" Kamu tahu siapa pria yang baru saja kau halangi?" tanya Safira.
" Tahu!" jawab Harun.
" Apa kamu tahu reputasinya di kalangan pengusaha?" tanya Safira lagi.
" Apa yang ingin kamu katakan, Fir! Bicara saja!" ucap Harun lembut.
" Dia mampu menghancurkan orang yang tidak disukainya atau menentangnya bahkan berani menghinanya!" tutur Safira dengan wajah marah.
" Maksud kamu dia akan menghancurkan aku?" tanya Harun. Safira mengangkat bahunya.
" Semua rejeki itu dari Allah SWT, Fir! Jika Allah ingin mengambilnya, apakah kita mampu menahannya?" ucap Harun dengan senyuman.
" Tapi maaf, Mas! Aku nggak mau dengan orang miskin! Jadi jika mas ingin menikahiku, jaga baik-baik hubungan mas dengan Pak Brian!" kata Safira yang membuat hati Harun merasa terhina. Astaghfirullah! Apakah hamba benar-benar telah salah memilih, Yaa Allah? batin Harun dengan wajah terpukul. Diliriknya gadis disampingnya itu dengan berbagai pertanyaan dihatinya.
" Dan hanya demi seorang gadis kamu menghina dia!" ucap Safira lagi.
" Sudahlah! Aku minta maaf seandainya aku berbuat hal yang menyakiti perasaanmu!" kata Harusn lembut.
" Sudahlah! Aku hanya memikirkan nasibmu setelah ini!" jawab Safira.
Brian duduk di dalam mobilnya dengan wajah penuh amarah, dia masih mengingat ucapan Harun tadi di sekolah.
" Hancurkan karirnya tanpa bekas!" ucap Brian.
" Siap, Bos!" jawab Danis tanpa bertanya siapa orangnya, karena dia tahu jika dia adalah Harun.
" Aku ingin data tentang gadis itu ada di mejaku hari ini juga!" kata Brian, dipejamkannya matanya dengan bersandar pada kursi mobil, wajah dan suara Fatma menari-mari dipelupuk mata dan telinganya. Ahhh! Ada apa denganku? Tidak! Aku tidak boleh memiliki perasaan ini! Aku bukan pria yang lemah! Dan Tidak ada yang akan membuatku lemah, apalagi seorang wanita! Aku akan membuatmu bersujud dikakiku! batin Brian. Dia pasti masih perawan! Hmmm! Menarik! Aku belum pernah mencoba yang perawan sebelumnya! batin Brian jahat. Tapi siapa yang berani mengkhitbahnya? Brian bertanya-tanya.
" Cari tahu siapa pria yang mengkhitbahnya!" ucap Brian.
" Siap, Bos!" jawab Danis lagi.
Sementara itu di sekolah Fatma acara telah selesai dilakukan dan panitia sedang membongkar dekorasi dan panggung. Harun mengantar Safira kembali karena dia harus syuting sore hari.
" Benar-benar menyebalkan orang itu!" ucap Ustadzah Ulfa.
" Iya! Kasihan Ustadz Harun!" ucap Ustadzah Cusnul. Fatma yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka di ruang guru hanya menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Apa ustadzah Zahirah tahu tadi ada peristiwa yang heboh?" tanya Ustadzah Mala. Astaghfirullahaladzim! batin Fatma.
" Peristiwa apa?" tanya Fatma yang sebenarnya tidak mau ikutan dikatakan ghibah, tapi dia hanya menghormati mereka yang lebih tua.
" Tadi itu Pak Brian ingin bertemu dengan Ustadzah Zahirah, tapi Ustadz Harun menghalanginya!" jelas Ustadzah Mala.
" O, ya? Saya harus berterima kasih kepada Ustadz Harun jika seperti itu!" jawab Fatma.
" Tapi sepertinya Pak Brian sangat marah pada Ustadz Harun!" ucap Ustadzah Ulfa.
" Saya dengar-dengar, Pak Brian itu orangnya jahat dan kejam! Semoga tidak terjadi apa-apa pada Ustadz Harun!" tutur Mala.
" Aamiin! Kita do'akan saja ya us!" jawab Fatma sedikit berpikir tentang perkataan Mala. Fatma pamit kepada semua guru dan pulang bersama dengan Arkan.
" Apa kamu tahu kejadian antara Pak Brian dan Ustadz Harun?" tanya Arkan saat di dalam mobil dalam perjalanan pulang.
" Apa abang ingin ghibah juga?" gurau Fatma.
" Astaghfirullah, Fat! Kalo bergurau jangan keterlaluan, masa iya, abang sendiri dituduh Ghibah!" jawab Arkan tersenyum.
" Hehehe! Fatma memang mendengar dari guru-guru di sekolah, bang! Fatma hanya tidak mau jika Fatma menjadi penyebab permusuhan orang lain!" kata Fatma sabar.
" Adik abang yang satu ini memang paling baik! Nabil benar-benar pandai memilih jodohnya!" ucap Arkan.
" Alhamdulillah! Terima kasih atas pujiannya, tapi jangan menilai Fatma terlalu tinggi, bang! Fatma hanya manusia biasa yang masih memiliki banyak kekurangan!" jawab Fatma merendah.
" Subhanallah!" sahut Arkan.
Brian keluar dari mobilnya dan menuju lift khusus miliknya, wajahnya masih terlihat kesal dan marah.
" Selamat Siang, Pak Brian!" sapa Norma. Brian hanya diam saja melewati Norma dan Danis yang mengekor dibelakangnya meletakkan telunjuk di bibirnya memberikan isyarat pada Norma.
" Hahhhh!" Desah Brian keras dengan kesal.
" Bos! Maaf! Tapi kita ada meeting dengan Mr. A Hong di Hotel Indonesia satu jam lagi!" ucap Danis.
" Ambilkan aku wine!" ucap Brian. Lalu dia membuka kotak cerutunya dan menyalakan satu batang. Brian bukan perokok, tapi dia akan merokok jika hatinya sedang kesal dan marah. Danis mengambil sebotol wine dan sebuah gelas lalu membuka botol tersebut kemudian menuangkannya ke dalam gelas. Brian menghisap dalam cerutunya dan menghembuskan asapnya hingga memenuhi ruangan. Danis menyalakan Blueair yang terdapat di sudut kanan meja kerja Brian. Lima belas menit kemudian dia menyuruh Danis untuk menyingkirkan semua dan dia membersihkan tubuhnya di kamar pribadi yang terdapat di sebelah raung kerjanya. tiga puluh menit kemudian dia telah siap dan pergi ke Hotel Indonesia.
Nabil memasuki lantai 15 perusahaan WOB milik Brian dan masuk ke dalam ruang kerjanya. Dilihatnya ruangan itu masih kosong, dia meletakkan hasil meetingnya pagi itu lalu berjalan ke ruang Norma. Kalo Danis nggak ada, pasti Brian juga nggak ada.
" Norma! Lo bisa keruang gue sebentar!"
- " Ok!" -
Nabil menutup panggilannya ke Norma dan melanjutkan pekerjaannya memasukkan data ke laptop. Tok! Tok!
" Masuk!" jawab Nabil.
" Ada apa, Bil?" tanya Norma yang telah masuk ke dalam ruangan Nabil.
" Lo bisa kesini! Ini kok sepertinya salah?" ucap Nabil dengan wajah serius melihat ke laptopnya. Norma berjalan mendekati Nabil dan berdiri disamping Nabil.
" Apanya?" tanya Norma yang serius menatap layar laptop Nabil. Dengan gerakan lembut tangan Nabil meraba paha Norma hingga menyentuh milik Norma.
" Nab...bil! Sshhhh!" Norma mendesis merasakan sentuhan tangan Nabil. Dengan cepat diputarnya tubuh Norma dan di dorongnya hingga duduk di atas meja kerjanya. Diangkatnya kedua kaki Norma ke atas pegangan kursi Nabil hingga terlihat celana dalam berenda warna merah milik Norma.
" Bil! Lo gila! Ini kantor!" ucap Norma takut.
" Gue akan cepat! Gue nggak tahan lihat tubuh sexy lo, Norma!" jawab Nabil sehingga dia menikmati milik Norma dan mereka benar-benar melakukannya di dalam ruang kantor itu. Norma kembali ke ruangannya dengan tubuh lemas, gila si Nabil! Apa karena semalam hanya sekali dia jadi pengen terus hingga gue lemes gini? Auch! Perih banget! batin Norma. (Nabil ! Nabil! Lo nggak tambah tobat tapi malah bikin dosa besar)
Fatma melihat kearah ponselnya, kenapa beberapa hari ini Nabil nggak pernah memberikan ucapan apapun padanya? Nggak seperti biasanya! batin Fatma. Dia pasti sangat sibuk dengan pekerjaannya! batin Fatma.
" Iya, Bang Farzan! Alhamdulillah baik! Kapan kita bisa silahturahmi?" tanya Abi.
" Bagaimana kalau minggu pagi?" tanya Farzan.
" Ins Yaa Allah kami siap!" jawab Abi, Fatma yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan Abinya dengan Abinya Nabil yang kebetulan panggilan tersebut di loud speaker oleh abinya menjadi tersipu.
" Baiklah kalo begitu, Mas Azzam! Kita ketemu minggu pagi! Assalamu'alaikum!" pamit Farzan.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Abi kemudian menutup panggilan dari Farzan.