"Cien...kenapa kamu tadi menghajar laki-laki itu seperti orang kesetanan???" tanyaku ragu-ragu.
"Tentu saja karena dia sudah membuatmu seperti ini makanya dia pantas mendapatkannya bahkan menurutku itu masih kurang" ujar Lucien menahan emosi.
"Ya...tapi kan kamu tetap tidak boleh membunuh meskipun itu untuk membalas perbuatannya padaku" saranku padanya.
"Aku tahu sampai mana batasanku Jane.....aku tak mungkin akan sampai membunuhnya. Aku hanya memberinya pelajaran dan paling-paling cuma mematahkan beberapa tulangnya saja" ucap Lucien santai.
"Apakah harus seperti itu???" tanyaku syok.
"Tentu karena terkadang manusia itu tak akan paham jika hanya diberikan omongan saja, harus disertai dengan tindakan. Terlebih kepada para laki-laki seperti mereka" ucap Lucien pasti.
"Ah...bukankah kamu juga sudah melumpuhkan satu dari mereka bertiga???" tanya Lucien sehingga mengingatkanku pada laki-laki yang masa depannya kutendang.
"Hehehe...itu kan karena aku sudah kepepet Cien" ujarku cengengesan.
Tiba-tiba Lucien memelukku dan mengecup mesra bibirku yang masih terluka. Aku hanya diam saja menikmati kecupan yang diberikan Lucien, jantungku sudah berpacu dengan sangat cepat dan hatiku rasanya sudah ingin meledak.
Kujauhkan bibirku dari bibirnya sehingga dia menatapku dengan penuh tanya.
"Ci..ci..en...aku ingin bertanya padamu apakah boleh???" tanyaku ragu.
"Tentu...bertanyalah" ucapnya santai sambil tersenyum.
"Eeehhhmmm...apa..apakah kamu mulai mencintaiku???" tanyaku penasaran karena sudah tak dapat membendung perasaanku lagi.
"Kamu sangat baik padaku, sangat perhatian, bahkan kita sudah sering berciuman...apakah kamu sama sekali tidak memiliki rasa itu padaku???" imbuhku lagi.
Lucien tentu saja sangat terkejut dengan apa yang aku ucapkan padanya. Dia terdiam sangat lama untuk mencerna semua kata-kata yang aku ucapkan.
"Aku mengerti maksudmu baik padaku karena kamu merasa nyaman bersamaku...tetapi jika kamu terus memperlakukanku seperti sekarang ini maka jangan salahkan aku jatuh cinta padamu. Terlebih dari awal aku memang sudah tertarik padamu, aku ingin memilikimu Cien, aku ingin bersamamu. Menikmati waktu yang indah bersamamu. Jadi apakah kamu sudah mulai mencintaiku???" ucapku panjang lebar mengeluarkan semua perasaan yang sudah tertahan cukup lama pada Lucien.
Lucien tertegun mendengar semua ucapanku itu. Mungkin dia bingung harus menjawab apa karena perasaannya yang belum pasti.
"Entahlah Jane aku tak tahu. Aku tidak menyangka ternyata kamu juga sama saja seperti wanita-wanita yang coba mendekatiku dulu, hanya ingin memilikiku tanpa mau tahu bagaimana perasaanku!!!" ujar Lucien dingin dan berhasil membuat buliran air mataku terjatuh.
Mendengar hal tersebut tentu saja membuat perasaanku hancur lebur. Laki-laki yang selama beberapa bulan ini selalu bersamaku ternyata tidak tahu bagaimana perasaannya padaku dan menganggapku tidak memikirkan perasaannya. Untuk perasaannya yang belum pasti aku masih bisa mengerti tetapi kata-katanya yang menganggapku tidak mengerti perasaannya itu sungguh menyakiti hatiku.
"Lalu bagaimana denganku??? apa kamu memikirkan perasaanku tiap ada di dekatmu???tiap kamu mencium dan memelukku???tiap kamu memberikan perhatianmu padaku, apa kamu memikirkan perasaanku Lucien???" tanyaku penuh emosi diiringi dengan tangisan yang pecah.
"Entahlah" ucapnya singkat dan dingin.
Kecewa???ya tentu saja aku sangat kecewa dan berharap bisa segera pergi meninggalkannya. Aku langsung bangun dari sofanya berbarengan dengan kedatangan Gavin ke rumah Lucien.
"Hai bro aku sudah mengantarkan sahabat Jane...ups apa yang sedang terjadi???" ucap Gavin yang sedikit terkejut dengan suasana tegang diantara aku dan Lucien.
"Gavin bisakah kamu mengantarku pulang???please...." tanyaku pada Gavin.
Gavin yang bingung dengan apa yang sedang terjadi langsung saja mengiyakan keinginanku. Aku meninggalkan rumah Lucien bersama Gavin tanpa ingin melihatnya lagi.
Selama perjalanan ke apartemenku aku terus saja menangis mengingat tiap ucapan Lucien tadi padaku. Apakah aku yang egois???atau dia yang egois???
Gavin tidak menanyakan apapun tentang kejadian di rumah Lucien dan hanya menatapku iba.
"Jane...aku tak tahu apa yang telah terjadi pada kalian tapi kuharap kamu bisa tenangkan dirimu, oke???" bujuk Gavin mencoba menghiburku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil berusaha tersenyum meskipun air mataku tidak dapat diajak kompromi. Sesampainya di apartemenku tidak lupa kuucapkan terimakasih pada Gavin karena telah mengantar dan aku langsung masuk ke dalam apartemenku.
Sepanjang malam aku terus menangis mengingat akan kebersamaan yang sudah kita lalui bersama dan bagaimana semua itu harus berakhir. Padahal kami tidak pernah memulai hubungan yang romantis, kami hanya merasa nyaman dengan kebersamaan kami. Dan bodohnya lagi aku sangat tahu jika Lucien sedang mencoba membuka hatinya untukku, tetapi keegoisan dan keinginankulah yang menyebabkan semuanya harus berakhir.
Keesokan harinya Lucien sama sekali tidak menghubungiku. Dan tentu saja aku berangkat bekerja sendiri dengan mengendarai motorku. Wajah bengkakku tentu saja menjadi perhatian karyawan lain di kantor, tetapi aku tak memusingkan hal itu.
Hal yang lebih kupusingkan adalah bagaimana memperbaiki hubunganku yang telah rusak dengan Lucien???
"Jane apa yang terjadi???" tanya Elsa padaku.
"Lucien menjauh dariku Sa" ucapku kembali menangis.
"Sudah...sudah...jangan nangis lagi Jane, aku yakin jika jodoh kamu dan dia akan kembali lagi" ujar Elsa menghiburku.
"Kami bahkan belum memulai apapun tetapi kenapa rasanya sudah berakhir???" racauku lagi penuh kesedihan.
Elsa memelukku sambil mengusap-usap punggungku agar aku merasa lebih tenang. Dan ternyata itu berhasil menenangkanku dengan sangat baik.
Setelah merasa lebih baik aku mulai menceritakan kebenaran tentang Lucien padanya termasuk masa lalu Lucien. Elsa tidak terkejut mendengarnya karena menurutnya Lucien memang terlihat sangat enggan berada di dekat wanita, kecuali denganku saja dia merasa sangat nyaman.
"Apakah kamu berusaha menghiburku dengan mengatakan itu Sa???" tanyaku santai padanya.
"Tidak Jane...aku yakin dengan pengamatanku dia hanya nyaman ketika bersamamu" ucap Elsa meyakinkan.
"Tetapi dia juga merasa nyaman dengan Gavin dan Victor Sa" sanggahku.
"Oh ayolah Jane...kamu kan orang yang peka aku yakin hatimu pasti mengatakan hal yang sama denganku" kata Elsa meyakinkan lagi.
"Jadi apa yang harus aku lakukan???" tanyaku.
"Apakah otakmu sudah menjadi bodoh karena hal kemarin Jane???" tanya Elsa balik.
"Huh???" tanyaku bingung.
"Tentu saja kamu harus menghubunginya dan minta maaf padanya Jane" ucap Elsa geram.
"Kenapa aku harus minta maaf???aku kan hanya mengungkapkan perasaaku saja" jawabku santai.
"Ya udah terserah kamu aja!!!" ujar Elsa kesal dan meninggalkanku ke mejanya.
Lama kucerna kata-kata Elsa sampai akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi Lucien. Tetapi nomor telpon Lucien tidak aktif.
"Dddeeggg"
Pikiranku mulai melayang ke berbagai kemungkinan mengapa nomor Lucien tidak aktif.
"Apakah dia benar-benar ingin menjauhiku karena hal kemarin??? apakah dia marah padaku???apa dia tidak ingin berhubungan lagi denganku???" batinku kacau.
"Elsa...nomornya tidak aktif...apa yang harus kulakukan???" tanyaku frustasi pada Elsa.
"Tenanglah Jane...bukankah kamu sering ke rumahnya???" tanya Elsa dan berhasil membuatku kegirangan.
"Oh iya...nanti pulang kerja aku akan ke rumahnya" sahutku girang.
"Jane...Jane...otakmu jadi bodoh jika menyangkut Lucien hahaha" ujar Elsa sambil menertawakan kebodohanku.
Sepulang bekerja aku langsung menuju rumah Lucien. Betapa terkejutnya aku ketika di rumah itu hanya ada Bi Ani seorang dan mengatakan bahwa Lucien pergi ke Negara S dan tidak tahu kapan akan kembali.
Ingin rasanya aku menghilang ketika mendengar hal tersebut dan merutuki kesalahanku yang terlalu egois. Dengan gontai aku pulang ke apartemenku.
Setelah membersihkan diri, kuraih salah satu stok jack daniel'sku kemudian minum dengan frustasi merutuki keegoisanku.
Ya aku adalah seorang wanita yang melampiaskan kesedihanku melalui minuman keras, tetapi aku melakukannya hanya di apartemenku saja bukan di luar karena aku merasa lebih nyaman melakukannya di dalam apartemen daripada di luar seperti contoh di club malam misalnya.
Aku menghubungi Elsa agar datang menemaniku. Akhirnya kami berdua minum untuk saling mengeluarkan keluh kesah sampai tertidur sehingga keesokan harinya kami berdua bolos kerja karena tidak bisa bangun akibat terlalu banyak minum.
Kurang sedih ya adegannya???Eehhhmmn padahal author udah buat sesedih mungkin loh hehehe. Penasaran gak gimana kelanjutan hubungan Lucien dan Jane???
Yuk mending langsung next chapter aja :D
Jangan lupa vote dan follow ya readers :*