Setelah menyelesaikan urusanku di toilet, aku mencari Lucien di lobi bioskop. Kulihat Lucien sedang bersama 2 orang laki-laki. Dari jauh samar-samar ku dengar percakapan mereka bertiga.
"Kamu masih saja melakukan pekerjaan yang membosankan ini Lucien, bukannya tidak banyak yang bisa kamu dapatkan dari pekerjaan ini?" kata laki-laki 1 yang wajahnya cukup cantik untuk seorang laki-laki.
"Apakah ini mantan kekasih yang kamu ceritakan padaku, Bae? yang katamu dia tidak bisa memenuhi kebutuhan finansialmu padahal sudah sangat sibuk bekerja" kata laki-laki 2 dengan sombong.
"Bukan urusanmu Brengsek!!!" kata Lucien singkat pada kedua laki-laki tersebut.
Aku yang mendengar percakapan mereka seperti itu sungguh marah mendengarnya dan berjalan ke arah Lucien kemudian memeluk lengannya. "Love, kamu kenal mereka?" kataku tiba-tiba dengan nada lembut.
Dengan wajah yang sedikit terkejut diiringi senyuman simpulnya, Lucien berkata "Ya, mereka adalah 2 orang penggila harta".
"Tutup mulutmu Lucien!!!" kata laki-laki 1 mulai kesal. "Ternyata kamu bisa juga tertarik dengan seorang wanita bahkan kita baru putus kemarin dan sekarang kamu sudah berpacaran dengannya, kamu pikir aku percaya?" imbuh laki-laki 1.
"Percaya atau tidak itu urusanmu" sahut Lucien singkat.
"Hei nona apakah kamu tahu jika kekasihmu ini dari dulu sampai kemarin adalah seorang gay?" tanya laki-laki 2 padaku.
"Tahu, lalu kenapa? meskipun dia dulu adalah seorang gay tetapi aku tetap mencintainya karena aku tidak mau hanya mencintai kelebihannya saja, aku mau mencintai semua yang ada pada dirinya entah itu kekurangan ataupun kelebihannya" jawabku panjang lebar yang berhasil membuat laki-laki disebelahku tersentak.
"Aku adalah mantan kekasihnya loh" kata laki-laki 1 menanggapi dengan sombong.
"Lalu kenapa jika kamu mantan kekasihnya? orang sepertimu memang pantas untuk ditinggalkan." kataku meremehkan laki-laki 1.
"Hei jaga mulutmu nona!!! dia adalah kekasihku." jawab laki-laki 2 tak terima.
"Jika dia adalah kekasihmu seharusnya kamu menjaganya agar tidak mengganggu kekasihku bro. Dia saja sudah berpacaran denganmu padahal baru kemarin putus, jadi kenapa Lucien tidak mungkin berpacaran denganku sekarang? Lucien bahkan lebih dari mungkin untuk mendapatkan penggantimu dalam hitungan jam" jawabku panjang lebar pada 2 laki-laki itu.
"Mulutmu memang benar-benar tajam nona, menurutmu apakah pantas kekasihmu kamu bela sampai seperti ini?" tanya laki-laki 2 menahan emosi.
"Dia sangat pantas mendapatkan pembelaanku karena dia adalah kekasihku dan kalian bukanlah siapa-siapa bagiku selain sebagai pasangan selingkuh penggila harta" kataku kasar pada 2 laki-laki itu sambil menarik tangan Lucien agar kami bisa pergi menjauh dari mereka.
Tiba-tiba aku merasakan tanganku satunya tertahan sesuatu dan nyaris saja tangan laki-laki 1 menampar wajahku. Aku sudah memperkirakan jika dia memang akan menyakitiku karena omonganku barusan, jadi aku sudah mempersiapkan diriku untuk hal itu. Tetapi aku tidak menyangka Lucien akan menangkis tangan laki-laki itu demi diriku.
"Jangan coba-coba kamu menyentuhnya" kata Lucien dingin pada laki-laki 1.
"Kenapa kamu mau menamparku? apakah kamu tidak terima dengan semua yang aku katakan tadi atau kamu merasa tidak terima jika mantan kekasihmu sudah memiliki penggantimu?" kataku dengan tenang sambil meremehkan.
"Dan kamu sang kekasih sekarang, bukankah aku sudah bilang untuk menjaga kekasihmu, jika dia seperti ini jadi terkesan dia masih mencintai kekasihku kan?" imbuhku memprovokasi.
"Diam kau jalang" kata laki-laki 1. "Jika aku jalang kau apa??? bajingan???" kataku kembali meremehkan.
Dengan kesal laki-laki 2 menarik tangan laki-laki 1 dan berkata "sudahlah, kita pergi saja dari sini, tidak perlu meladeni wanita kurang ajar ini".
Kulihat 2 orang laki-laki itu pergi meninggalkan aku dan Lucien. Kami pun pergi menuju parkiran untuk kembali pulang. Dalam perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti. Tak tahan dengan keheningan yang berlangsung sudah cukup lama, aku pun mulai berbicara "Oh ayolah Lucien kenapa kamu tidak berbicara?"
"Apakah malam ini kamu sibuk?" tanyanya padaku tiba-tiba. "Tidak, lagipula besok aku libur jadi malam ini aku bebas" kataku. "Kupikir dia marah padaku karena sikapku ke mantan kekasihnya tadi, tetapi untunglah sepertinya dia tidak marah padaku" batinku lega.
"Baguslah" katanya singkat sambil menambah kecepatan mobilnya. Kulihat kekalutan terpampang jelas di wajahnya. Ingin rasanya aku bertanya tetapi aku mengurungkan niatku agar dia bisa memiliki waktu untuk berpikir. Aku tak tahu kemana dia akan membawaku, aku hanya pasrah berusaha mengerti dirinya yang seperti ini.
Sesampainya di sebuah jalan yang sangat familiar bagiku karena jalan ini sangat dekat dengan tempat tinggalku hanya berbeda arah saja, aku mulai memberanikan diri bertanya padanya "kita mau apa ke sini?"
"ke rumahku" jawabnya singkat.
"What???ke rumahnya katanya Oh My God baru sehari kenal dan sekarang dia sudah membawaku ke rumahnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang?" batinku panik.
Berhentilah kami di depan sebuah pintu gerbang yang sangat mewah dan tinggi serta dikelilingi pagar tembok yang tinggi pula. Dia mengambil sebuah remote di dashboard mobilnya kemudian menekan remote tersebut. Terbukalah pintu gerbang mewah dan tinggi itu, kemudian kami pun memasuki halaman rumah tersebut. Kulihat lampu-lampu taman yang sangat cantik berjajar sesuai dengan pengaturan sang pemilik. Bunga-bunga dan pohon-pohon tertata rapi sehingga menambahkan kesan elegan untuk taman tersebut. Aku sangat terpesona dengan pemandangan taman itu, ya meskipun itu malam hari tetapi aku masih bisa melihat dengan jelas keindahan taman tersebut.
Lucien memarkir mobilnya di garasi dan betapa terkejutnya aku melihat garasi mobilnya sangat mewah dan ada 3 buah mobil berwarna hitam yang aku yakin harganya tidak murah berada di sana. Kami pun berjalan menuju rumahnya melalui pintu yang ada di samping kiri garasi.
Aku kembali dikejutkan dengan rumah Lucien yang ternyata hampir semua dindingnya terbuat dari kaca, dari luar rumah kaca ini tak terlihat karena tertutupi oleh pagar dan pintu gerbang yang tinggi. Dipadukan dengan interior bergaya modern rumah ini benar-benar membuatku takjub. Ketika memasuki halaman tadi aku tidak memperdulikan rumah ini karena terlalu larut dengan keindahan tamannya, sedangkan sekarang aku dibuat lebih takjub lagi dengan isi rumahnya.
"Duduklah" kata Lucien memecah ketakjubanku dan berlalu mengambil minuman untukku.
"Ok" sahutku sambil terus melihat sekeliling rumah tersebut. Ingin rasanya aku mencicipi untuk tinggal di rumah tersebut, tetapi itu adalah hal yang mustahil.
"Apa yang kamu pikirkan tentangku?" katanya sambil meletakkan minuman. "Memang apa yang harus aku pikirkan tentangmu selain kamu mempunyai wajah yang tampan dan mempunyai rumah yang sangat indah?"tanyaku sambil terus menikmati keindahan rumah Lucien.
"Apa lukamu baik-baik saja?" tanyanya lagi yang membuatku mengernyitkan alis karena merasa bingung dengan pertanyaannya kali ini.
"Ya lukaku baik-baik saja, apa yang sebenarnya coba kamu katakan Lucien?" tanyaku menyelidik.
"Aku seorang gay, apa kamu tidak risih berada di dekatku?atau tidakkah kamu merasa jijik padaku?" tanyanya beruntut sembari mencoba menahan emosi.
"Ayolah Lucien aku bukanlah wanita yang berpikiran tertutup, jika kamu memilih menjadi seorang gay, itu pilihanmu aku tidak masalah. Dengan dirimu menjadi seorang gay bukan berarti kamu tidak berhak berteman denganku. Lagipula tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Selain itu aku juga bukanlah wanita yang hanya menyukai laki-laki tampan saja" kataku jujur pada Lucien agar dia bisa merasa sedikit lebih tenang.
"Apa maksudmu?" tanyanya bingung. "Ya seperti yang kamu pikirkan selain menyukai laki-laki tampan aku juga menyukai wanita tampan. Mantan kekasihku setahun yang lalu juga adalah seorang wanita, jadi kamu tidak perlu merasa tidak nyaman seperti ini Lucien. Meskipun baru sehari kenal denganmu aku merasa cukup nyaman menjadi temanmu." sahutku berusaha menghiburnya.
"Ini baru pertama kali dalam hidupku mengalaminya, pantas saja tadi saat bertemu mantanku kamu terlihat sangat tenang. Biasanya semua wanita yang dekat denganku setelah mengetahui aku adalah seorang gay, mereka akan menjauhiku dan menyebarkan gosip tentangku" curhatnya padaku.
"Ya mungkin memang benar ada wanita yang seperti itu, tetapi kamu juga tidak bisa menyalahkan mereka karena mereka juga memiliki pilihannya sendiri." jawabku bijak. "Berarti selain aku, kamu tidak memiliki teman wanita dong?" tambahku.
"Bukan tidak punya hanya saja tidak dekat seperti aku denganmu sekarang, kita sudah bisa dibilang akrab padahal baru kenal sehari. Aku sendiri tidak menyangka bisa secepat ini akrab denganmu" katanya membuatku berhasil senang sampai langit ke tujuh.
"Aku juga tidak menyangka bisa secepat ini akrab dengamu. Padahal biasanya aku sangat sulit mengakrabkan diri dengan orang lain, kamu bahkan bisa menghitung temanku dengan jari loh" cerocosku.
"Ngomong-ngomong apakah keluargamu tahu jika kamu adalah seorang biseksual?" tanyanya penasaran.
"Tentu saja tidak, jika mereka tahu mungkin aku sudah di hapus dari kartu keluarga hahahaha, bagaimana denganmu?" tanyaku balik sambil tertawa.
"Mereka tahu makanya aku tinggal sendiri di rumah ini. Apakah kamu keberatan jika aku menceritakan masa laluku padamu?" katanya sendu.
"Tentu aku tidak keberatan, ceritalah aku akan mendengarkan" ucapku lembut.