat telpon dari Lucien itu. Dan betapa terkejutnya aku ketika dia mengatakan bahwa sudah di depan, kulihat jam di ponselku masih menunjukkan jam 06.30.
Dengan tergesa aku berlari keluar membuka pintu gerbang untuk menyuruh Lucien masuk.
"Kenapa kamu datang pagi sekali?" tanyaku heran dan seketika aku terbelalak melihat pakaian yang ia kenakan. Bagaimana tidak, ternyata dia menggunakan kemeja yang memiliki warna senada dengan dress sakralku disertai dengan celana jeans dan sepatu semi formal yang membuatnya memperlihatkan kesempurnaan tubuhnya. Bagiku, ini terlihat seperti kami adalah pasangan yang akan menghadiri acara pernikahan teman.
"Wow...sempurna" katanya mengabaikan pertanyaanku dan menatapku dengan intens dari kepala sampai kaki.
"Eh...kamu kenapa datangnya pagi sekali?" tanyaku lagi karena sudah tersadar dari keterpesonaanku padanya.
"Eeehhhmm...aku ingin sarapan bersamamu" jawabnya santai sambil menunjukkan gelas bertuliskan starbuck yang sudah bisa kutebak isinya adalah kopi dan memberiku sekotak kue yang terlihat sangat lezat.
"What???apa yang terjadi padamu hari ini sehingga ingin sarapan bersamaku??"tanyaku heran sembari mengambil sekotak kue yang dia berikan.
"Ya hanya ingin saja, apakah tidak boleh?" tanya Lucien lagi sambil tersenyum.
"Apa kamu sudah mulai tertarik padaku Cien???" ucapku menggoda.
"Sepertinya aku sudah mulai tertarik padamu ketika menabrakmu dulu" ujarnya balik menggodaku.
"Sepertinya sekarang kamu jadi semakin suka menggodaku ya?" ucapku berusaha santai padahal jantungku sudah marathon sejak melihatnya berdiri di depan pintu gerbangku.
"Mungkin mulai sekarang itu akan menjadi hobiku" ucapnya masih tetap tersenyum menggoda.
Aku langsung terdiam dan merona mendengarnya mengatakan hal itu. "Aduuh...dia salah minum obatkah?kenapa sekarang dia malah jadi suka menggodaku???tapi aku suka hehehe, ini kemajuan untuk mendapatkan target" batinku senang.
Setelah menyelesaikan sarapan indahku bersama Lucien, kami berangkat menuju acara pernikahan adik laki-laki Lina. Kemarin aku sudah menanyakan alamat dimana acara itu akan diselenggarakan pada kakak iparku.
*Dalam Perjalanan*
"Sebenarnya rumahmu dimana Jane?" tanya Lucien padaku.
"Nanti juga kamu tahu, kan nanti kita akan mampir ke rumahku juga. Yang jelas rumahku cukup jauh dari tempat acara itu dilaksanakan" ujarku.
"Benarkah?ke tempat acara itu saja memerlukan waktu tempuh kurang lebih 3 jam dan kamu bilang rumahmu cukup jauh dari tempat itu?" tanya Lucien heboh.
"Ya karena tempat acara itu dilaksanakan berbeda kawasan dengan rumahku meskipun masih sama-sama di wilayah S" jawabku menjelaskan.
Sepanjang perjalanan kami mengobrol dan bercanda tanpa membatasi diri masing-masing seperti dulu. Hubungan kami sekarang bahkan menurutku sudah seperti sepasang kekasih, tetapi aku tak ingin menanyakan hal-hal menyangkut perasaan pada Lucien karena aku masih belum siap dengan perubahan sikapnya jika aku mengatakan bahwa aku sudah jatuh cinta padanya. Terlebih sikapnya yang semakin senang menggodaku membuatku kesulitan untuk mengendalikan perasaanku padanya. Aku hanya bisa menahan perasaanku sendiri untuk sementara ini.
3 jam menempuh perjalanan jauh, akhirnya kami sampai di acara pernikahan adik laki-laki Lina. Setelah memarkir mobil Maserati Alfieri hitam milik Lucien, kami keluar dan berjalan menuju gedung tempat dilaksanakannya acara. Semua mata memandangi kami ketika turun dari mobil mewah tersebut. Aku sendiri tidak menyangka Lucien akan membawa maseratinya untuk hadir di acara seperti ini karena menurutku itu akan sedikit mencolok. Dan benar saja bukan??? semua orang jadi memandangi kami setelah turun dari mobil itu. Untung saja aku sudah terbiasa dipandangi oleh orang-orang di sekitarku jadi aku tidak memperdulikannya.
Kulihat kakak laki-lakiku sedang berdiri menyambut tamu undangan di depan pintu masuk gedung dan kami berjalan menghampirinya.
"Hei brother..."sapaku tersenyum. "Jane, kamu datang?" tanya kakakku terkejut akan kedatanganku.
Dengan menaikkan sebelah alisku, aku berkata "huh???kemarin aku kan sudah menelpon untuk menanyakan dimana acara ini digelar pada Kak Lina, kenapa kakak jadi terkejut dengan kedatanganku?"
"Ah...aku hanya tidak menyangka kamu akan datang" jawab kakakku kikuk.
"Tentu saja aku harus datang di hari yang indah ini kak" kataku sambil tersenyum.
"Kamu datang bersamanya?" tanya kakakku lagi sambil menunjuk Lucien.
"Yaps...dia..." ucapanku terpotong karena mendengar suara teriakan yang aku tahu siapa pemilik suara tersebut.
"Jane!!!" teriak kakak iparku Lina yang berhasil membuat semua orang melihat ke arahnya.
Aku memutar bola mataku melihat tingkahnya seperti itu. Dengan tergesa Lina menghampiriku dan mulai berceloteh heboh.
"Jane kamu tidak bilang akan datang"ujarnya sok lembut.
"Kemarin kan aku menelpon menanyakan alamat dimana acara ini akan dilaksanakan, kenapa kalian tidak ada yang peka jika aku akan datang?" ucapku datar tapi masih mempertahankan senyumanku.
"Oh...oh...siapa laki-laki tampan disebelahmu itu?" tanya Lina mulai genit terhadap Lucien.
Tingkahnya yang seperti inilah paling aku benci dari Lina karena dia selalu saja genit tiap melihat laki-laki tampan. Bahkan dulu pernah ketika kami sedang membeli ponsel, dengan terang-terangan dia menggoda pelayan laki-laki di toko tersebut di depan kakakku. Dan bodohnya lagi kakakku hanya diam saja melihat tingkah istrinya seperti itu.
"Oh ya...kenalkan dia..." ucapku tiba-tiba terpotong.
"Lucien...kekasih Jane" ujar Lucien yang tiba-tiba memotong ucapanku sambil memeluk pinggangku.
Aku yang terkejut menatap tak percaya pada Lucien karena tiba-tiba tanpa diminta dia secara sukarela berpura-pura menjadi kekasihku di depan keluargaku.
"Huh kekasih Jane???kamu tidak pernah bilang jika punya kekasih Jane" ujar Lina menatapku dengan sedikit kesal.
"Ah ya...baru mau ku kenalkan hari ini pada kalian dan mama papa" ucapku cepat tapi tetap masih tersenyum.
"Mama sama papa dimana kak???aku ingin menemui mereka" tanyaku pada kakakku.
"Mereka ada di dalam, kamu cari-cari saja di dalam Jane" ujar kakakku.
Aku dan Lucien melenggang pergi meninggalkan kakakku dan istrinya yang masih syok dengan kejadian barusan.
Bisa kulihat dengan jelas ekspresi terkejut sekaligus kesal masih bertengger indah di wajah kakak iparku sehingga membuatku tersenyum puas.
"Apa kamu puas Jane???" tanya Lucien tiba-tiba.
"Tentu aku puas, terimakasih atas bantuanmu. Tetapi kenapa kamu melakukannya tiba-tiba???kenapa kamu tidak mengatakan padaku lebih dulu?" cecarku pada Lucien sehingga berhasil membuatnya menghela napas panjang.
"Aku hanya tidak suka dengan tingkah genit wanita itu, terlebih lagi dia pernah kudengar meremehkanmu di telpon waktu itu" ucap Lucien tulus.
"Apa ini artinya kamu peduli padaku" tanyaku spontan padanya.
"Tentu saja kamu adalah wanita yang bisa membuatku merasa nyaman" ujarnya lembut.
Aku melihat Lucien lama dan berpikir "apa dia sadar dengan apa yang dikatakannya barusan???Oh Tuhan aku benar-benar bahagia"
Setelah beberapa menit mencari keberadaan orang tuaku, akhirnya aku menemukan mereka dan menghampirinya.
"Halo mom and dad..." ucapku heboh sambil memeluk kedua orang tuaku secara bergilir.
"Jane...kamu sama siapa ke sini nak?" tanya mama padaku dengan khawatir.
"Bersamanya..." ucapku sambil menunjuk Lucien. Aku tahu orang tuaku pasti bertanya-tanya siapa laki-laki di sebelahku ini.
"Kenalkan ma...pa...ini Lucien dia..." lagi-lagi Lucien memotong ucapanku.
"Saya kekasih Jane Om...Tante" ujarnya dengan senyum manis terukir di bibirnya sambil menyalami kedua orang tuaku. Aku yang melihat hal tersebut tentu saja terbelalak tak percaya. Bukan karena dia mengatakan sebagai kekasihku, tetapi lebih syok dengan tingkahnya yang menyalami kedua orang tuaku dengan santun seolah dia benar-benar kekasihku.
"Dia benar-benar membuatku gila" batinku frustasi bercampur senang.
"Oh benarkah?Jane tidak pernah mengatakan jika dia memiliki kekasih" ucap mama menatapku curiga.
"Ya kami baru beberapa minggu berpacaran tante" dusta Lucien.
"Kamu laki-laki yang cukup tampan" kata ayahku sambil memperhatikan Lucien dari atas sampai bawah.
"Terimakasih pujiannya om, om juga laki-laki yang tampan dan gagah" ucap Lucien ramah.
"Ayo-ayo kita duduk di sini kami ingin mengobrol dengan kalian" ujar mama yang mengarahkan aku dan Lucien ke sebuah meja kosong.
Aku dan Lucien asyik mengobrol dengan orang tuaku, Lucien terlihat sangat menikmati obrolannya dengan orang tuaku. Karena merasa lapar aku berinisiatif untuk mengambil beberapa makanan kecil.
"Aku ingin mengambil beberapa makanan kecil dan minuman, kamu mau aku sekalian ambilin gak?" tanyaku pada Lucien.
"Just takes what you want...and I'll eat that" ucap Lucien mesra padaku yang berhasil membuatku merona dan jantungku marathon lagi.
Orang tuaku yang melihat itu hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala. Aku berjalan ke arah makanan-makanan kecil dan minuman diletakkan. Kuambil beberapa makanan kecil yang aku suka dan 2 air mineral karena aku dan Lucien sama-sama tidak menyukai minuman bersoda. Aku kembali ke tempat dudukku bersama Lucien dan orang tuaku. Setelah menghabiskan makanan dan minumanku, aku dan Lucien beranjak dari tempat duduk untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai.
"Ma aku sama Lucien mau ngucapin selamat dulu ya ke kedua mempelai" ucapku pada mama sambil beranjak.
"Oh iya...iya kamu belum ngucapin ya ke mempelainya, sana ucapin dulu" suruh mama.
Aku dan Lucien berjalan ke arah kedua mempelai dan mengucapkan selamat kepada mereka.
"Hai Don...selamat ya atas pernikahan kalian" ujarku pada Doni adik laki-laki Lina.
"Oh iya terimakasih Jane...eehhhmmm bodymu itu masih saja seperti dulu." ucap Doni mulai genit dan menatapku naik turun.
"Oh terimakasih atas pujianmu, tentu saja masih tetap sama, itu karena aku selalu menjaga dan merawat pemberian Tuhan padaku" ucapku tenang dengan masih tersenyum.
"Ngomong-ngomong kamu datang bersamanya?" ujar Doni sambil menunjuk Lucien.
"Ya kami datang bersama, apa ada masalah jika seorang kekasih mengantarkan kekasihnya?" sahut Lucien dingin
"Kamu tidak memperkenalkan aku pada istrimu Don?" tanyaku pada Doni.
"Ah ya kenalkan ini istriku Eva, dan sayang ini adik perempuan dari kakak iparku namanya Jane" ucap Doni memperkenalkan aku kepada istrinya, serta mengabaikan ucapan Lucien.
"Hai Eva senang bertemu denganmu" sapaku ramah. "Oh senang juga bertemu denganmu Jane" sahut Eva tak kalah ramah.
"Waaahh.....Jane aku tidak menyangka kamu ternyata masih tertarik dengan laki-laki" ucap Doni mulai memprovokasiku.
"Ah tentu saja aku masih tertarik dengan laki-laki apalagi jika laki-laki tampan seperti kekasihku ini. Aku itu hanya tidak tertarik pada laki-laki buaya seperti seseorang" ujarku membalas ucapan Doni.
"Oh dan lagi tolong kamu jaga istrimu baik-baik karena dari tadi dia terus memperhatikan kekasihku seperti dia tertarik padanya. Kalian berdua memang pasangan yang serasi" imbuhku sarkas dengan senyuman masih terpasang di wajahku.
"Sudahlah Jane kamu harus menjaga sopan santunmu, jangan malah membuat pengantin baru jadi ingin bercerai" celetuk Lucien yang membuatku tertawa puas dalam hati dan menarikku meninggalkan sang pengantin baru.
Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Doni yang dengan berani menggodaku di depan istrinya seperti itu, dan lagi mata sang istri tak pernah lepas sedikit pun dari Lucien. Benar-benar membuatku ingin merusak acara pernikahan yang aku yakin biayanya ditanggung oleh kakakku.
Lina dan Doni tak diragukan lagi memang saudara karena tingkah mereka sama persis hanya berbeda jenis kelamin saja. Aku tidak mengerti dengan sikap kakakku yang selalu membela istrinya, apakah itu karena dia terlalu mencintai Lina atau karena dia memang laki-laki bodoh yang tidak peka dengan keadaan.