Kekosongan hati yang telah terisi
Kini hilang menyisakan rindu....
Jane Anderson
3 bulan sudah Lucien pergi tanpa pernah sekali pun menghubungiku. Sudah kulakukan semua hal untuk bisa menghubunginya, dari aku mencari teman dokter Lucien yang pernah mengobatiku saat ditabrak Lucien dan dia hanya berkata tidak tahu. Yang paling bodoh adalah aku tidak pernah menanyakan alamat rumah orang tua Lucien dan tidak meminta nomor ponsel adik atau Mama Lucien saat kami bertemu di rumah Lucien dulu.
Aku bahkan sudah mengirim banyak pesan ke nomor Lucien yang masih kusimpan meskipun aku tahu nomor itu tidak aktif. Sudah berbagai cara kulakukan tetapi tetap saja nihil, ingin menghubungi Gavin???tetapi aku tidak tahu nomornya. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Hari ini entah kenapa aku merasa rindu lagi dengan Lucien. Dadaku mulai terasa sesak karena rindu yang sudah cukup lama tertahan, tetapi tak ada yang bisa kulakukan karena yang mampu mengobatinya berada sangat jauh dan aku tak tahu dia merindukanku atau tidak.
Beberapa saat kemudian Elsa menghampiri meja kerjaku, mungkin aku terlihat seperti orang yang akan menangis. Elsa memang paham betul dengan keadaanku, bahkan disaat aku mengalami sedikit perubahan ekspresi dia sudah langsung menyadarinya padahal aku sudah berusaha untuk menutupinya.
"Jane...kamu merindukannya lagi ya???" tanya Elsa padaku. Ya ini bukanlah pertama kalinya bagiku merindukan Lucien setelah kepergiannya.
"Iya Sa aku benar-benar merindukannya" ucapku jujur.
"Hhheeemmm...ini bahkan sudah 3 bulan dia pergi Jane, sebaiknya kamu move on dari dia" ujar Elsa menyarankan.
"Kamu kan tahu aku bukan tipe yang mudah move on Sa...dulu saat putus dengan kakakmu saja butuh waktu setahun bagiku baru bisa move on" protesku padanya.
"Ya...ya...ya...terserah padamu saja" ucapnya pasrah.
"Seandainya aku bisa seperti kamu yang bisa cepet move on Sa..." kataku berharap.
"Ah...sudahlah jangan bahas ini lagi!!! hari ini kakakku akan menjemputku bersama kekasihnya, bagaimana jika kamu ikut kami nongkrong saja malam ini???" ajak Elsa padaku.
"Eeehhhmmm let me think first..." ucapku sembari berpikir.
"Oh ayolah Jane besok hari Minggu, jika sekarang kamu langsung pulang aku jamin kamu pasti akan menangis lagi karena rindu." keluh Elsa.
"Atau jangan-jangan kamu masih memiliki perasaan pada kakakku ya???" imbuhnya sambil memicingkan mata.
"Oh...come on Sa...kamu lihat aku sedang frustasi karena siapa dan kamu mengatakan aku masih memiliki perasaan pada kakakmu???" tanyaku sambil memutar bola mataku.
"Kalau begitu ayo ikut saja siapa tahu rasa rindumu padanya bisa berkurang" saran Elsa.
"Ya...ya...aku ikut, tetapi aku tidak membawa pakaian ganti dan bagaimana dengan motorku???" ujarku pasrah.
"Kamu tenang saja Jane aku membawakannya untukmu. Dan untuk motormu kamu tinggal di sini saja, hari Senin besok aku akan menjemputmu" ucap Elsa girang.
Ukuran tubuhku dan Elsa memang sama jadi kami sering bertukar baju dan celana, bahkan jika Elsa menginap di apartemenku dia tak pernah membawa pakaian begitupun sebaliknya.
Pukul 16.00 aku dan Elsa ke kamar mandi kantor untuk mengganti pakaian. Pakaian yang dibawakan Elsa untukku adalah sebuah skort pendek warna cokelat dan t-shirt hitam bertuliskan Balenciaga. Sangat cocok ditubuh mungilku tentunya. Selesai ganti pakaian, kami pergi ke parkiran kantor dan menemukan mobil Honda Mobilio abu milik kakak Elsa sudah terparkir di sana.
Elsa langsung menarik tanganku masuk ke dalam mobil kakaknya dan itu membuatku merasa sedikit kurang nyaman karena ini adalah pertama kalinya aku dan Rain bertemu lagi setelah aku tahu dia memiliki kekasih.
"Hai Jane kamu ikut ya???" tanya Rain ramah.
"Ya kak aku yang mengajaknya agar aku tidak jadi obat nyamukmu" sahut Elsa santai.
"Oke...oke...bagaimana kabarmu???" tanya Rain sambil mengemudikan mobilnya.
"Oh baik...bagaimana denganmu???apa pekerjaanmu lancar???" tanyaku balik.
"Lancar kok Jane...oh ya kenalkan ini Lily kekasihku dan Lily ini Jane sahabat adikku sekaligus mantan kekasihku" ucapnya santai dan berhasil membuat Lily sedikit terkejut. Sungguh cara perkenalan yang unik bukan???
"Oh hai aku Jane" sapaku ramah.
"Aku Lily...senang bertemu denganmu Jane" ujar Lily ramah.
Kami berempat mengobrol sepanjang jalan sampai tak terasa sudah sampai di tempat tujuan kami yaitu di Zone Cafe. Setelah memarkir mobil, kami pun turun dan mencari tempat kosong. Seperti biasa mata orang-orang seakan tertarik magnet untuk menatap ke arah kami.
"Sayang kok rasanya semua orang ngeliatin kita ya???" tanya Lily pada Rain.
"Ah...itu pasti gara-gara 2 wanita yang bersama kita ini" jawab Rain santai sambil menunjukku dan Elsa.
"Sudahlah kak jangan terlalu memperdulikan tatapan mereka...anggap aja mereka fans yang sedang menatap idolanya" ujar Elsa santai pada Lily.
"Entah apa yang mereka lihat aku pun tidak tahu" tambahku sambil mengangkat bahu.
"Itu pasti karena kalian berdua terlalu cantik" ucap Lily memuji.
"Bisa jadi..." jawab Elsa percaya diri sehingga membuatku geleng-geleng kepala.
"Oh...di sana ada meja kosong!!!Yuk..ah duduk!!! udah capek nih berdiri" imbuh Elsa sambil menunjuk sebuah meja kosong di dekat jendela cafe dengan jumlah kursi 4 buah. Kami pun berjalan menuju meja kosong tersebut dan mulai mengobrol ria.
Berkat Elsa kali ini aku bisa meredam rasa rinduku dengan baik. Aku sangat dihibur oleh Elsa melalui hal ini dan Lily kekasih Rain juga orang yang sangat supel dalam bergaul. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00, kami akhirnya pulang dan tentu saja mereka mengantarku pulang lebih dulu.
Sesampainya di apartemen aku langsung membersihkan diri dan bergegas menuju kasur empukku karena hari ini aku benar-benar merasa sangat lelah. Tak perlu waktu lama untukku terlelap dan memasuki alam mimpi.
Tiba-tiba ponselku berdering menandakan ada panggilan masuk, dengan setengah tersadar aku mengangkat panggilan tersebut.
"Hhheemmm..."ucapku yang masih sangat mengantuk.
"Jane..." ujar si penelpon.
"Dddeeggg..." aku sangat mengenal suara ini, suara yang sangat kurindukan 3 bulan terakhir ini. Kantukku langsung hilang ketika mendengar suara tersebut.
"Ci...ci...en..."ucapku terbata karena masih tak percaya jika dia menghubungiku.
"Jane aku berada di depan apartemenmu" ucap Lucien padaku sehingga membuatku segera bangun dari tempat tidur dan berlari keluar untuk membuka gerbang.
Betapa terkejutnya aku, ketika melihat orang yang selama ini kucari, orang yang selama ini kurindukan, dan orang yang selama ini kutunggu kedatangannya benar-benar berdiri di depan gerbang apartemenku. Aku benar-benar membeku ketika melihat orang tersebut berdiri diam menatapku dengan tatapan sendunya. Bibirnya mengukir senyuman ketika melihatku bengong tak percaya akan keberadaannya saat ini. Dia datang menghampiriku dan memelukku.
"Aku merindukanmu Jane..."bisiknya padaku. Aku masih membeku ditempatku sampai akhirnya di menyadarkanku dengan tangkupan tangannya di wajahku.
"Jane apa kamu baik-baik saja???" tanyanya padaku. Air mataku langsung keluar membasahi pipiku, aku menangis tersedu melihat dia benar-benar ada di hadapanku. Dipeluknya tubuh mungilku dengan penuh kehangatan.
"Ci...ci...en ma...ma..afkan a..ku" ucapku sesenggukan.
"Tidak Jane aku yang minta maaf karena sudah bersikap seperti itu padamu" ucapnya tulus sehingga membuatku semakin menangis.
"Hei...Jane stop it!!! jangan menangis Jane" ujarnya lembut sambil menghapus air mataku yang berjatuhan di pipi.
Aku memeluknya lagi dengan erat dan membenamkan wajahku di dada bidangnya, menghirup aroma maskulin tubuhnya yang selalu kurindukan. Dia membelai-belai punggungku mencoba menenangkan.
Setelah kurasa cukup tenang, kucoba menatap matanya dalam-dalam. "Cien...aku juga merindukanmu" ucapku tulus padanya. Dia mengeratkan pelukannya padaku sampai aku sedikit kesulitan bernapas.
"Ci..ci..en aku tidak bisa bernapas" ujarku terbata dan dia pun melepaskan pelukannya.
"Jane...ayo ikut aku ke rumahku, ada yang ingin kubicarakan denganmu" ujarnya serius.
"O...o..ke aku kunci pintu apartemenku dulu" sahutku singkat.
Saat akan berlari untuk mengunci pintu, dia menahan tanganku dan menggenggamnya "ayo kuantar" tawarnya. "O..o..ke" jawabku bingung dengan perubahan sikapnya.
Setelah mengunci pintu apartemenku, kami berdua berjalan ke tempat mobil Honda Civic Turbo hitam milik Lucien terparkir dan Lucien langsung mengemudi ke rumahnya tanpa melepas genggaman tangan kami.
Senang???tentu saja aku sangat senang karena orang yang sangat kurindukan saat ini sedang menggenggam tanganku. Aku benar-benar berharap waktu bisa berhenti sesaat agar aku bisa menikmati momen ini.
Gimana readers???kurang dapet feelnya ya???
Atau kalian bertanya-tanya kenapa konfliknya sebentar banget???
Aku sengaja buat konfliknya sebentar karena aku gak suka karakter yang aku buat sedih berkepanjangan.....hehehe...jadi terima aja ya readersku :D