Hari ini aku dan Lucien berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya karena nanti pukul 10 pagi Lucien akan ada meeting dengan kliennya.
"Baby...klien ini adalah teman lamaku saat kuliah di Negara A dulu loh" ucap Lucien padaku.
"Oh ya???berarti bagus dong karena nanti meetingnya pasti berjalan lancar" sahutku seadanya.
~10.00 Ruang Meeting~
"Hai apa kabar brother???" sapa seorang laki-laki ketika aku dan Lucien memasuki ruang meeting.
"Hai Andreas...aku baik, bagaimana denganmu???" balas Lucien.
"Baik...tentu saja baik...ah apakah ini asisten pribadimu???" tanya laki-laki itu pada Lucien.
"Ya dia adalah asisten pribadiku...namanya Jane dan Jane ini klien kita sekaligus teman lamaku Andreas" ujar Lucien memperkenalkan kami.
"Halo...senang bertemu dengan anda Tuan Andreas" sapaku ramah.
"Waaahhh...sekarang kamu sudah bisa dekat dengan wanita ya???" tanya Andreas menyelidik dengan nada bercanda.
"Hanya dengannya saja" jawab Lucien datar.
"Apakah kalian dulu memiliki hubungan khusus???" tanyaku tiba-tiba pada dua lelaki ini, sehingga sempat kulihat keduanya tersentak.
"Apakah kamu tahu jika bosmu ini dulu seorang gay???" tanya Andreas polos.
"Ya saya tahu...apakah tuan adalah mantan kekasihnya???" tanyaku memancing, sejujurnya aku sudah curiga jika Tuan Andreas adalah mantan kekasih Lucien karena melihat tingkah laku mereka berdua yang kurasa sedikit aneh dan canggung. Dan benar saja bisa kulihat Lucien tersentak dengan pertanyaanku itu.
Aku adalah tipe orang yang sangat peka dengan keadaan termasuk tingkah laku seseorang, sehingga melihat tingkah laku Lucien dan Tuan Andreas membuatku curiga dengan hubungan mereka, karena aku sudah tahu bagaimana tingkah laku Lucien saat bersama Gavin dan Victor yang merupakan sahabatnya.
"Bagaimana kamu bisa tahu aku dan dia dulu pernah berkencan???" tanya Andreas heran.
"Tidak sulit untuk mengetahuinya jika anda suka mempelajari tingkah laku manusia" jawabku santai.
"Waahhh keren...apa kamu seorang psikolog???" tanya Andreas penasaran denganku.
"Tidak tuan, saya hanya seorang asisten pribadi yang suka mempelajari tingkah laku manusia karena menurut saya itu menarik" jawabku jujur.
"Aku jadi mengagumimu Jane..." ucap Andreas berbinar dan berhasil membuat Lucien menatapnya tajam.
"Apa???" tanya Andreas bingung dengan tatapan tajam Lucien.
"Jangan menatapnya seperti itu!!!" ucap Lucien dingin.
"Kenapa???jangan-jangan kamu masih tertarik padaku ya???" goda Andreas sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Oh tentu tidak....aku tak suka karena Jane adalah milikku, jadi hanya aku yang boleh menatapnya seperti itu" ucap Lucien santai dan penuh penekanan sehungga berhasil membuat Andreas melongo.
"Jadi kamu sekarang benar-benar sudah normal??? tapi kamu tenang saja aku tidak akan mengambil apa yang menjadi milikmu kok, lagipula aku masih menyukai laki-laki" ujar
Andreas santai.
"Ekhem...maaf tuan-tuan apakah bisa sekarang kita membahas tentang kontrak kerjasama perusahaan???" tanyaku pada Lucien dan Andreas. Tiba-tiba ada seorang wanita masuk ke dalam ruang meeting.
"Permisi....maaf tuan saya baru dari toilet." ucap wanita itu dan berhasil membuat kami bertiga menoleh.
"Oh ya....Lucien ini Rere sekretarisku...kalian pasti sudah saling kenal kan??? karena dia ini dulu juga satu kampus dengan kita loh" ujar Andreas santai memperkenalkan Rere kepada Lucien.
"Ya tuan saya kenal dengan Tuan Lucien" jawab wanita itu sambil tersenyum dan menatap Lucien intens.
Kulihat Lucien mengabaikan wanita itu dan malah melanjutkan obrolannya dengan Andreas mengenai kontrak kerjasama antar perusahaan. 1 jam berlalu akhirnya kontrak kerjasama antara perusahaan Andreas dan Lucien tertandatangani.
Tiba-tiba Andreas mendapatkan telpon dari seseorang yang kurasa sangat penting baginya, karena bisa kulihat dari ekspresinya jika dia sangat menyayangi orang tersebut. Ekspresi Andreas berubah menjadi tegang karena pembicaraan orang diseberang telponnya. Dengan tergesa dia mematikan telponnya dan berlari keluar, akan tetapi sebelum keluar dia sempat mengatakan pada sekretarisnya agar dia kembali ke kantor sendiri karena Andreas masih ada urusan lain.
Meeting dengan Tuan Andreas berakhir bertepatan dengan jam makan siang, seperti biasa aku
menanyakan makanan yang diinginkan Lucien. Setelah tahu tentang itu, aku langsung berjalan ke kantin kantor bersama Elsa dan Elena yang sudah menungguku di lobi.
Sepanjang makan siang aku tak bisa berhenti berpikir tentang sekretaris Andreas karena menurutku wanita itu menyukai Lucien dan pernah memiliki hubungan dengan Lucien. Terbukti dari senyuman dan tatapan intensnya yang diabaikan oleh Lucien seolah Lucien sangat tidak menginginkan kehadiran wanita itu.
Dapat ku katakan bahwa aku sangat cemburu jika Lucien memiliki hubungan dengan wanita lain selain diriku, menurutku lebih baik Lucien menjadi seorang gay daripada menjadi laki-laki normal karena jika dia menjadi seorang gay maka aku bisa menjadi satu-satunya wanita untuknya. Pemikiran yang aneh memang tetapi beginilah aku dengan segala ketidaknormalanku dalam berpikir.
Aku berusaha tidak mengindahkan pikiran-pikiran anehku agar kedua sahabatku tidak khawatir, tetapi berakhir dengan kegagalan.
"Kamu kenapa Jane???" tanya Elsa sadar akan diamku.
"Iya dari tadi kamu hanya diam saja, apa ada yang kamu pikirkan???" Elena menambahkan.
"Ah tidak....aku hanya sedang memikirkan sesuatu...tapi jangan khawatir aku baik-baik saja kok" jawabku sesantai mungkin.
Usai makan siang, aku langsung kembali ke runganku yang juga ruangan Lucien dan saat aku masuk, aku sangat terkejut ketika melihat Rere dengan pakaian dan lipstick di bibir yang berantakan berlari ke arahku.
Tiba-tiba dadaku terasa sakit dan sesak, ingin rasanya kuhajar habis-habisan wanita ini dengan jurus-jurus latihanku yang sudah kupelajari dari Lucien, tetapi aku masih harus menahannya karena aku ingin mengikuti permainannya dulu. Kuperhatikan ekspresi Lucien sangat dingin seolah ingin segera menghilangkan wanita ini dari hadapannya.
"Nona Jane.....tolong aku!!! bosmu sudah melecehkanku" ucapnya sambil menangis dan aku hanya mengangkat sebelah alisku.
Kutarik tangan Rere agar ikut berjalan ke dekat Lucien. Lucien hanya menatap dingin pada wanita ini sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Dia mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya padaku "apa kamu percaya???".
"Jelaskan bos!!!" pintaku pada Lucien dingin dan Lucien hanya mengangkat bahunya sambil berekspresi meremehkan.
"Kamu lihat Jane setelah melecehkanku bosmu bertingkah seperti ini, sungguh laki-laki brengsek bukan???kamu sebagai aspri seharusnya tahu betapa brengseknya dia kan???" ujar Rere masih menangis.
"Aku tahu bosmu tertarik padaku, tetapi kenapa dia tak ingin mendekatiku secara baik-baik bukan dengan cara melecehkanku seperti ini???" imbuh Rere mendramatisir keadaan.
"Lalu anda ingin bos saya melakukan apa???" tanyaku tenang dan dapat kulihat lengkungan kecil di sudut bibir Rere.
"Aku ingin bosmu bertanggungjawab atas perbuatannya padaku" ucap Rere masih dengan tangisnya.
"Eehhmmm Pak Lucien apakah kamu bisa bertanggungjawab atas perbuatanmu pada Nona Rere???" tanyaku tenang pada Lucien.
"Untuk apa aku harus bertanggungjawab atas perbuatan yang tidak pernah aku lakukan" ucap Lucien dingin dan menatapku secara intens. Aku sangat memahami tatapan Lucien yang seperti ini karena ini berarti dia sedang mengisyaratkanku untuk percaya padanya.
"Ooohh....jadi setelah melecehkanku kamu tidak mau bertanggungjawab???" tanya Rere emosi pada Lucien dan hanya dibalas dengan tatapan dingin penuh kebencian oleh Lucien.
"Apa anda yakin bos saya melecehkan anda nona???" tanyaku berpura-pura tenang.
"Apakah kamu buta???kamu bisa melihat sendiri kan bagaimana keadaanku sekarang" ucap Rere penuh emosi.
"Ya saya melihat kok anda sekarang sedang dalam kondisi yang berantakan, tetapi saya tidak yakin jika bos saya yang telah melakukannya karena dia adalah seorang gay yang tidak pernah tertarik pada wanita, kecuali hanya pada satu wanita" jawabku santai dan berhasil membuat wanita itu tersentak.
"Kamu tahu bosmu seorang gay???" tanya Rere keceplosan.
"Apakah anda juga tahu bos saya seorang gay nona??? atau...memang anda yang sudah menyebarkan gosip tentang bos saya adalah seorang gay saat masih kuliah dulu???" tanyaku penuh penekanan pada Rere dan berhasil menbuatnya membulatkan matanya.
"Ba...bagaimana kamu tahu semua itu???" tanya Rere terbata.
"Tidak sulit kok karena saya daritadi sudah memperhatikan tingkah laku anda. Dan saya mendapatkan banyak hal karenanya. 1. Saya dapat melihat jika anda menyukai bos saya, 2. Bos saya pernah bercerita jika dia dulu pernah memberikan kesempatan kepada seorang wanita untuk membuatnya nyaman, tetapi wanita itu terlalu memaksakan perasaannya pada bos saya sehingga bos saya meninggalkan wanita itu. Yang lebih seru lagi wanita itu menyebarkan gosip di kampus mereka bahwa bos saya adalah seorang gay. Dan saya yakin wanita itu adalah anda nona Rere" ucapku panjang lebar sambil berusaha pura-pura tenang.
"Cih...aku memang menyukainya dan memang benar katamu wanita itu adalah aku, tetapi sekarang bosmu itu sudah melecehkan aku Nona Jane jadi-"
"Ah sepertinya anda masih belum mengerti dengan maksud saya nona, maksud saya itu...bos saya sangat mustahil melecehkan anda terlebih anda adalah wanita yang sudah menghancurkan hubungannya dengan keluarganya" ujarku memotong ucapan Rere.
"Tetapi buktinya sudah ada jika dia melecehkanku, bahkan aku bisa menuntut bosmu ke kantor polisi karena pelecehan" ancam Rere sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Jadi maksud anda...buktinya itu diri anda yang sedang berantakan ini???" tanyaku masih berpura-pura tenang sambil menunjuk dirinya dari atas ke bawah.
"Ya tentu saja bahkan ini sudah lebih dari cukup sebagai bukti" ujar Rere bangga dengab rencananya.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan???" tanya Lucien dingin.
"Tidak sulit...aku hanya menginginkanmu sebagai lelakiku" jawab Rere penuh obsesi. Diam-diam aku mengambil foto Rere dan Lucien sambil tertawa penuh emosi mendengar jawaban Rere.
"Jika bos saya melecehkan anda kenapa tidak ada bekas lipstick anda di bibirnya???lalu mengapa hanya pakaian anda yang berantakan sedangkan pakaian bos saya masih sangat rapi??? ah satu lagi...di ruangan ini ada kamera cctvnya nona, bahkan cctv yang terpasang disini bisa merekam suara juga" ucapku penuh penekanan dan berhasil membuat Rere gelagapan.
Kutarik Rere agar lebih dekat dengan Lucien dan menyuruhnya untuk meraba tubuh Lucien, tentu saja dengan senang hati dilakukan olehnya. Dapat kurasakan Lucien menatapku emosi sekaligus bingung. Dia memang benar-benar tidak bereaksi sama sekali dengan sentuhan Rere dan dia mendorong Rere agar menjauh darinya.
"Nona....sekarang bahkan bos saya masih tidak memiliki reaksi apapun pada anda" ujarku meremehkan.
"Ka...kamu siapa sebenarnya???" tanya Rere gugup.
Aku berjalan mendekati Lucien dan menyentuh tubuhnya seolah menghapus bagian-bagian yang sudah disentuh oleh Rere tadi, tiba-tiba Lucien menggenggam tanganku.
"Hen...hentikan!!!" perintah Lucien padaku dan dapat kulihat Lucien sudah mulai diliputi gairah.
"Aku adalah asisten pribadi sekaligus tunangannya" jawabku penuh kemenangan sambil terus menyentuh tubuh Lucien.
Tiba-tiba Lucien memelukku dari belakang dan mulai menciumi leherku.
"Mmmmpphhh...masih ada orang lain disini" ucapku sedikit mendesah.
"Pergi!!!" perintah Lucien emosi karena tak ingin aktivitasnya menciumi leherku diganggu.
Lucien membalik tubuhku menghadapnya kemudian melumat bibirku penuh nafsu sambil sedikit mengangkatku. Beberapa menit berlalu kulepaskan pagutan bibir kami dan masih kulihat jika Rere berada di dalam ruangan Lucien dengan tatapan penuh kebencian.
"Apakah anda berminat menonton siaran langsung nona???" tanyaku pada Rere sehingga berhasil membuatnya pergi dari kantor Lucien.
Lucien dengan santainya masih mencoba membuka kancing kemejaku sampai akhirnya aku menghentikan kegiatannya.
"Oke cukup Cien!!!" ucapku melepaskan tangan Lucien dari kemejaku dan berlari keluar ruangan Lucien. Dapat kurasakan dia sangat kesal dengan tingkahku yang meninggalkannya disaat juniornya sudah terbangunkan dan menginginkan pelepasan.
"Apa wanita itu sudah pergi???" tanyaku pada Elsa dan Elena.
"Ya...apa sebenarnya yang terjadi???" tanya Elsa penasaran.
"Dia mencoba menggoda bos kita" jawabku seadanya sampai tiba-tiba pintu dibelakangku terbuka dan menampakkan sesosok laki-laki sempurna yang menatap garang ke arahku. Ya dia adalah Lucien, dengan sigap dia menarik tanganku agar mengikutinya.
"Kamu harus bertanggujawab atas apa yang sudah kamu lakukan!!!" perintahnya kesal.
"Kalian berdua jangan biarkan ada orang yang masuk ke dalam ruanganku!!! jika ada yang mencariku bilang pada mereka aku sedang tidak bisa diganggu!!!" perintah Lucien tegas pada Elsa dan Elena.
"Baik pak" jawab mereka berdua berbarengan, Elena menatapku penuh tanya sedangkan Elsa hanya menggelengkan kepalanya seolah berkata "rasakanlah hukumanmu Jane".
Lucien kembali menarik tanganku sehingga aku hanya bisa pasrah mengikutinya ke dalam ruangannya. Aku tahu saat ini dia pasti sedang ingin bercinta karena ulahku yang membangkitkan gairahnya. Bukannya aku tak mau bercinta hanya saja ini adalah di kantor, sungguh gila bukan jika kami bercinta di kantor???