Chereads / UNPERFECT COUPLE / Chapter 6 - 6. Masa Lalu Lucien

Chapter 6 - 6. Masa Lalu Lucien

Lucien POV

Hari itu seperti biasa aku mendapatkan surat cinta lagi dari beberapa perempuan di sekolahku. Tentu saja aku tidak menanggapi surat-surat itu karena aku tidak tertarik dan fokusku hanya untuk belajar. Usai sekolah aku pulang ke asramaku. Ya aku bersekolah di Negara S karena berhasil mendapatkan beasiswa dan selama di negara orang aku tinggal di asrama sekolahku. Saat ini aku berada di akhir masa sekolahku karena minggu depan adalah upacara kelulusanku.

Aku sudah diterima di salah satu universitas terkenal Negara A dengan beasiswa penuh. Heaven University itulah nama kampusku, di sana aku mengambil 2 jurusan sekaligus karena aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk keduanya. Untuk tempat tinggalku di Negara A tentu saja dibayarkan oleh orang tuaku.

Sebulan sudah aku menjalani kuliahku di Negara A, aku sangat menikmatinya, meskipun terkadang masih sering terganggu dengan perempuan-perempuan yang menyatakan perasaannya padaku.

"Hei bro apa yang kamu lakukan di sini?" tanya temanku Gavin padaku.

"Tidakkah kamu lihat aku sedang membaca buku?" jawabku singkat.

"Aku dengar kemarin kamu sudah membuat seorang gadis sakit hati lagi ya? temanku ini memang sangat populer" katanya mulai menggodaku.

"Ya, lebih baik aku menolak gadis itu dengan tegas daripada harus memberikannya harapan palsu" jawabku datar.

"Dari semua gadis yang menyatakan perasaan padamu, apakah tidak ada yang bisa membuatmu berdebar?" tanya Gavin penasaran.

"Tidak ada, dari dulu sampai sekarang semua gadis yang menyatakan perasaannya padaku belum ada yang berhasil membuatku berdebar" sahutku.

"Apakah kamu laki-laki yang normal? jangan-jangan kamu menyukai lelaki karena banyak wanita yang menyukaimu dan satu pun belum ada yang bisa membuatmu berdebar." katanya asal.

"Iyakah?" pikirku lalu melanjutkan membaca buku. Ku dengar Gavin berceloteh ria di sebelahku dengan seseorang yang tidak ku kenal.

Tak terasa setahun sudah aku bersekolah di kampus ini, dan selama setahun itupula kehidupan percintaanku masih nol besar. Bukan karena sombong hanya saja aku memang benar-benar ingin fokus dengan kuliahku. Selain itu aku juga sama sekali tidak tertarik dengan gadis-gadis yang bergiliran menyatakan perasanannya padaku.

Sampai suatu hari aku merenung dan mencoba berpikir mengenai orientasi seksualku, karena sampai saat ini aku belum tertarik dengan gadis manapun. Kemudian muncullah sebuah ide untuk mencoba berpacaran dengan laki-laki.

"Mengapa harus mencoba dengan laki-laki?mengapa kamu tidak coba dengan perempuan saja?" tanya Gavin syok.

"Aku sudah pernah mencoba memberi kesempatan pada seorang gadis, tetapi  ujung-ujungnya dia menuntutku seperti ini dan itu sesuai dengan apa yang dia mau. Dan memaksaku untuk balas mencintainya seperti dia mencintai aku. Itupun aku hanya memberi kesempatan pada gadis itu agar bisa membuatku jatuh cinta padanya, tetapi bukannya jatuh cinta yang ada aku jadi muak dengannya. Untuk akhirnya tentu sudah bisa kamu tebak sendiri" jelasku panjang lebar.

"Lalu sekarang kamu ingin mencobanya pada laki-laki?" tanya Gavin lagi memastikan.

"Ya, kebetulan hari ini ada seorang laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku, jadi aku berencana untuk memberinya kesempatan" kataku sambil tersenyum.

"Apa kamu yakin dengan keputusanmu? Tidakkah kamu pikirkan akibatnya jika keluargamu tahu?" kata Gavin mempertanyakan keputusanku.

"Mereka tidak akan tahu, jika tidak ada yang melapor pada mereka" ujarku santai.

" Ya...ya...terserah padamu saja" sahut Gavin pasrah.

Aku pun mulai menjalankan rencanaku dan aku berhasil berpacaran dengan laki-laki itu selama 3 bulan, karena setelah 3 bulan aku lebih fokus pada penyelesaian kuliahku. Suatu hari gadis yang pernah kuberi kesempatan dulu tahu jika aku berpacaran dengan laki-laki setelah meninggalkannya. Dan dari sinilah petakaku dimulai.

Gadis itu menyebarkan gosip di kampus jika aku adalah seorang gay sampai akhirnya terdengarlah hal itu ke telinga orang tuaku. Tentu saja papaku sangat marah dan langsung memutuskan hubungan kekerabatan kami. Meski mamaku sudah berusaha membujuk papa, tetapi papa tidak mengiraukan bujukan mamaku. Papaku adalah orang yang sangat teguh dengan pendiriannya. Aku yang diperlakukan seperti itu oleh papaku hanya bisa pasrah karena ini memang kesalahanku.

Sejak pemutusan hubungan kekerabatan, aku mulai kerja sambil kuliah untuk membayar sewa apartemenku. Kadang mama diam-diam mengirimiku uang dan menelponku, meskipun uang dari mama tak pernah aku gunakan melainkan aku simpan.

Sampai akhirnya aku lulus kuliah, dan aku pun kembali ke negara asalku yaitu Negara I. Di negara asal aku tidak langsung pulang ke tempat orang tuaku di Daerah B tepatnya di Kota R. Aku tinggal dan bekerja di Kota J, siang malam aku bekerja keras menghasilkan uang untuk membuka usahaku sendiri. Selama berada di Kota J aku berteman baik dengan seorang laki-laki bernama Victor, dia adalah anak dari pemiliki perusahaan otomotif terkenal di Negara I. Di usianya yang masih sangat muda Victor bahkan berhasil menduduki jabatan Manager di perusahaan mobil terkenal brand Audi.

Victor adalah orang yang memotivasiku untuk terus bekerja keras dan mengenalkanku pada orang-orang penting di dunia bisnis. Akhirnya setelah 5 tahun bekerja keras tanpa henti aku berhasil membuka perusahaanku sendiri yang bernama Gadget World. Awal berdiri perusahaanku hanya ada di Kota J, karena tuntutan jaman pada teknologi semakin tinggi perusahaanku jadi semakin berkembang sampai akhirnya aku membuka kantor cabang di daerah tempat orang tuaku. Aku pun memutuskan untuk kembali ke Daerah B.

Di Daerah B aku membangun rumah dengan desainku sendiri di Kota D. Aku mengirim pesan pada mamaku jika aku sudah kembali. Kemudian mamaku meminta untuk bertemu, tentu saja aku langsung mengiyakannya karena aku sudah sangat merindukan mamaku. Kami pun melakukan janji temu di Restoran Oishii.

"Kak Lucien?" sapa seorang gadis imut padaku dan aku pun langsung menoleh.

"Mama!!! gadis ini apakah Ana???" tanyaku senang.

"Ya dia adikmu Lucien, bagaimana kabarmu?" tanya mama sambil melihatku sendu.

"Oh aku tidak menyangka Ana sudah menjadi sebesar ini. Aku baik-baik saja ma, kalian semua di rumah juga baik-baik saja kan?" tanyaku balik sambil tersenyum.

"Ya tentu saja kami baik nak. Ana sangat merindukanmu, dia berharap kamu bisa pulang bersama kita hari ini" kata mamaku sedih.

"Benar kak, tidak bisakah kakak pulang bersama kami?" tanya Ana sedih.

"Maafkan aku, aku belum bisa pulang sekarang. Jika aku sudah siap aku akan mengabari mama" jawabku berusaha tegar.

"Sekarang kamu tinggal di mana nak? sepertinya sekarang kamu sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses" ucap mamaku.

"Di jalan xxx Kota D ma, ya begitulah ma aku sangat bersyukur sekarang perusahaanku memiliki banyak kantor cabang di dalam negeri. Selain memimpin usaha, aku juga memiliki pekerjaan lain sebagai pengamat film. Jadi usahaku selama ini tidak sia-sia ma" sahutku pada mama.

Ana apakah uang yang kuberikan padamu masih?" ujarku pada Ana. Ya selama bekerja keras tidak lupa aku memberikan tanggungjawabku kepada keluargaku, meskipun harus ku lakukan diam-diam agar tak diketahui oleh papaku. Semua uang yang mama kirimkan padaku saat kuliah dulu, kukembalikan pada mama.

"Masih kak, kakak selalu mengirimkan banyak uang padaku dan mama. Jadi bagaimana mungkin kita bisa menghabiskannya?hahaha" sahut Ana sambil tertawa.

"Ya hanya itu yang bisa kulakukan untuk kalian" jawabku sendu.

Kami pun mengobrol santai sambil melepaskan rindu yang sudah lama tertahankan. Ana sangat antusias menceritakan kehidupan sekolahnya padaku dan aku pun sangat senang mendengarnya.

Siang itu aku melihat laki-laki yang ku kencani selama seminggu sedang bermesraan dengan laki-laki lain di sebuah hotel. Aku memang sudah curiga dengan kekasihku karena tingkahnya mencirikan sedang memiliki hubungan rahasia dengan orang lain. Dia tak pernah mengijinkanku meminjam ponselnya dan dia terus meminta uang padaku bahkan sampai menginginkan black cardku. Tentu saja aku tidak memberikan black cardku padanya dan hanya memberikan uang secukupnya saja.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyaku dingin pada 2 orang laki-laki di depanku.

"Kamu siapa?memang apa lagi menurutmu yang bisa kami lakukan di sini?"  tanya laki-laki di sebelah kekasihku.

"Dia bukan siapa-siapa, hanya seorang laki-laki pelit" jawab kekasihku.

Aku yang mendengar perkataannya tentu saja marah dan berucap "Oh jadi aku bukan siapa-siapa karena tidak memberikan black cardku dan uang yang banyak padamu? asal kamu tahu aku adalah kekasih dari orang di sebelahmu"

"Mulai hari ini jangan menemuiku lagi dan jangan tunjukkan wajahmu di hadapanku, kita sudah berakhir!!!" imbuhku kasar dan penuh penekanan pada salah satu laki-laki yang ada di depanku.

Aku berjalan menuju parkiran dan langsung menancap gas mobilku. Selama perjalanan aku terus berpikir "apa alasan laki-laki itu berselingkuh dariku?apakah benar aku pelit terhadapnya?bukankah aku sudah memberikannya cukup uang? malah uang itu menurutku lebih dari cukup untuk biaya hidupnya. Mungkin dia memang laki-laki matre yang hanya ingin uang. Baru seminggu berkencan saja dia sudah berani meminta black cardku, bagaimana jika itu sebulan? mungkin seluruh aset pribadiku akan diambil olehnya. Untung saja Tuhan masih menyayangiku sehingga aku tahu asli dari orang itu."

Dengan pikiran yang cukup kacau aku pun tidak memperhatikan jalan sampai akhirnya tanpa sengaja menabrak seseorang.

Lucien POV End