Sesampainya di depan pintu gerbang rumah Lucien, seperti biasa dia membuka gerbang tersebut dengan remote yang dia ambil dari dashboard mobilnya.
"Errrr...bolehkah aku turun di sini?" kataku pada Lucien.
"Kenapa?" tanyanya heran karena aku ingin turun di pintu gerbang rumahnya.
"Aku ingin jalan kaki sambil menikmati indahnya taman di rumahmu ini Lucien" jawabku penuh harap.
"Baiklah terserah padamu" jawabnya sambil tersenyum simpul.
Aku pun turun dari mobil Lucien dan mulai berjalan masuk ke halaman rumahnya yang dibuat seperti taman itu, Lucien melajukan mobilnya lebih dulu menuju garasi. Kali ini penglihatanku lebih jelas dengan taman milik Lucien ini karena langit sudah tidak gelap lagi. Aku berjalan menuju salah satu sisi taman yang sangat banyak terdapat tanaman mawar merah yang sedang berbunga. Dengan antusias aku menatap bunga-bunga mawar merah tersebut dan tanpa menyadari Lucien sudah ada di belakangku.
"Apa kamu menyukainya?" tanya Lucien tiba-tiba dan berhasil membuatku tersentak.
"Tentu saja aku sangat menyukainya, bunga mawar merah adalah favoritku" ujarku padanya sembari terus menikmati keindahan dari bunga mawar merah tersebut. "Lucien tamanmu ini benar-benar indah, tahukah kamu ingin rasanya aku berada di sini berlama-lama" kataku panjang lebar tanpa bisa menyembunyikan ekspresi bahagiaku.
"Aku tidak menyangka wanita berlidah tajam sepertimu bisa menyukai sebuah taman yang indah juga" ucapnya dengan nada bergurau.
"Semua orang pasti menyukai keindahan, hanya saja apa yang menurut mereka indah itu yang berbeda" kataku menanggapi tanpa melepaskan pandanganku dari taman milik Lucien. Sebelumnya aku sudah bertekad akan menikmati sepuasnya keindahan taman ini. Namun tiba-tiba Lucien menarik tanganku menuju ke dalam rumah, dengan tidak rela aku pun mengikutinya.
"Yaaahhh....padahal kan aku masih belum puas menikmati keindahan tamanmu, kenapa kamu sudah menarikku ke dalam?" keluhku tak terima.
"Ingatlah tujuan utamamu kemari untuk membantuku menyelesaikan laporan pengamatan film. Kita masih punya banyak waktu untukmu bisa menikmati tamanku" katanya dengan nada sedikit kesal.
"Benarkah? berarti setiap hari aku boleh ke rumahmu?" tanyaku penuh harap.
"Ya setiap hari aku akan membawamu ke rumah agar kamu bisa puas menikmati keindahan rumahku" ujarnya lagi.
"Oke terimakasih" ucapku dengan mata berbinar. "Ngomong-ngomong dimana aku harus meletakkan tas pakaianku ini?" tanyaku lagi karena merasa bingung dimana harus meletakkan tas pakaianku.
"Letakkan di kamarku saja, kamu sudah tahu kan letak kamarku. Aku akan ke ruang kerja mengambil laptop" katanya menanggapi sambil berlalu.
Aku pun langsung menuju kamar Lucien untuk meletakkan tas pakaianku. Baru kusadari ternyata tata letak ruangan di rumah ini memang sangat diatur sedemikian rupa oleh sang pemilik. Dari depan pintu masuk terdapat ruang tamu, kemudian setelah ruang tamu ada ruang keluarga, di depan ruang keluarga berjajar beberapa ruangan lagi yaitu yang 1 kamar Lucien dan satunya lagi ruang kerja Lucien. Ada satu ruangan lagi di sebelah kamar Lucien tetapi aku tidak tahu itu ruangan apa. Ruang makan dan dapur letaknya bersebelahan yaitu di area belakang rumah.
Setelah meletakkan tas pakaianku, aku kembali ke ruang keluarga untuk membantu Lucien menyelesaikan laporan pengamatan filmnya. Kulihat Lucien sudah berada di sana dengan laptopnya.
"Jadi apa yang mula-mula harus aku lakukan sekarang?" tanyaku pada Lucien yang terlihat sedang berpikir.
"Bagaimana menurutmu film sudah kita tonton itu?" tanyanya balik.
"Eeeehhhmmm....menurutku film itu cukup bagus karena menceritakan kisah cinta anak sekolahan yang manis dan menggemaskan. Dan yang membuat film itu luar biasa adalah meskipun sang pemeran utama tidak bersama tetapi keduanya masih saling mencintai sampai akhir hayat mereka" ujarku menanggapinya.
"Itu saja?" tanyanya singkat sambil menganalisa ucapanku.
"Eeehhhmmm....sebenarnya kalau secara pribadi aku tidak suka dengan ending yang seperti itu, karena dalam prinsipku pemeran utama harus berakhir bahagia hehehe" jawabku cengengesan.
"Kenapa begitu?" tanyanya lagi.
"Tentu saja karena kehidupan di dunia nyata itu sudah susah, jadi untuk apa film harus dibuat berakhir tidak bahagia?memang sih kita bisa mendapatkan pelajaran hidup dari film, tetapi bukankah tujuan utama kita menonton film adalah untuk menghibur diri?memang ada orang menghibur diri dengan hal-hal yang menyedihkan?" ungkapku panjang lebar pada Lucien.
Lucien mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengetik. Entah yang dia ketik adalah kata-kataku atau dia menggabungkan antara opiniku dan opininya. Tidak ingin mengganggu konsentrasi Lucien, kuraih salah satu snack favoritku yang tadi aku beli di mini market dan memakannya sambil melihat-lihat youtube, instagram, aplikasi komik online, dan whatsapp yang ada di ponselku.
Bosan bermain dengan ponselku, aku melirik Lucien yang ternyata masih fokus mengetik di laptopnya. Tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalaku.
"Aaaaa buka mulutmu!!!" perintahku sambil menyuapi snack yang kupegang pada Lucien yang sedang fokus.
Tanpa kuduga ternyata dia membuka mulutnya dan memakan snack yang kusuapi. "Deeggg...deeggg" Tentu saja aku terkejut dengan tingkahnya. Niat awal hanya ingin menjahilinya ujung-ujungnya aku sendiri yang tak bisa mengontrol detak jantungku.
"Mana lagi snacknya??" katanya yang masih fokus mengetik.
Dengan ragu aku kembali menyuapi Lucien dan dia menikmatinya dengan santai. Dan aku dengan bersusah payah mengendalikan detak jantungku yang mulai berpacu agar tetap normal.
Beberapa jam kemudian dia selesai dengan laporannya dan beralih menatapku.
"Kemarilah coba kamu lihat ini" katanya sambil memperlihatkan laporan yang diketiknya tadi.
Aku pun melihat laporan itu dan membaca isinya. Laporan pengamatan film itu benar-benar sangat rinci karena tidak hanya berisi kekurangan dan kelebihan dari film, tetapi juga berisi tentang kritik dan saran untuk tokoh-tokoh yang ada di film tersebut.
"Jadi ini yang namanya laporan pengamatan film?" tanyaku memastikan.
"Yaps...dan terimakasih atas bantuanmu, berkat saranmu aku jadi bisa menambahkan beberapa hal" ucapnya tulus.
"Huh???perasaan aku hanya membantu sedikit saja, tapi tidak masalah selama aku bisa membantu" ujarku tulus.
Kami pun melanjutkan aktivitas kami dengan mengobrol santai, sampai tiba-tiba ada panggilan video masuk di smart tv milik Lucien. Tertera nama Gavin di panggilan video tersebut dan dia mengangkatnya.
"Hhhiii my bro, how are you?" sapa orang tersebut.
"I'm ok, how about you?" sapa Lucien balik.
Aku yang melihat mereka berdua saling sapa seperti itu hanya bisa menjadi kambing congek.
"Of course fine...always fine, ngomong-ngomong kamu sedang apa?dan siapa itu?apakah aku tidak salah lihat???bukankah itu seorang wanita???" kata orang yang bernama Gavin itu heboh pada Lucien.
"Aku sedang membuat laporan pengamatan seperti biasa. Dan dia adalah Jane" jawab Lucien sambil menghembuskan nafas panjangnya.
"Oh halo Jane, kamu cantik sekali. Apakah kamu tahu ini pertama kalinya aku melihat Lucien bersama seorang wanita?" cerocos Gavin padaku.
"Oh Halo Gavin, kamu juga tampan. Aku tahu dia tidak pernah tertarik dengan wanita, tetapi aku tidak tahu jika aku adalah wanita pertama yang bisa dekat dengannya" jawabku sambil tertawa.
"Hahaha dia tidak memberitahumu?Hei...hei...apa kalian sudah lama dekat?" ujar Gavin penasaran.
"Dia hanya memberi tahuku tidak pernah tertarik dengan wanita saja" kataku masih tertawa.
"Bukan urusanmu sudah berapa lama aku mengenal Jane!!!" jawab Lucien dingin.
"Tuh kan kamu lihat Jane dia itu sangat dingin, banyak wanita ingin dekat dengannya tetapi dia selalu menolak dan tidak pernah mengijinkan mereka dekat dengannya. Dia malah mencoba berpacaran dengan laki-laki dan hasilnya tetap 0 hahahaha" cerocos Gavin lagi sehingga berhasil membuat Lucien kesal.
"Apa kamu sengaja melakukan panggilan video hanya untuk mengejekku karena putus dengan mantanku itu?" tanya Lucien kesal.
"Ah...tidak tentu tidak, aku hanya khawatir padamu dan ingin memastikan apakah kamu sekarang sudah bisa tertarik dengan wanita atau belum hahaha" ujar Gavin sambil tertawa lagi.
"Lalu???"ucap Lucien dingin.
"Aku bahagia ternyata kamu sekarang bahkan bisa dekat dengan wanita dan wanita itu sangat cantik lagi" ucap Gavin tulus sehingga berhasil membuatku tersipu.
"Jane jika Lucien menjauhimu atau tidak mau dekat denganmu lagi kamu bisa mencariku, aku pasti akan menerimamu" goda Gavin.
"Huh???" jawabku singkat sambil mengangkat alis bingung.
"Tidak akan!!!" jawab Lucien kesal dan mengakhiri panggilan video tersebut.
"Kenapa kamu mematikan panggilannya?" tanyaku karena terkejut dia mematikan panggilan secara tiba-tiba.
"Memang kamu mau melakukan panggilan video terus dengan Gavin?" tanyanya balik dengan nada masih kesal.
"Ya tidak sih hanya saja kamu memutuskan panggilan seperti itu, apa tidak apa-apa?" tanyaku heran.
"Tidak apa-apa, dia bukan orang yang bodoh" jawab Lucien dingin sehingga membuatku bingung.
"Kamu marah ya?"tanyaku penasaran karena sikapnya berubah.
"Tidak" jawabnya singkat. Aku pun pasrah saja dengan keadaan yang terus berlanjut seperti itu. Dia menjawabku dengan seadanya saja, sampai akhirnya waktu makan malam tiba dan kami makan bersama di rumah Lucien. Aku memberanikan diri berbicara padanya karena sudah tak tahan diperlakukan seperti itu.
"Kamu itu sebenarnya kenapa sih?setelah panggilan video dari Gavin jadi dingin begini?kalau aku ada salah aku minta maaf padamu" ujarku mulai kesal dengan sikapnya.
"Tidak...kamu tidak salah hanya aku saja yang terlalu egois" jawabnya yang membuatku bingung.
"Huh???aku tidak mengerti maksudmu Lucien, coba tolong kamu jelaskan!" ucapku memohon pada Lucien. "Tunggu...jangan-jangan kamu cemburu Gavin menggodaku karena kamu menyukai Gavin ya?" imbuhku lagi.
"Tentu saja tidak. Aku tidak menyukai Gavin, dia hanya temanku Jane" jawab Lucien sambil memutar bola matanya.
"Oooppsss....sorry aku kan hanya menebak hehehe." kataku cengengesan.
"Ayolah Lucien kamu jangan dingin lagi dong, nanti wajah tampanmu ini berubah jadi es loh" rayuku pada Lucien dan berhasil membuatnya tersenyum.
Selesai makan malam Lucien mengantarku pulang ke apartemen. Sungguh bahagia rasanya hari ini aku seharian penuh bisa bersama dengan Lucien. Baru sebentar saja tidak bertemu, aku sudah mulai merindukannya. Aku selalu berharap dia bisa menyukaiku dan merindukanku juga