Keesokan harinya aku terbangun dengan posisi masih dalam pelukan hangat Lucien. Kuperhatikan wajah tampan Lucien yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahku sambil senyum-senyum sendiri.
"Ah...kemarin kami sudah berciuman, apa dia sudah mulai normal???ah tidak...lebih baik dia hanya mencintaiku saja" batinku senang sambil terus memperhatikan wajah sempurna laki-laki yang sedang mendekapku sekarang.
Dia mulai membuka matanya dan mata kami pun bertemu. Dengan senyum menawannya dia mulai bersuara.
"Morning..." ucapnya dengan suara serak khas baru bangun seorang Lucien.
"Mo..morning too Cien" ucapku gugup sambil tersenyum.
"Ayo kita tidur lagi Jane, matahari belum terlalu tinggi" ajaknya polos. Kulihat jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 07.00 dan itu berarti kami harus segera bangun untuk sarapan. Sarapan di rumahku biasanya dimulai pukul 07.30 dan selalu tepat waktu karena papaku adalah orang yang tidak suka dengan keterlambatan.
"Oh no...kita harus segera bangun Cien!!!" perintahku pada Lucien dan langsung melepas tangannya yang masih nyaman melingkar di pinggangku.
Aku berjalan masuk menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku dan bersiap. Lucien hanya menatapku dengan senyuman menawannya. Beberapa menit kemudian aku selesai membersihkan diriku dan menyuruh Lucien untuk segera membersihkan dirinya.
"Kenapa buru-buru sekali sih Jane?" keluhnya padaku.
"Ayolah Lucien kamu tidak tahu bagaimana sifat papaku yang sangat membenci keterlambatan itu. Jadi lebih baik sekarang kamu segera mandi!!!" perintahku gusar karena jam sudah menunjukkan angka 07.15.
"Give me a kiss first!!!" pintanya dan tanpa pikir panjang aku langsung mengecup bibir sexy Lucien. Dengan senyum penuh kemenangan dia bergegas masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian dia selesai dengan urusan mandinya dan kami ke ruang makan bersama untuk sarapan.
"Maaf pa kami terlambat 5 menit" ujar Lucien lembut sambil menatap papa.
"Ya tidak apa-apa, lagipula kemarin adalah hari yang melelahkan" ucap papa lembut dan penuh toleransi.
Aku yang tahu papa biasanya sangat membenci keterlambatan menjadi syok mendengar papa berkata seperti pada Lucien.
"Wah...wah...habis ngapain semalem???" celetuk Lina memulai aksinya.
"Memang menurutmu apa yang bisa dilakukan sepasang kekasih berdua di dalam kamar???" ujarku tenang. Wajah Lina terlihat kesal dengan pernyataanku yang seperti itu dan seperti biasa kakakku selalu membelanya.
"Kalian itu kan belum lama pacaran jadi harus hati-hati dalam menjalin hubungan, jangan sedikit-sedikit sudah terbawa nafsu saja" saran kakakku yang bernama Jack Anderson itu sok bijak.
"Aku tidak pernah meminta Lucien menginap di rumah kok, malah mama, papa dan istrimu yang menyarankan dia menginap di sini." ujarku santai. Jadi siapa yang harus disalahkan jika sepasang kekasih jadi terbawa nafsu???" imbuhku dengan senyuman manis terukir di bibir.
"Sudah-sudah sebaiknya kita sarapan dulu" ujar mama tiba-tiba.
Di tengah sarapan yang tenang tiba-tiba kakak iparku kembali memulai aksinya yang tentu saja aku tanggapi dengan suka hati.
"Cien...sebenarnya kamu itu kerja apa sih?" ujar Lina yang ternyata masih penasaran dengan pekerjaan Lucien.
"Oh iya benar kamu kerja di mana nak???" tanya papa yang menjadi tertarik dengan ucapan Lina. Baru saja aku ingin menanggapi pertanyaan Lina dan papaku, Lucien sudah langsung memotongnya.
"Tolong jangan panggil aku Cien!!!" ujarnya dingin. Dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya "Saya memiliki sebuah perusahaan om" imbuh Lucien lagi.
"Tetapi bukannya Jane memanggilmu seperti itu???" ujar Lina tak terima.
"Oh ya???perusahaan apa???" tanya papaku mulai penasaran.
"Hanya dia yang boleh memanggilku seperti itu" ucap Lucien dingin.
"Ah...hanya perusahaan di bidang teknologi om" ujar Lucien menanggapi papaku.
"Hei...setidaknya kamu tidak perlu sedingin itu pada istriku" ucap kakakku tak terima istrinya diperlakukan seperti itu oleh Lucien.
"Lalu dia harus menggoda istrimu gitu???"sahutku sarkas menanggapi kalimat kakakku.
"Bukan seperti itu Jane, tapi cara bicaranya kepada papa dan istriku sangat berbeda" kata kakakku tak terima lagi.
"Itu karena istrimu yang terlalu ramah kak. Terkadang ramah dan genit itu serupa tapi tak sama loh kak" ucapku santai pada kakakku.
"Bukankah kemarin sudah ku katakan untuk menjaga istrimu baik-baik, tetapi semalam tetap saja dia datang ke kamarku dengan baju tidur yang sangat tipis" imbuhku dan berhasil membuat mama menanggapi.
"Benarkah Jane???" ucap mamaku syok.
"Aku hanya membawakan buah potong untuk mereka makan di kamar saja kok ma..." ujar Lina sok polos.
"Membawakan buah potong harus dengan baju tidur tipis ya???" ucapku sinis.
"Ya sudah aku minta maaf Jane kalau sudah membuatmu merasa risih, tapi aku benar-benar tidak ada maksud ingin menggoda kekasihmu kok" ujar Lina panjang lebar dengan tampang sok polosnya.
Aku hanya memutar bola mataku dengan malas karena dia memang sangat pintar mengubah topengnya.
"Ya...ya...dia hanya membawakan buah potong" jawabku malas.
"Jam berapa kalian akan kembali ke Kota D Jane???" tanya mama.
"Mungkin nanti jam 10 mom" ujarku pada mama.
"Oh...jadi kalian mau jalan-jalan di sini dulu ya???" tanya mama lagi.
"Tidak ma, aku dan Lucien merasa lelah jadi lebih baik kami istirahat di kamar saja" kataku sambil melihat Lucien.
"Ya tante, lagipula nanti aku harus mengemudi dalam jarak jauh" ujar Lucien mendukung pernyataanku.
Bukannya aku tak ingin jalan-jalan di kawasan ini hanya saja aku tak ingin Lucien dilihat oleh orang-orang di kawasan ini. Terlalu egois memang tetapi beginilah aku yang sangat takut jika Lucien tertarik pada wanita lain dan menjauh dariku.
Akhirnya sarapan yang panas pun berakhir, aku dan Lucien kembali ke kamarku. Kami membereskan barang-barang yang kami gunakan kemarin dan langsung memasukkannya ke dalam bagasi mobil Lucien. Tiba-tiba mama masuk ke dalam kamarku tanpa mengetuk pintu.
"Eh...Jane maaf mama mengganggu...mama ingin mengobrol sebentar dengan Lucien, apa dia keberatan?" tanya mama padaku sambil melihat Lucien.
"Oh...tentu saya tidak keberatan tante" ujar Lucien langsung pergi ke ruang tengah bersama mama.
Aku tak tahu apa yang mereka bicarakan dengan Lucien sehingga membuatku merasa gelisah. Setelah selesai mengobrol Lucien kembali ke kamar, dan tentu saja aku langsung memberikan pertanyaan secara bertubi-tubi padanya.
"Jadi...apa yang dibicarakan mama padamu?" tanyaku pada Lucien.
"Eeehhhmmm....tidak ada mama hanya meminta tolong untuk menjagamu baik-baik"ujar Lucien lembut.
"Itu saja?" tanyaku masih penasaran.
"Memang menurutmu apa yang akan ditanyakan mamamu padaku???" tanya Lucien balik.
"Ya seperti seberapa serius hubungan kita lalu kapan kita akan menikah, seperti itu...apakah mama bertanya seperti itu???" tanyaku heboh.
"Hahaha Jane tolong kontrol ekspresimu itu...itu sangat lucu" ucapnya sambil tertawa.
"Tidak mamamu tidak tanya itu...tetapi papamu yang tanya masalah itu" ucapnya santai dan berhasil membuatku syok.
"Huh???lalu kamu jawab apa Cien???" tanyaku lagi.
""Tentu saja kujawab kami akan menjalani hubungan ini secara perlahan dulu, dan aku juga mengatakan pada mereka jika aku belum pernah menyentuhmu" katanya polos dan berhasil membuatku melongo.
"Lalu apa lagi yang dikatakan orang tuaku padamu?" ujarku masih bertanya.
"Ya hanya itu saja kok Jane" ucapnya padaku.
"Apa kakakku dan istrinya ada di sana???" tanyaku masih dengan rasa sangat penasaran.
"Tidak...aku tidak melihat mereka di sana" ucapnya sambil menghela napas.
Pukul 10.00 kami berangkat kembali ke kota D. Aku benar-benar merasa lelah karena harus menghadapi Lina yang licik itu. Dalam perjalanan kembali Lucien menyuruhku tidur dan aku pun dengan senang hati menuruti perintahnya. Aku baru bangun ketika sudah sampai di Kota D.