Jangan lupa vote and follow ya readers. Selamat membaca :)
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 aku bergegas bersiap untuk pulang. Seperti biasa aku mampir dulu di mini market dekat tempat tinggalku untuk membeli beberapa makanan ringan sebagai makan malamku. Namun ketika aku akan menyebrang jalan tiba-tiba "Brrrraaakkkk".
Sebuah mobil hitam menabrakku hingga terjatuh. Sang pemilik mobil dengan tergesa turun dari mobilnya untuk membantuku memindahkan sepeda motorku agar aku bisa berdiri. "Apakah kamu baik-baik saja?" kata laki-laki itu dingin tetapi ada sedikit kekhawatiran dalam suaranya.
Kuperhatikan seluruh tubuhku untuk memastikan bahwa diriku baik-baik saja. Lalu aku melihat bagian tangan jaketku robek dan memperlihatkan tanganku yang sudah berdarah. "Tidak aku tidak baik-baik saja"kataku mulai panik pada laki-laki itu.
Ketika aku berusaha berdiri, aku merasakan rasa sakit di bagian lututku. " Oh shit apa lagi yang terjadi pada lututku?" umpatku dalam hati.
Aku tak bisa langsung melihat kondisi lututku karena masih mengenakan celana panjang slimfit hitamku.
"Ayo kita segera ke dokter untuk mengobati lukamu" ujar laki-laki itu sambil membawaku yang ke dalam mobilnya. Dengan tertatih dan tanpa pikir panjang aku menurutinya.
"Maafkan aku, aku akan bertanggungjawab padamu" katanya tiba-tiba ketika kami sudah berada di dalam mobil dan dia sudah menjalankan mobilnya menuju dokter terdekat.
"Baguslah jika kamu sadar akan kesalahanmu. Tapi apakah motorku baik-baik saja???" tanyaku yang memang mengkhawatirkan kondisi motorku karena aku tidak sempat melihat kondisi motor kesayanganku itu.
"Huh???kamu sedang terluka seperti ini dan sekarang kamu khawatir dengan motormu?" tanya laki-laki itu terheran.
"Ya, apakah salah jika aku bertanya seperti itu???motor itu adalah satu-satunya alat transportasi yang aku gunakan untuk pulang pergi kerja. Jadi jika itu rusak bagaimana caraku pulang pergi ke tempatku bekerja???" cecarku menuntut.
"Aku akan memperbaiki motormu, jadi kamu tenang saja" katanya singkat.
"Eeehhhmmm bisakah kamu sekalian men-service motorku?tetapi jika tidak bisa tidak apa-apa" kataku memanfaatkan keadaan. Sungguh tidak tahu malu bukan??? aku sendiri juga heran mengapa aku bersikap tidak tahu malu pada laki-laki yang baru saja menabrakku dan mengatakan dirinya akan bertanggungjawab padaku.
Laki-laki itupun menelpon seseorang yang sepertinya bengkel. "Vin tolong kamu bawa motor Honda Beat hitam nomor plat 1234 di jalan xxx ya, kuncinya masih aku yang bawa.
Tolong juga sekalian kamu service motor itu. Ok. Thank You" kata laki-laki itu menutup telponnya.
Kuperhatikan dengan seksama wajah laki-laki di sebelahku yang saat ini sedang menelpon. Aku merasa sangat bodoh karena dari tadi tidak melihat rupa dari laki-laki ini karena setelah kulihat betapa aku terpesona dengan ketampanan yang dimilikinya. Bagaikan wajah yang dipahat sempurna oleh Tuhan dan dianugerahkan suara indah bagaikan beledu sehingga membuatku terlena tiap mendengar ucapan-ucapannya.
Tak ingin ketahuan sudah memperhatikannya, dengan sumringah aku berkata "terimakasih karena sudah mau membantuku". "Don't mind that" katanya singkat dengan wajah datar. Meskipun dia cenderung berbicara dengan nada yang datar dan ekspresi yang dingin, tidak mengurangi nilai sempurnanya di mataku.
Sesampainya di dokter terdekat yaitu di Klinik Seribu Bunga kami pun langsung turun dari mobil dan masuk menuju ruang dokter yang sedang jaga saat itu.
"Lucien apa yang terjadi???apa yang sudah kamu lakukan pada wanita itu???" kata dokter tersebut pada laki-laki disebelahku.
"Oh ayolah bisakah kamu mengobati lukanya terlebih dahulu baru bertanya yang lain???" kata laki-laki itu kesal.
"Oh My God...wajah kesalnya sungguh menggemaskan, seandainya dia belum memiliki kekasih aku dengan sukarela akan menjadi kekasihnya" batinku mulai liar.
"Oh maaf, kemarilah nona cantik silahkan duduk aku akan membersihkan lukamu dulu" kata dokter itu ramah sehingga membuatku tersentak dari pikiran liarku.
Aku pun duduk di hadapan dokter tersebut. Sambil membersihkan luka di tanganku dokter tersebut bertanya lagi "jadi bisakah kamu ceritakan apa yang sudah terjadi sekarang padaku???" aku hanya terdiam mendengarkan percakapan antara dua lelaki ini.
"Aku menabraknya" jawab laki-laki yang kutahu bernama Lucien tersebut. "What???apa yang terjadi padamu hari ini Lucien???tidak biasanya kamu ceroboh mengendarai mobil apalagi sampai menabrak orang" sahut dokter itu. Sekarang aku tersadar pasti sesuatu telah terjadi pada laki-laki itu sehingga tanpa sengaja menabrakku.
"Ya aku tahu, makanya aku akan bertanggungjawab pada wanita ini" imbuh Lucien. Kata bertanggungjawab itu sungguh membuatku kesal.
"Hei dari tadi kamu terus berkata bertanggungjawab bertanggungjawab seperti itu, apakah kamu sadar itu kesannya seperti kamu sudah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya padaku" celetukku sedikit geram.
Dokter tersebut tertawa kecil dan berkata "benar kata wanita ini, kamu menggunakan kata bertanggungjawab seolah-olah kamu sudah melakukan sesuatu padanya Lucien".
Laki-laki itu hanya diam dengan wajah datarnya dan tidak menanggapi perkataan sang dokter. Selesai membersihkan luka di tanganku, dokter bertanya padaku"apakah masih ada bagian lain yang terluka?"
"Bisakah dokter tolong mengecek lututku juga???karena rasanya lumayan sakit" kataku. "Baiklah, tetapi kamu harus membuka celanamu nona karena celanamu panjang dan cukup ketat, jadi sepertinya kamu tidak bisa menggulungnya ke atas" kata dokter tersebut.
"Gunakan ini" kata laki-laki itu tiba-tiba memberiku selembar kain agar dokter lebih mudah memeriksa lututku. Aku pun bergegas pergi ke toilet klinik untuk menggantinya.
Saat berada di dalam toilet aku mendengar percakapan kedua lelaki tersebut. Laki-laki yang menabrakku ternyata sedang putus cinta sehingga pikirannya kacau dan tidak sengaja jadi menabrakku. Aku cukup merasa iba pada laki-laki itu karena dia memiliki wajah yang tampan tetapi masih saja diselingkuhi oleh kekasihnya. "Aku tidak habis pikir, kurang apa coba laki-laki ini???kalau aku jadi dia aku selingkuhin balik itu manusia" pikirku.
Setelah mengganti celanaku dengan kain, dokter langsung memeriksa lututku dan terlihatlah noda biru keunguan yang menandakan telah terjadi pendarahan di bawah kulit. "Ini sebaiknya kamu kompres pakai air hangat saja ya" kata sang dokter sambil menunjuk memar di lututku.
"Ok dok" kataku singkat. Kami pun meninggalkan klinik setelah dokter memberiku obat untuk diminum agar lukaku tidak infeksi.
"Tunjukkan jalan ke rumahmu!!! aku akan mengantarmu pulang" perintah laki-laki yang menabrakku.
"Ok, tapi tak bisakah kita berkenalan dulu?" sahutku antusias. "Lucien" katanya singkat. "Aku Jane" kataku girang.
Sesampainya di tempat tinggalku, tak lupa aku mengucapkan terimakasih pada Lucien dan keluar dari mobilnya. "Wait, bisakah kamu memberikan nomormu???" katanya sambil memegang lenganku sehingga membuatku sedikit terkejut.
Kami pun saling memberikan nomor telpon dan dia juga pergi menuju rumahnya. "Laki-laki yang sangat sempurna, bisakah aku mendapatkannya?" batinku berharap.
Ya ku akui aku sudah jatuh dalam pesona laki-laki itu. Meskipun aku seorang biseksual, tetapi aku selalu berharap bisa menikah suatu hari nanti. Siapapun orangnya tak masalah, yang terpenting dia bisa membuatku nyaman saat bersamanya. Setelah putus dari Rain aku jadi benar-benar memahami sisi lain dari kehidupan.