Adzan subuh berkumandang di Masjid Al Azhar yang terletak di Perumahan Griya Wisesa, suara Muadzin itu terdengar sangat merdu di telinga saat melantunkan adzan. Seorang gadis cantik berkhimar keluar dari rumah dan berjalan menyusuri lorong yang menghubungkan rumah utama dengan sebuah mushalla yang terletak tepat disamping rumah. Dia berjalan ke arah tempat wudhu kemudian membuka khimarnya dan melakukan wudhu untuk menunaikan shalat subuh. Setelah selesai dipakainya lagi khimar tersebut dan masuk ke dalam Mushalla.
" Assalamu'alaikum, Ummi!" sapa gadis tersebut pada seorang wanita tengah baya yang memakai mukena dan telah ada di dalam mushalla.
" Wa'alaikumsalam, Fatma!" jawab wanita tersebut yang ternyata adalah ibu gadis itu. Kemudian Fatma mencium tangan ibunya lalu memakai mukenanya dan melakukan shalat sunnah subuh. Setelah selesai, ibu Fatma berdiri dan menjadi imam bagi putrinya.
" Assalamu'alaikum!" sapa seorang pria tengah baya bersama dua orang pria muda yang tampan.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Ibu Fatma dan Fatma bersamaan.
" Abi!" sapa mereka bersamaan lagi.
" Abang! Daffa!" sapa Fatma.
" Ummi!" sapa Abi Fatma.
" Ummi! Fatma!" sapa pemuda itu.
" Ummi! Kakak!" sapa yang satu lagi. Kemudian ummi Fatwa mencium tangan Abinya, begitu pula dengan Fatma, lalu abangnya mencium tangan ummi fatma sebaliknya Fatma mencium tangan abangnya dan adik Fatma mencium tangan Ummi dan Fatma. Mereka berlima kemudian duduk membentuk lingkaran dan membaca Al Qur'an bergantian.
" Bagaimana pekerjaan kamu Arkan? Baik?" tanya Abi.
" Alhamdulillah baik, Bi! Rencananya Arkan akan di tugaskan ke jepang bulan depan, tapi Arkan minta pendapat Abi dan Ummi tentang masalah ini!" jawab Arkan.
" Apa permasalahannya, nak?" tanya Abi.
" Arkan sangat bersyukur kepada Allah karena bisa diberi kesempatan untuk menimba ilmu di jepang, akan tetapi yang membuat Arkan ragu adalah mereka disana melarang kita untuk beristirahat sejenak walau hanya untuk menunaikan ibadah, Bi!" jawab Arkan.
" Apabila memang seperti itu, lebih baik kamu membatalkan saja, nak! Allah sangat membenci umatnya yang melalaikan ibadahnya!" jawab Abi.
" Iya, Bi!"
" Kalo Fatma? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Abi.
" Alhamdulillah, Bi! Semua berjalan dengan lancar!" jawab Fatma.
" Kamu Daffa?" tanya Abi.
" Ok lah, Bi! Alhamdulillah!" jawab Daffa santai.
" Terbalik, nak!" ucap Abi.
" Iya, Bi! Sorry!" jawab Daffa. Daffa memang berbeda dari Arkan dan Fatma, dia sejak kecil sudah di asuh oleh kakak dari Abi yang tinggal di Singapore, karena mereka tidak memiliki anak, jadi ilmu agama Daffa belum sebagus kakak-kakaknya, walaupun begitu dia adalah seorang anak yang rajin beribadah dan aktif dalam organisasi islam di kampusnya.
" Fatma!" panggil Abi.
" Iya, Bi!" sahut Fatma.
" Tadi Abinya Nabil telpon ke Abi, katanya secepatnya mereka akan berkunjung kerumah!" ucap Abi. Wajah Fatma bersemu merah mendengar Abinya menyebut pria yang telah mengkhitbahnya.
" Cieeee! Yang mau nikah!" goda Daffa.
" Daffaaaa!" tegur Abinya.
" Hahahaha!" tawa Arkan melihat wajah adiknya.
" Sudah! Kalian jangan menggoda Fatma terus!" ucap Ummi.
" Ummi!" rajuk Fatma sambil menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Ummi. Ummi mengelus-elus punggung Fatma.
" Kapan Rania akan kamu jemput, Ar?" tanya Abi.
" In Yaa Allah besok pagi, Bi!" jawab Arkan.
" Apa papa mertuamu sudah baikan?" tanya Abi.
" Alhamdulillah sudah, Bi! Kata Rania beliau sudah boleh pulang hari ini!" jawab Arkan.
" Tidak baik meninggalkan istri lama-lama sendiri! Akan menimbulkan fitnah!" ucap Abinya.
" Iya, Bi!" jawab Arkan. Rania adalah istri Arkan yang sedang hamil muda, dia saat ini sedang ada di rumah sakit sedang menunggu papanya yang sedang operasi jantung! Mereka menikah sudah 2 tahun dan baru diberikan rejeki anak. Mereka semua akhirnya pergi ke kamar masing-masing untuk berganti pakaian, sementara Ummi dan Fatma membantu Mbak Sri memasak di dapur.
" Abi, Ummi! Kita berangkat dulu!" pamit Arkan mewakili adiknya sambil menyalami Abi dan Umminya secara bergantian.
" Abang! Kakak! Daffa berangkat!" pamit Daffa pada Arkan dan Fatma sambil menyalami mereka.
" Assalamu'alaikum!" pamit Daffa pada semuanya.
" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka berempat, Daffa naik motor yang diberikan oleh Omnya yang juga ayah angkatnya.
" Arkan juga harus pergi! Assalamu'alaikum!" pamit Arkan.
" Wa'alaikumsalam!" jawab mereka bertiga, lalu Arkan masuk ke dalam mobil yang di perolehnya dari kantor karena jabatannya sebagai kepala bidang perencanaan di kantornya. sedangkan Fatma tiap hari diantar oleh Abinya, terkadang kalau Fatma melihat Abinya terlihat lelah, dia akan meminta tolong temannya untuk nebeng.
" Abi berangkat dulu ya, mi!" pamit Abinya.
" Iya, Bi! Hati-hati bawa motornya!" pesan Ummi sambil mencium tangan suaminya.
" Ummi! Fatma berangkat dulu!" pamit Fatma sambil mencium tangan dan pipi Umminya.
" Assalamu'alaikum!" pamit mereka.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Ummi lalu melambaikan tangannya ke Fatma saat motor mereka melaju meninggalkan rumah. Abinya lebih suka menggunakan motor daripada mobil mereka, karena kemacetan yang selalu terjadi di pusat kota.
Hari itu terlihat agak mendung, Abi menjalankan motornya sedikit ngebut karena kuatir Fatma akan kehujanan jika memang terjadi hujan.
" Abi! Nggak usah kenceng-kenceng!" kata Fatma memperingatkan Abinya.
" Nggak apa-apa! Kalau sampai hujan, kamu akan basah kuyup!" jawab Abinya.
" Bismillah, kita akan sampai sebelum hujan turun, Bi!" ucap Fatma menenangkan Abinya.
" Ins Yaa Allah!" jawab Abinya. Motor mereka melaju membelah jalanan yang lumayan padat dan macet di pusat kota. Kendaraan berbaris dan berjalan merayap akibat kemacetan pagi itu.
" Abi, hati-hati ada lubang di depan sana!" ucap Fatma.
" Iya! Abi sudah tahu!" jawab Abinya. Abi Fatma melihat lubang di depannya dan berencana membelokkan motornya ke kanan karena jika ke kiri akan menabrak trotoar. Tiba-tiba dari belakang terdengar suara klakson mobil sangat keras dan membuat Abi Fatma terkejut dan tidak jadi membelokkan motornya yang mengakibatkan motornya melewati lubang tersebut dan membuat Fatma dan Abinya terjatuh.
" Astaghfirullahaladzim!" teriak Abi dan Fatma saat mereka terjatuh.
" Woewwwww!" teriak orang-orang yang melihat kejadian itu.
" Dasar gila!" teriak mereka lagi, mobil itu terus saja melaju tanpa berhenti untuk melihat akibat perbuatan mereka.
" Dasar, orang kaya gila!" teriak Fatma emosi.
" Fatma! Istighfar nak!" ucap Abinya.
" Astaghfirullah! Maaf, Bi! Abi nggak apa-apa?" tanya Fatma.
" Bapak nggak pa-pa?" tanya seorang pria yang memakai jaket Ojek.
" Sepertinya kaki Abi yang sakit, Fat!" ucap Abinya, saat beberapa orang mengangkat motor Abinya. Fatma yang mendengar ucapan Abinya segera mendekati dan membantu Abinya menselonjorkan kakinya,
" Sebaiknya dibawa ke rumah sakit aja, mbak!" ucap seorang pemuda.
" Iya, mbak! Kasihan bapaknya!" sahut yang lain.
" Ya Allah, Bi! Kaki Abi berdarah!" kata Fatma panik saat dilihatnya darah keluar dari luka kaki Abinya.
" Sudah! Kamu telpon saja Ojek mobil!" kata Abinya.
" Abi!? Fatma?" panggil seseorang dari belakang Fatma, Fatma membalikkan tubuhnya dan dilihatnya seorang pria yang dikenalnya.
" Nabil!" jawab Abi.
" Assalamu'alaikum, Bi! Fat! Ada apa ini?" tanya Nabil.
" Wa'alaikumsalam, Bil!" jawab Abi. Sementara Fatma hanya menunduk tanpa melihat kepada Nabil.
" Kita kecelakaan!" jawab Fatma.
" Ayo, aku antar ke rumah sakit!' ucap Nabil sambil menggendong Abi Fatma dan memasukkan ke dalam mobilnya.
" Motornya?" tanya Fatma masih melihat ke bawah.
" Kamu bisa membawanya kan?" tanya Nabil.
" Abi tidak akan mengizinkan!" jawab Fatma.
" Astaghfirullah! Iya, aku lupa! Mas! Bisa minta tolong?" tanya Nabil pada tukang ojek.
" Ya, mas?" jawab tukang ojek itu.
" Saya titip motor ini, nanti saya ambil lagi!" kata Nabil.
" Iya, mas! Saya mangkal disitu! Nama saya Ujang!" jawab Ujang.
" Terima kasih mang ujang! Ayo, Fat!" kata Nabil sambil menuntun motor ke tempat pangkalan ojek lalu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu.