Chereads / UNPERFECT COUPLE / Chapter 15 - 15. Surprise

Chapter 15 - 15. Surprise

Beberapa bulan sudah berlalu, hubunganku dan Lucien tentu saja menjadi semakin dekat bahkan aku jadi lebih sering main ke rumahnya ketika aku bosan.

Hari Minggu pagi seperti biasa aku libur dan memulai aktivitas liburku di apartemen kecilku. Tidak kusangka aku bangun lebih pagi dari biasanya sehingga membuat aktivitas beberes apartemenku selesai lebih  cepat. Kupandangi jam di ponselku dan masih menunjukkan pukul 08.30. Kebosanan mulai merasuk ke dalam diriku, ya kuakui aku memang adalah tipe orang yang mudah bosan.

Kucoba mengetik pesan kepada Lucien untuk menghilangkan rasa bosanku, karena jika sudah menyangkut tentang Lucien aku tidak akan pernah merasa bosan.

Jane:

Cien apakah hari ini kamu libur???

Lucien:

Tentu saja...kamu menanyakan sesuatu yang sudah jelas. Kenapa???

Jane:

Apakah aku boleh ke rumahmu???aku sangat bosan sekarang.

Lucien:

Tentu...datanglah :)

Jane:

Oke, aku segera ke sana.

Aku pergi ke rumah Lucien dengan pakaian santaiku yaitu hotpants katun berwarna coklat dan atasan t-shirt hitam bergambar pikachu. Aku mengambil tas gendong kecilku dan memasukkan ponselku ke sana. Kuraih kunci motorku yang ada di atas meja dan segera meluncur ke rumah Lucien. Tidak lupa sebelum pergi aku memakai jaket hitam kesayanganku.

Sesampainya di gerbang mewah rumah Lucien, kutekan bel rumahnya dan pintu gerbang itu terbuka secara otomatis. Tentu saja segera kuluncurkan motorku ke garasi mobil Lucien. Motorku menjadi satu-satunya motor yang ada di garasi mobil Lucien, sungguh pemanangan yang unik bukan???

*Di Dalam Rumah Lucien*

"Cien kamu dimana???"teriakku di rumah besar berdinding kaca itu.

Bi Ani ART Lucien yang mendengar teriakanku tentu saja geleng-geleng kepala karena sebelumnya dia sudah memberitahuku posisi keberadaan Lucien.

"Di ruang keluarga" ujarnya datar. Aku bergegas berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Lucien.

"Hai...apa yang sedang kamu lakukan???" tanyaku pura-pura penasaran padahal aku sudah tahu sebenarnya dia sedang bermain PS.

"Tidakkah kamu melihatnya sendiri???" ujarnya datar karena masih fokus dengan permainannya.

"Hehehe kan basa basi" ucapku santai dan dia melirikku dengan lirikan yang tak bisa kuartikan.

"Tunggu sebentar, aku selesaikan ini dulu" ucapnya singkat. Aku hanya menganggukkan kepala untuk menanggapi permintaannya.

Bi Ani datang membawakan beberapa makanan kecil dan minuman. Tanpa aba-aba dari sang pemilik rumah langsung saja aku mengambil makanan itu dan memasukkannya ke mulutku. Sungguh tidak tahu malu bukan??? jangan salahkan aku yang bertingkah seperti ini di rumah Lucien karena dia sudah mengatakan padaku jika aku bermain ke rumahnya "anggap saja rumah ini seperti rumahmu sendiri jadi jangan sungkan".

Kulihat Lucien berhasil memenangkan permainannya dan melihat ke arahku yang tengah asyik mengunyah makanan.

"Apakah enak???" tanyanya padaku.

"Tentu saja" jawabku sambil menganggukkan kepalaku. Dia juga mengambil makanan yang sudah dibawakan oleh Bi Ani tadi.

"Jane ayo kita main" ujarnya sambil mengunyah makanan.

"Oke" jawabku sambil mengelap tanganku yang terkena remahan makanan menggunakan tisu.

Akhirnya kami bermain PS sampai sore dan aku pun merasa mengantuk.

"Cien aku ngantuk, pinjam kamarmu ya..."ucapku padanya.

"Ya pakai saja" ucapnya santai dan masih fokus bermain dengan PSnya.

Aku berjalan ke kamar Lucien dan merebahkan diriku di atas kasur king size milik Lucien yang terasa sangat nyaman itu. Kupejamkan mataku, namun saat aku akan terlelap Lucien datang dan duduk dengan posisi menyenderkan punggungnya di kepala tempat tidur sambil membaca buku. Aku tak peduli dengan yang dilakukannya karena mataku sudah sangat mengantuk. Tak berapa lama kemudian aku pun mulai memasuki alam mimpi.

Ku dengar sayup-sayup langkah kaki menuju kamar Lucien dan ku dengar pula suara keterkejutan seorang gadis sehingga berhasil membuatku terbangun. Dengan posisi nyawaku belum terkumpul semua karena sangat kaget dengan teriakan gadis itu, kurasa tampangku sekarang sudah seperti orang bodoh.

"Ka...ka...mu siapa???" tanya gadis itu padaku.

Aku yang masih belum sadar sepenuhnya hanya menjawab "Huh???"

"Mama Kak Lucien menyembunyikan seorang wanita di kamarnya" teriak gadis itu. Ku dengar langkah kaki yang sangat tergesa datang menuju kamar Lucien.

"Anna kenapa kamu mengganggunya tidur???" tanya Lucien polos pada gadis itu.

"A..a..aku hanya terkejut kak, jadi tidak sengaja membuatnya terbangun. Maafkan aku sudah membangunkanmu...." ujarnya menggantung karena dia tak mengetahui namaku.

"Jane...panggil saja aku Jane" ucapku ramah pada gadis yang kurasa adalah adik perempuan Lucien ini.

"Oh My God Lucien ternyata kamu tadi bilang sedang di kamar itu maksudnya sedang tidur dengan wanita ini ya???" tanya seorang wanita yang kuperkirakan usianya sudah diakhir 40an tetapi masih memiliki wajah yang sangat cantik itu. Dan kurasa wanita itu adalah mamanya Lucien.

"Apa yang akan terjadi padaku???apakah aku akan diusir dari sini seperti yang ada di drama-drama???apa mama Lucien akan memberikanku uang untuk meninggalkan putranya karena derajat kita berbeda???apa yang harus kulakukan???eits...tunggu dulu kenapa harus takut??aku kan tidak dalam hubungan yang romantis dengan Lucien..." panikku dalam hati.

"Aku tadi sedang membaca di kamar ma dan dia hanya tidur di sebelahku saja" ujar Lucien santai.

"Benarkah???tidak lebih???Ah...mama tidak menyangka akhirnya kamu bisa dekat dengan wanita selain mama dan adikmu...mama bahagia sekali..."ujar mamanya senang yang berhasil mematahkan pikiran burukku.

"Eeehhmmm...halo tante maaf sudah membuat terkejut" ucapku canggung.

"Tidak apa-apa kok...namamu Jane kan???tadi tante dengar saat kamu kenalan dengan Anna" kata mama Lucien ramah.

"Hai Kak Jane aku Anna...adik Kak Lucien" ucap gadis yang bernama Anna itu ramah.

Setelah kehebohan tersebut kami berempat ke ruang keluarga untuk mengobrol. Terlihat Lucien sangat asyik mengobrol dengan mamanya melepas kerinduan yang selama ini tertahankan. Bosan karena semua orang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, kubaca komik kesukaanku yaitu Noblese. Saat tengah asyik dengan duniaku, tanpa sadar Anna yang ada di sebelahku ternyata mengintip apa yang sedang kubaca.

"Kak Jane suka Noblese???" tanya Anna terlihat antusias.

"Ya tentu saja...ini adalah komik favoritku" ucapku antusias juga.

"Frankenstein" ucap Anna dengan mata berbinar.

"Cadis Etrama Di Raizel" balasku dan berhasil membuat kehebohan antara aku dan Anna. Lucien dan mamanya menatap kami heran.

"Kalian kenapa heboh sekali???" tanya Lucien heran.

"Kak aku tidak menyangka ternyata ada orang lain yang juga sama sepertiku" jawab Anna berbinar.

"Memang kamu kenapa Anna???" tanya mamanya.

"Ah...mama tidak mengerti akhirnya aku menemukan belahan jiwaku" ucap Anna ambigu sehingga membuat Mama Lucien dan Lucien bingung.

"Maksudmu kamu sudah menemukan orang yang kamu suka ya???" tanya Lucien polos.

"Kak Lucien tidak mengerti....aku dan Kak Jane adalah belahan jiwa yang baru bersatu" ujar Anna makin ambigu.

"Sudahlah Anna hentikan omongan ambigumu, kamu lihat tante dan Cien jadi bingung seperti itu hahaha" ujarku sambil tertawa.

"Jadi maksudmu apa Anna???" tanya Lucien geram.

"Ah...kak jangan marah dulu dong. Jadi gini aku dan Kak Jane ternyata sama-sama otaku loh hahaha" jawab Anna heboh.

"Oh ya...ya...karena kalian sangat menyukai para manusia 2D" sahut Lucien paham sambil memutar bola matanya.

Mama Lucien hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kami bertiga. Kami berempat akhirnya makan malam bersama di rumah Lucien dengan penuh suka cita.

Tidak kusangka ternyata mama dan adik Lucien sangat ramah. Terlebih aku tahu jika Anna adalah seorang otaku yang gila sama sepertiku. Kuakui tidak mudah hidup sebagai otaku karena banyak orang di luar sana menganggap kami aneh, makanya banyak otaku yang tidak mengakui diri mereka otaku karena hal tersebut.

Sangat jarang orang yang bisa memahami otaku sepertiku dan Anna karena menurut mereka pasti kami ini sudah gila. Elsa sahabatku tentu saja tahu sisiku yang otaku ini dan hebatnya dia tidak mempermasalahkan hal itu, baginya kebahagiaanku lebih penting daripada anggapan orang lain padaku.