Akhir-akhir ini aku merasa sedang diikuti tetapi aku membiarkannya karena ingin tahu tujuannya mengikutiku. Aku sudah pernah mengatakan pada Lucien dan dia mengatakan tidak perlu khawatir sehingga bisa membuatku merasa lebih aman. Kenapa??? karena itu berarti Lucien sudah melindungi dari orang-orang yang berniat jahat padaku.
Seperti biasa hari ini aku dan Lucien ke kantor bersama, sebelum ke ruangan aku mengambil beberapa berkas untuk diberikan kepada Lucien nanti.
"Cien...ini adalah susunan acara nanti malam saat perayaan ulang tahun perusahaan" ucapku sambil memberikan susunan acaranya dan berkas-berkas lain yang kubawa tadi.
"Oke....nanti kamu harus dandan yang cantik ya baby" ucap Lucien polos.
"Tentu" jawabku singkat dan kembali ke meja kerjaku.
Tak lama kemudian dering telpon di meja Lucien terdengar, lalu masuklah seorang wanita yang tak lain adalah general manager perusahaan Lucien.
"Pak apakah nanti anda butuh saya sebagai pasangan anda???" tanya wanita itu pada Lucien sambil menatapku remeh, sehingga membuatku menatapnya penuh tanya.
"Saya sudah memiliki pasangan untuk acara nanti" jawab Lucien datar dan dapat kulihat wajah kekecewaan dari wanita itu.
"Oh baiklah, kalau boleh tau siapa yang menjadi pasangan anda nanti pak???" tanya wanita itu penasaran.
"Nanti kamu akan tau sendiri" jawab Lucien seadanya.
"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu pak" ucap wanita itu lalau pergi meninggalkan ruangan kami.
"Apakah dia selalu jadi pasanganmu di acara-acara perusahaan???" tanyaku penasaran.
"Tidak juga...hanya tahun kemarin saja" jawab Lucien santai.
"Apa kamu nyaman bersamanya???" tanyaku lagi penuh selidik.
"Tentu tidak baby...saat itu panitia acara mewajibkan semua orang membawa pasangan, karena dia adalah GM perusahaanku jadi menurutku tak jadi masalah" jelasnya santai.
"Kenapa tak jadi masalah???" tanyaku lagi.
"Ya karena dialah yang membantuku menangani perusahaan ini jadi dia sudah kuanggap seperti mitra kerja yang baik" jujurnya padaku.
"Lalu apa itu berarti kalian dekat???" tanyaku masih penasaran.
"Tidak juga...sikapku padanya selalu seperti yang sudah kamu lihat tadi...kenapa kamu nanya terus??? cemburu ya???"
"Kalau udah tau nggak usah nanya lagi" ketusku.
"Ayolah baby hatiku hanya nyaman bersamamu bukan yang lain" gombal Lucien.
"Cih gombal...ngomong-ngomong siapa sih nama GMmu itu???" tanyaku sambil berdecak.
"Memang kamu nggak bisa liat di struktur organisasi perusahaan???" tanyanya balik.
"Memang siapa yang langsung menyuruhku bekerja sebagai aspri seorang presdir??? bahkan hanya memiliki waktu kurang dari seminggu untuk resign dari tempat kerjaku dulu" sindirku padanya.
"Oke-oke namanya Samantha" jawab Lucien pasrah dan kubalas dengan anggukkan.
"Dia menyukaimu Cien" ujarku padanya.
"Lalu apa peduliku???" tanya Lucien heran.
"Sepertinya dia akan sangat membenciku jika nanti melihat kehadiran kita bersama" ucapku jujur.
"Bukankah kamu memang paling suka disaat bisa menampar keras sainganmu secara tidak langsung???" sindir Lucien.
"Hehehe tau aja..."jawabku cengengesan.
"Dasar emang nggak waras" gumam Lucien sambil geleng-geleng kepala.
"Tapi suka kan???" tanyaku sambil menaik turunkan alisku dan Lucien hanya memutar bola matanya malas.
Hari ini aku dan Lucien pulang lebih awal karena akan menginap di Hotel Luxury tempat diadakannya acara itu. Menurut Lucien lebih baik menginap disana saja daripada harus pulang ke rumah karena acaranya dipastikan selesai larut malam. Ini adalah kali pertamaku menghadiri acara ultah perusahaan Lucien jadi aku menurut saja.
Aku dan Lucien check in di hotel bintang lima tersebut pukul 17.00 karena acaranya akan dimulai pukul 20.00. Kami berada dalam kamar yang sama karena sudah terbiasa bersama.
Pukul 19.45 aku sudah selesai dengan make up dan pakaianku begitu pula dengan Lucien. Aku menggunakan mini dress berwarna hitam dipadukan dengan heels hitam yang bagian talinya bertaburan batu-batu permata berwarna silver. Sedangkan Lucien mengenakan setelan jas berwarna abu-abu yang dipadukan dengan sepatu semiformal berwarna hitam.
Kami berjalan menuju tempat diadakannya acara dengan aku menggandeng mesra tangan Lucien. Kulihat orang-orang menatap kami kagum disepanjang perjalanan menuju ke tempat acara.
Sesampainya di ballroom tempat diadakannya acara, kami berpapasan dengan Andreas.
"Hai bro...selamat ulang tahun perusahaan ya" ucap Andreas sambil menyalami Lucien.
"Thank you An" balas Lucien singkat.
"Wah Jane kamu makin cantik aja" goda Andreas padaku sehingga membuatnya mendapat tatapan sinis dari Lucien.
"Terimakasih Tuan Andreas, apakah anda sendiri???" tanyaku pada Andreas.
"Oh ayolah Jane...panggil aku Andreas saja tanpa embel-embel tuan" protes Andreas.
"Ya aku datang sendiri, memang kenapa???kamu mau jadi pendampingku???" goda Andreas lagi.
"Kupikir asprimu ikut" jawabku singkat.
"Hello my brother" sapa Gavin yang tiba-tiba muncul dan merangkul pundak Lucien.
"Gavin???kamu datang???" tanya Lucien heran.
"Tentu saja aku datang karena selama ini aku tak pernah hadir" jawab Gavin santai.
"Jane kamu cantik sekali malam ini" imbuh Gavin polos dan berhasil mendapat pelototan dari Lucien.
"Thanks Vin, apa kamu sudah lama ada disini???" tanyaku.
"Sekitar 10 menitan mungkin, kamu Andreas kan???" tanya Gavin pada Andreas.
"Ya betul sekali...kupikir kamu nggak akan mengingatku" ujar Andreas.
"Waahhh hebat...mantan bertemu kekasih saat ini hahahaha" ucap Gavin sambil tertawa.
"Ppplllaaakkk"
Lucien memukul lengan Gavin pelan dan berkata "tak bisakah kamu diam???"
"Bukan dia yang menyukai Cien tetapi asprinya" ucapku tiba-tiba.
"Maksudmu???" tanya Gavin dan Andreas bersamaan.
"An....memang kamu nggak tahu kalau asprimu itu adalah orang yang menyebarkan gosipmu dan Lucien saat kalian kuliah dulu???" tanyaku polos.
"Benarkah???aku benar-benar nggak tahu" jawab Andreas.
"Makanya penasaran dikit sama biang kerok dong" ketus Lucien.
"Tapi kenapa kamu bisa tahu Jane???" tanya Gavin penasaran.
"Nanti kuceritakan" jawab Lucien dingin.
"An....asprimu itu ingin memfitnah Lucien telah melecehkannya loh, dia nggak ada cerita???atau setelah kamu dari kantor kami waktu itu, dia tak ada membicarakan Lucien???" tanyaku beruntun pada Andreas.
"Tidak...dia bersikap biasa saja" jawab Andreas.
Saat kami masih asyik dengan obrolan kami, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilku.
"Jane!!!" pekik Elsa dan membuat kami bertiga menoleh ke arahnya.
"Waaaahhh you're so beautiful my bad" ucap Elsa kagum.
"Oooo kamu juga cantik sekali my badas" kagumku pada Elsa.
Elsa benar-benar terlihat cantik dengan dress hitamnya yang kontras dengan warna kulitnya. Makanya sangat wajar jika banyak laki-laki yang menggilai kecantikan Elsa.
"Eh ada Gavin...apa kabar???makin ganteng aja" goda Elsa dan membuat Andreas melongo.
"Nggak usah kaget An sahabatku memang begitu" ucapku menjelaskan.
"Ah kamu bisa aja Sa...gimana kalau jadi pasanganku malam ini???" tawar Gavin.
"Maaf ya Vin aku nggak bisa soalnya aku udah sama Elena" jawab Elsa dan hanya diangguki oleh Gavin.
Tak berapa lama kami melihat seorang wanita mengenakan dress putih masuk ke dalam ballroom. Ya wanita itu adalah Elena, malam ini dia terlihat sangat elegan dengan dress putihnya yang mampu menampilkan sisi anggunnya. Aku melambaikan tanganku agar Elena mendekat ke arah kami.
"Hai goodlady" sapa Elsa.
"Hai semuanya" ujar Elena.
"Baby kamu disini sama mereka dulu ya....aku, Gavin dan Andreas akan menyapa rekan kerja dan rekan bisnis dulu" bisik Lucien dan aku hanya mengangguk.
Akhirnya mereka bertiga pergi meninggalkan aku, Elsa dan Elena.
"El kamu cantik sekali" kagumku pada Elena.
"Iya betul Jane...El kita memang cantik plus elegan" ucap Elsa membenarkan sehingga membuat Elena merona karena dipuji.
"Yuks kita ambil makanan" ajakku pada mereka berdua dan diangguki oleh keduanya.
Kami bertiga mengambil wine sebagai minuman kami dan beberapa kue untuk makanan kami. Banyak pasang mata menatap kami kagum tapi tak sedikit pula bisikan-bisikan negatif yang bisa kami dengar.
"Iiiiihhh si jalang and the genk"
"Cantik darimananya sih???perasaan biasa aja"
"Cantik sih tapi jalang"
"Dasar nggak tau diri pake acara ngerayu Pak Lucien"
Kurang lebih seperti itulah omongan-omongan yang dapat kami dengar, tetapi kami tidak meghiraukannya karena menurut kami itu bukan hal yang penting.