Gosip adalah hal yang bisa membuat suatu hubungan hancur tak berbekas...
Lucien
Hari ini adalah hari Minggu dan merupakan hari liburku begitupula dengan Lucien. Aku sedang bersiap di kamarku karena hari ini Lucien akan membawaku ke rumah orangtuanya.
*Flashback On*
"Jane besok kita ke rumah orang tuaku ya" ujar Lucien to the point dan berhasil membuatku teralihkan dari film favoritku.
"Huh???are you serious???" tanyaku tak percaya.
"Yes I'm....bagaimanapun juga aku harus memberitahu mereka jika aku akan menikahimu baby" ujar Lucien datar. Aku tahu sebenarnya dia masih belum siap bertemu dengan papanya karena masa lalunya dulu, tetapi dia tidak ingin egois dan menikah tanpa restu dari keluarganya.
"Ehhhmmm...jangan terlalu memaksakan dirimu Cien" saranku.
"Tidak!!!aku memang harus bertemu keluargaku terutama untuk meminta restu menikah denganmu!!!" jawabnya mantap.
"Baiklah...jam berapa besok kita ke rumah orang tuamu???" tanyaku pasrah.
"Jam 9 pagi saja" jawabnya singkat. Aku tahu saat ini Lucien sedang berpikir dan menyiapkan hatinya untuk berbicara dengan papanya sehingga aku hanya bisa terdiam untuk memberikannya waktu menata pikiran dan perasaannya sendiri.
*Flashback Off*
Maka dari itu sampailah sekarang waktunya aku dan Lucien harus bertemu dengan orangtuanya. Untuk mama dan adik Lucien mungkin tidak masalah bagiku karena aku sudah bertemu dengan mereka sebelumnya, tetapi berbeda halnya dengan papa Lucien yang belum pernah kutemui sama sekali. Terlebih Papa Lucien sepertinya orang yang sangat keras sampai-sampai anaknya sendiri saja dikeluarkan dari kartu keluarganya karena diketahui menjadi seorang gay.
Setelah selesai bersiap aku menunggu Lucien di ruang makan untuk sarapan, dan beberapa saat kemudian Lucien datang ke ruang makan. Ini adalah sarapan paling sepi selama aku berada di rumah Lucien, saat ini bisa kulihat Lucien benar-benar terlihat gelisah karena harus menemui keluarganya sendiri.
"Eeehhhmmm Cien...apa lebih baik jangan hari ini saja ke sana???" ujarku memecah keheningan meja makan dengan ragu.
"Tidak...pokoknya harus hari ini!!!" jawab Lucien tegas dan aku hanya bisa menerima keputusannya.
Selesai sarapan aku dan Lucien berangkat ke rumah orangtua Lucien dengan mengendarai mobil honda civic turbo hitam miliknya. Selama diperjalanan Lucien hanya diam, sedangkan aku dalam hati tengah berdoa agar semuanya berjalan lancar dan keluarga Lucien merestui pernikahan kami.
Akhirnya setelah beberapa menit, sampailah kami di sebuah rumah yang besar dan terkesan mewah. Kulihat seorang laki-laki paruh baya keluar dari dalam rumah datang menghampiri mobil kami.
"Eh...tuan Lucien....akhirnya anda pulang ke rumah..." ucap laki-laki paruh baya tersebut terharu.
"Iya pak...tolong dibuka gerbangnya!!!apa semuanya ada di rumah???" ujar Lucien datar.
"Oh ya tuan semuanya di rumah" kata laki-laki itu sambil berlari membuka gerbang rumah Lucien.
Rumah orangtua Lucien memang sangat besar bagiku tetapi halaman rumahnya tidak karena sebagian tanah dibangun untuk bangunan rumah dan garasi mobil sehingga hanya menyisakan sedikit lahan untuk halaman.
Lucien memarkirkan mobilnya di garasi, dan dapat kulihat di dalam garasi mobil itu terdapat 3 buah mobil, 2 berwarna putih, 1 berwarna hitam. Bisa kuperkirakan mobil-mobil itu adalah milik papa, mama dan adik Lucien.
Kulihat kegugupan Lucien saat kami mengetuk pintu rumah berwarna coklat itu. Beberapa detik kemudian keluarlah seorang wanita yang tak lain adalah mama Lucien dengan wajah terkejutnya ketika melihat tamunya adalah aku dan Lucien.
"Lucien!!!" pekik sang mama sambil menutup mulutnya.
"Errrr...hai ma" sapa Lucien gugup.
"Oh masuk...masuk nak" suruh mama Lucien padaku dan Lucien. Kami duduk di ruang tamu dengan pikiran masing-masing, sampai tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang kuperkirakan umurnya 50 tahun ke atas berjalan menghampiri kami.
Plaaakkkkk
Satu tamparan mendarat di atas pipi mulus Lucien dan tentu saja itu membuatku ternganga melihatnya. Selain terkejut aku juga sangat kesal melihat laki-laki yang kucintai diperlakukan seperti itu, tetapi apa boleh buat aku tidak ingin mencampuri urusan Lucien dan papanya mengenai hal-hal dimasa lalunya.
"Untuk apa kamu kesini???" tanya laki-laki itu dingin. Kulihat Lucien hanya menundukkan kepalanya penuh sesal.
"Maafkan aku pa" ucap Lucien tulus.
"Tak perlu minta maaf lagipula kamu sudah bukan bagian dari keluarga ini lagi" ujar laki-laki itu masih dengan sikap dinginnya.
"Dia masih tetap menjadi anakku pa!!!" ucap mama Lucien tiba-tiba.
"Aku akan menikahi wanita ini" ujar Lucien to the point yang sontak membuat aku, mama dan papanya menatap ke arahnya.
"Cih...kamu pikir papa percaya???" ucap papa Lucien meremehkan.
"Hei nak...berapa kamu dibayar oleh dia agar kamu mau menjadi kekasih pura-puranya???memang anak jaman sekarang selalu dengan mudah menjual harga dirinya kepada orang lain" imbuh papa Lucien kasar sambil menunjukku dan Lucien bergantian.
"Papa itu sudah tidak sopan!!!" bentak mama Lucien. Lucien masih terdiam sambil menunduk, sedangkan aku sedang menahan emosiku sambil mengepalkan tanganku.
"Kenapa???memang papa salah???oh ya...asal kamu tau dia ini adalah seorang gay dan tidak pernah tertarik dengan wanita manapun...makanya sangat mustahil jika dia akan menikahimu!!!!" sarkas papa Lucien menunjuk Lucien.
"Memang berapa dia membayarmu huh???aku akan membayarmu untuk berhenti berpura-pura menjadi kekasihnya.....Apakah pekerjaanmu memang wanita bayaran???apakah orangtuamu tahu jika kamu seperti ini???oh atau mungkin kamu juga sudah dikeluarkan dari kartu keluarga sama sepertinya!!!" ujar papa Lucien penuh emosi sambil menunjukku.
"Jangan hina dia!!!" ucap Lucien dingin dan terkesan menakutkan bagiku.
"Plaaaakkkkkk.....kamu memerintah papa???dasar anak kurang ajar!!!" ucap papanya kasar dan kembali menampar pipi mulus Lucien.
Kali ini aku benar-benar sudah tidak bisa menahan emosiku lagi karena selain menyakiti Lucien papanya juga sudah menghina harga diriku. Aku Jane Anderson adalah wanita yang tak pernah memandang tua atau muda, jika sudah emosi semuanya akan mendapat amukan mulut tajamku.
"Heh om!!! asal om tahu juga ya saya nggak dibayar sama Lucien dan bukan wanita bayaran seperti yang om katakan!!!saya dan Lucien memang saling mencintai bahkan kami sudah bercinta beberapa kali. Saya tahu...mungkin dengan dia menjadi seorang gay itu salah dan memalukan tetapi dia seperti itu karena ingin memastikan jati dirinya om!!! sekarang dia sudah bertemu dengan saya bahkan dia sangat mencintai saya, apakah itu masih tidak normal di mata om???" teriakku panjang lebar dan penuh emosi sehingga berhasil membuat orang tua Lucien terkejut.
"Tap-" ucap papa Lucien terpotong olehku.
"Perlu om tahu dia hanya 2 kali berpacaran dengan laki-laki dan selama menjadi gay pun dia tidak pernah melakukan hal-hal yang biasanya dilakukan oleh orang berpacaran!!!kenapa???karena dia masih memastikan jati dirinya om!!!Om itu hanya mendengarkan berita diluar tentangnya tetapi tidak mau memahami perasaan anak om sendiri!!!jadi siapa sebenarnya di sini yang kurang ajar???" cerocosku masih dengan emosi yang sudah diubun-ubun.
"Ah ya...apakah om tahu kehidupan anak om setelah om tidak mengakuinya sebagai anak lagi??? om tahu bagaimana perasaan anak om saat itu hah??? saya tahu om kecewa saat itu, tetapi tak bisakah sekarang om memaafkan anak om??? bahkan masalah ini sudah lama berlarut-larut tanpa ada penyelesaian sama sekali. Saya heran kenapa disaat anak melakukan kesalahan orangtua boleh tidak menerima permintaan maaf sang anak, sedangkan disaat orangtua melakukan kesalahan sang anak harus memaafkan dengan lapang dada...apakah memang seperti itu aturannya???bukankah kita sama-sama manusia ciptaan Tuhan yang memang harus saling memaafkan, terlebih om dan Lucien adalah orangtua dan anak...cobalah kurangi ego sebagai orangtua yang selalu merasa benar dan tidak pernah salah!!!" cecarku masih penuh dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Kamu!!!" ucap papa Lucien sambil menunjukku.
"Maaf kalau saya berbicara kasar" imbuhku dingin sambil berusaha meredam emosiku. Lucien menggenggam erat tanganku berusaha meredam emosiku meskipun aku tahu sebenarnya dia juga sedang menahan emosinya sendiri.
"Jangan menunjuknya seperti itu!!!meskipun papa tidak memberikan restu, kami tetap akan menikah tanpa restu dari keluarga ini!!!" ujar Lucien dingin sambil menarik tanganku keluar rumahnya. Mama Lucien mengejar kami dan menghentikan langkah kami.
"Ah...satu lagi om bahkan istri dan anak perempuan om sudah pernah melihat saya tidur di rumah Lucien, jadi sekarang om bisa memikirkan sendiri bagaimana Lucien sebenarnya" ucapku dingin.
Bisa kurasakan papa Lucien terkejut mendengar pernyataan dariku sehingga berhasil membuat perubahan ekspresi pada wajahnya.
"Apa benar yang dia katakan ma???" tanya papa Lucien melembut.
"Ya benar pa...aku dan mama melihat kak Jane tidur di rumah kak Lucien waktu itu..." jawab Anna yang muncul tiba-tiba. Papa Lucien menghampirku dan Lucien, dipegangnya pundak Lucien.
"Maafkan papa nak sudah mengataimu dan wanitamu..." sesal papa Lucien dan dibalas dengan pelukan oleh Lucien.
"Maafkan om ya sudah menghina kamu seperti tadi" ucap papa Lucien padaku tulus setelah melepas pelukannya dengan Lucien.
"Ya...tak masalah om" jawabku masih sedikit kesal.
Akhirnya masalah yang berlarut-larut selama 15 tahun bisa terselesaikan dengan bahagia. Aku sangat senang karena Lucien bisa kembali berkumpul dengan keluarganua lagi.
"Oke!!!karena sekarang sudah baikan jadi nggak usah pergi dong..." ucap mama Lucien antusias dan dibalas anggukkan oleh Lucien.
"Nak...kamu utang cerita sama mama" ucap mama Lucien padaku sambil tersenyum penuh arti. Aku merutuki kebodohan mulutku yang tidak bisa dikontrol jika sudah dalam mode emosi tingkat tinggi.
"Kak Jane....ayo kita ke kamarku, Franken dan Rai sudah menunggu" ajak Anna dan aku langsung berlari ke arah Anna agar bisa ke kamarnya.
"Makasi Anna berkatmu aku terselamatkan dari penjelasan" batinku.
"Jangan lupakan aku saat bertemu pacar 2d'mu baby..." ucap Lucien mengingatkan dengan tersenyum penuh arti.
Mama dan papa Lucien terlihat sangat terkejut mendengar kata-kata yang meluncur dari bibir anaknya itu sehingga mereka mendudukkan Lucien dan memintanya untuk menjelaskan.
Lucien dan aku berada di rumah orangtua Lucien sampai malam. Tentu saja banyak hal yang diceritakan Lucien pada orangtuanya termasuk tentang kami yang sudah tinggal bersama dan aku yang bekerja sebagai asisten pribadinya.
Orangtua Lucien juga sudah memberikan restunya pada kami untuk menikah bahkan sekarang mama Lucien sangat bersemangat ingin kami segera menikah, sedangkan papa Lucien ingin segera mengunjungi rumah orangtuaku untuk memintaku menjadi istri dari anak laki-lakinya.
Sungguh diluar dugaan memang dengan tanggapan mama papa Lucien tetapi tak bisa dipungkiri jika aku benar-benar merasa bahagia untuk Lucien.