Sesampainya di apartemen aku sangat terkejut karena motor kesayanganku sudah berada di sana. Kutatap Lucien yang dengan penuh tanya.
*Di Dalam Mobil*
"Apa???" ucap Lucien kebingungan dengan tatapanku.
"Itu...itu motorku sudah selesai diperbaikikah???" tanyaku balik.
"Yaps...tadi saat di jalan Kevin menelpon dan mengatakan jika motormu sudah selesai diperbaiki, karena kita masih di jalan jadi kusuruh saja langsung taruh di apartemenmu" jelas Lucien padaku.
"Terimakasih ya Cien...Heemmm berarti besok kamu gak perlu antar jemput aku lagi..." ujarku dengan nada sedikit kecewa.
"Apa kamu mau aku antar jemput terus???" tanya Lucien.
"Ah...tidak itu akan merepotkanmu" ujarku gugup.
"Baiklah jika itu maumu" jawabnya pasrah.
"Apa kamu mau singgah dulu???" tanyaku untuk menutupi kekecewaan karena tahu kenyataan bahwa aku tak bisa dekat dengan Lucien lagi.
"Hari ini kurasa tidak Jane. Aku sangat lelah dan ingin segera istirahat" ujarnya santai.
"Baiklah aku turun dulu ya. Terimakasih sudah menemaniku dan membayar biaya perbaikan motornya.
Aku hendak turun dari mobil Lucien, tetapi tiba-tiba dia menahan tanganku.
"Jane...apa kamu lupa sesuatu???" tanyanya padaku.
"Oh ya tas pakaianku masih di bagasi mobilmu hehehe nanti pas turun tolong dibuka ya bagasinya agar aku bisa ambil tas pakaianku" ujarku polos sambil menepuk jidat.
"Bukan itu yang kumaksud Jane" ucapnya lagi dan berhasil membuatku bingung.
"Huh???lalu apa???"tanyaku lagi.
"Where's my kiss???" katanya santai sehingga membuatku terlonjak kaget.
"Ah...eeeehhhmmm apa kamu benar-benar suka berciuman denganku Cien???" tanyaku lagi dengan jantungku sudah maratahon.
"Ya aku sangat menyukainya...apakah tidak boleh???" katanya sedikit kecewa.
"Eeehhhmmm...maksudku bukan tidak boleh hanya saja kita sedang tidak dalam hubungan yang romantis, jadi rasanya aneh saja bagiku" ucapku mulai modus.
"Tidak bisakah kita berciuman saja tanpa harus memikirkan yang lainnya Jane???" tanyanya seolah sedang menguji pengendalian diriku.
"Jika kamu memang ingin ciumanku, langsung lakukan saja tanpa perlu ijin lagi dariku karena aku merasa sangat malu jika kamu menanyakan hal seperti itu" cerocosku dengan wajah yang sudah semerah tomat.
Dengan cepat Lucien langsung menangkup wajahku dan mencium bibirku dengan lembut. Kunikmati permainan Lucien pada bibirku karena ciuman kali ini adalah ciuman tanpa nafsu. Meski begitu tetap saja jantungku tidak bisa diajak kompromi.
"Aku sangat menyukai bibirmu Jane, ini pertama kalinya bagiku merasakan bibir seseorang" ucap Lucien sambil tersenyum puas.
"Sebelumnya aku tidak pernah merasa tertarik untuk berciuman dengan orang lain, tetapi saat bersamamu aku sungguh merasa tertarik untuk melakukannya" imbuhnya lagi dengan senyuman tetap bertengger di bibirnya.
"Aku...aku...masuk dulu" ujarku gugup dengan wajah yang masih merah.
Aku bergegas turun dari mobil Lucien dan masuk ke apartemenku karena tidak ingin mendengarnya mengucapkan kata-kata yang bisa membuatku salah paham.
Keesokan harinya aku dengan santai menikmati sarapanku sambil membaca komik favoritku. Tiba-tiba ponselku berdering, kulihat nama Lucien is calling. Dengan penasaran kuangkat telpon Lucien tersebut.
Jane:
"Ya halo..."
Lucien:
"Jane aku sudah di depan apartemenmu, bisakah kamu buka gerbangnya?"
Jane:
"Huh???oke-oke aku segera ke sana."
Lucien:
"Oke"
Dengan tergesa aku segera membuka gerbang apartemenku. Kulihat dia sudah berdiri di sana dan menungguku, dengan wajah yang kebingungan aku menatapnya dan mempersilahkan dia masuk.
*Di Dalam Apartemen*
"Kenapa kamu tiba-tiba datang sepagi ini Cien???bukankah hari ini kamu tidak menjemputku???"tanyaku bingung sekaligus senang.
"Sudah kebiasaan Jane...entah kenapa sepertinya pikiran dan tubuhku jadi terbiasa bangun pagi, makanya bisa kusimpulkan ini sudah jadi kebiasaan baruku" ujar Lucien polos.
"Eeehhhmmm...tidak bisakah kita terus berangkat bersama Jane???" tanyanya lagi padaku.
"Tentu saja bisa.... yang penting itu tidak membuatmu repot Cien" ucapku senang.
"Baiklah jika seperti itu mulai sekarang meskipun motormu sudah selesai diperbaiki, aku akan tetap mengantar jemputmu, oke???"tanya Lucien padaku meminta persetujuan.
Dengan senang hati tentu saja aku mengatakan "Ya" diiringi dengan anggukkan kepalaku. Semalam aku sudah sangat sedih karena mengingat tak akan bisa bersamanya lagi tiap hari, tetapi sekarang dia mengatakan hal seperti itu padaku tentu saja membuatku sangat senang sampai ke langit ketujuh.
"Apa kamu sudah menyelesaikan sarapanmu???" tanya Lucien lagi dan aku pun segera menghabiskannya.
"Ayo kita berangkat sekarang!!!" ucapku semangat dan ditertawakan oleh Lucien.
"Kamu seperti ABG saja Jane hahaha" ujarnya sambil tertawa.
"Biarin aja...walaupun umurku sudah bisa dibilang tidak muda lagi tetapi jiwaku masih bebas seperti anak ABG" sahutku percaya diri.
"Apalagi aku ini kan imut-imut, tak akan ada orang yang tahu aku adalah seorang wanita 29 tahun jika aku tidak memberitahu umurku pada mereka hahahaha" imbuhku lagi.
"Kamu percaya diri sekali Jane" ujar Lucien sambil geleng-geleng kepala.
*Di Dalam Mobil*
"Apakah kamu sudah sarapan???jangan bilang jika kamu belum sarapan" ujarku pada Lucien yang tiba-tiba lupa dengan kebiasaan Lucien yang selalu membeli sarapan di starbuck.
"Kamu kan tahu kebiasaanku...kenapa masih bertanya lagi..." ujarnya sambil geleng-geleng kepala.
"Ooppss...iya maaf aku lupa kamu kan selalu beli sarapan di starbuck kalau berangkat sepagi ini" ujarku polos.
Beberapa saat kemudian sampailah aku di tempat kerjaku yaitu sebuah hotel tidak berbintang tetapi bisa membuatku sangat nyaman bekerja di sana. Kuakui gaji yang diberikan pihak hotel tidak banyak, tetapi aku sudah sangat nyaman bekerja di tempat kerjaku saat ini sehingga tidak memiliki niat untuk mengundurkan diri.
"Terimakasih my boss sudah bersedia direpotkan..."ucapku kegirangan.
"Kamu sepertinya sangat gembira ya..."ucap Lucien sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Tentu saja aku sangat gembira karena kamu rela direpotkan olehku hahahaha" ujarku polos sekaligus modus.
"Ya...ya...bergembiralah" ujarnya sambil tersenyum.
"Aku turun dulu ya" ucapku sambil menarik baju Lucien dan mengecup bibirnya. Kulihat Lucien sangat senang dengan tingkahku yang seperti itu.
"Oke sampai nanti" ujarnya sambil mengelus kepalaku.
Kulihat mobil Honda Civic Turbo Hitam Lucien meninggalkan hotel tempatku bekerja. Aku bergegas berjalan menuju ruang kerjaku. Kulihat meja Elsa masih kosong menandakan sang pemilik belum datang. Tak lama kemudian Elsa datang dan menatapku dengan rasa penasaran.
"Apa???jika kamu ingin bertanya, tanya saja..."kataku pada Elsa dan berhasil membuat Elsa menghampiriku.
"Apa yang sudah terjadi padamu???"tanya Elsa menyelidik.
"Ya...bisa kamu lihat dari ekspresiku" sahutku dengan masih tersenyum.
"Ya...ya...dari ekspresimu sepertinya ada hal bagus yang terjadi" ujar Elsa.
"Tentu saja...bahkan banyak hal bagus yang sudah terjadi" ucapku masih tersenyum.
"Ayolah Jane ceritakan padaku hhhmmm..." ujar Elsa memohon dengan puppy eyesnya.
Aku pun menceritakan semua hal yang terjadi saat acara penikahan adik laki-laki Lina, Lucien menginap di rumahku bahkan kami satu kamar, ciuman panas kami, dan kebiasaan Lucien yang baru yaitu mengantar jemputku kerja. Elsa sangat antusias mendengar cerita-ceritaku itu.
"Wwwwaaahhh...hubunganmu sudah banyak kemajuan Jane" kata Elsa ikut senang.
"Ya...aku harap akan terus maju Sa" ucapku antusias dan berharap.
"Apa ini artinya kalian sudah berkencan???" tanya Elsa.
"Belum kami ingin menjalani ini secara perlahan" sahutku datar.
"Kenapa???kalian bahkan sudah tidur bersama dan ciuman" ujar Elsa heboh.
"Ada sesuatu yang tak bisa kuceritakan padamu Sa, tolong hanya dukung apa yang aku lakukan saja, oke???" kataku lembut pada Elsa.
"Ya tentu aku akan selalu mendukungmu Jane yang penting kamu bahagia" ucap Elsa lembut sembari memelukku.
Inilah yang paling kusukai dari Elsa, dia selalu memahami aku dan tak banyak bertanya jika aku sudah mengatakan "ada sesuatu yang tak bisa kuceritakan padamu" padanya. Dia adalah sosok sahabat yang selalu berharap aku bahagia, dia bahkan tega memusuhi kakaknya sendiri ketika kakaknya sudah memiliki kekasih baru. Aku tahu hal tersebut karena dia yang secara tidak sengaja mengatakannya, sungguh sahabat yang sangat baik bukan???meskipun orang lain selalu mengatakan bahwa dia adalah perempuan yang liar dan tidak baik aku tak peduli karena bagiku aku juga bukanlah perempuan yang baik.
Menurutku baik tidaknya seseorang hanya diketahui oleh orang-orang yang benar-benar dekat dengannya, kita tidak bisa hanya melihat sesuatu dari sampulnya saja. Maka dari itu ada istilah yang mengatakan "Don't Judge People From Their Cover" bukan???