Kandungan Fatma sudah berusia 8 bulan saat ini, siang itu Fatma memasak masakan kesukaan suaminya, karena dia sangat ingin bertemu dengan suaminya saat ini. Fatma turun dari taxi online yang membawanya ke kantor suaminya, dia sengaja tidak meminta antar sopir agar Brian tidak tahu jika dia akan datang. Dia ingin memberikan kejutan pada suaminya sebelum Brian pulang untuk makan siang dirumah.
" Kamu tunggu saja di tempat biasa, Ta!" kata Fatma yang datang ke kantor Brian bersama Ita.
" Iya, Nyonya!" jawab Ita.
Mereka masuk ke dalam gedung kantor dan menuju ke resepsionis. Semua karyawan yang mengetahui jika yang datang adalah istri pemilik perusahaan, memberikan salam sambil tersenyum.
" Assalamu'alaikum, Bu!" sapa mereka.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma ramah.
" Assalamu'alaikum, Bu!" sapa Susi.
" Wa'alaikumsalam! Apa suami saya ada?" tanya Fatma.
" Ada, Bu! Tapi sepertinya Bapak sedang ada tamu!" kata Susi.
" Tidak apa-apa, biar saya tunggu di atas saja!" kata Fatma.
" Iya, Bu!" jawab Susi.
Fatma berjalan mendekati lift khusus untuk keluarga lalu memencet tombol lantai ruangan suaminya.
" Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa! kata Susi.
" Iya! Bu Anne sepertinya belum turun!" kata Debi.
" Iya!" jawab Susi.
Ting! bunyi lift berhenti di lantai yang dituju. Fatma keluar dari dalam lift setelah pintu lift terbuka dan menuju ke ruangan suaminya.
" Assalamu'alaikum, Karin!" sapa Fatma yang melihat Karin sedang serius menghadap komputernya.
" Eh, I...bu! Wa'alaikumsalam! Mau... ketemu bapak?" tanya Karin gugup.
" Iya! Apa beliau ada?" tanya Fatma sedikit heran dengan sikap gugup Karin yang tidak seperti biasanya.
" E...ada, Bu! Sebentar..."
" Ada tamu, ya? Siapa?" tanya Fatma curiga.
Karin bingung akan menjawab apa, Anne sudah beberapa kali datang mencari Brian tanpa sepengetahuan Brian. Dan Karin tahu jika Anne tergila-gila pada Bosnya yang tampan itu. Karena dia pernah sekali memergoki Anne yang terang-terangan duduk di meja kerja Brian.
" I...itu, Bu! Anu...klien bapak!" jawab Karin gugup.
" Biar saja, Rin! Saya tunggu disini!" kata Fatma duduk di depan meja Karin. Astaga! Apa yang harus gue lakukan? Mampus lo Bos! batin Karin.
" Baik, Bu! Ibu mau minum apa?" tanya Karin.
" Nanti saja bawakan saya dan suami saya minum!" kata Fatma.
" Baik, Bu! Maaf saya tinggal melanjutkan pekerjaan!" kata Karin.
" Iya!" jawab Fatma. Apa gue WA aja, ya, Pak Brian? batin Kiran. Tapi nanti Bu Zahirah curiga lagi! Aduhhhh, bingung gue! batin Karin.
" Ini sudah waktu makan siang, Rin! Apa tamunya nggak makan siang?" tanya Fatma yang melihat jam yang menunjukkan 12. 15.
" Eh? Iya, nggak tahu, Bu! Mungkin lagi nanggung...iya...nanggung!" kata Karin.
" Apa ada yang kamu sembunyikan, Rin?" tanya Fatma semakin curiga.
" Saya? Eng...enggak, Bu!" jawab Karin lagi.
" Saya langsung masuk saja!" kata Fatma.
" Tapi, bu...."
Fatma mengabaikan perkataan Karin, dia melangkahkan kakinya menuju ke pintu ruangan Brian. Tok! Tok! Tok! Fatma mengetuk pintu ruangan suaminya lalu membukanya.
" Assala..."
" Apa sekretaris kamu tidak bisa bekerja, Bry? Kenapa dia membiarkan orang lain masuk kesini?" tiba-tiba Fatma mendengar suara tinggi seorang wanita memotong ucapan salamnya. Fatma melihat seorang wanita cantik dengan tubuh seksi sedang membungkukkan tubuhnya didepan suaminya yang duduk di sofa sambil menoleh ke arahnya dengan wajah marah.
" Sayang?" panggil Brian terkejut setelah melihat siapa yang berada di pintu ruangannya.
" What? Sayang?" ucap wanita itu membeo.
" Kamu disini?" tanya Brian dengan wajah gugup. Fatma hanya diam saja. Brian mendekati Fatma yang menahan kecemburuan dan amarah di dalam dadanya.
" Apakah wanita itu membuatmu lupa menjawab salam, Yan?" tanya Fatma. Deg! Brian terkejut mendengar Fatma memanggilnya dengan namanya saja.
" Wa'alaikumsalam, sayang!" jawab Brian pelan.
" Perkenalkan Anna! Dia istriku!" ucap Brian memeluk pinggang Fatma.
" Istri? Since when?" tanya Anna marah.
" Sejak beberapa bulan yang lalu!" jawab Brian memeluk pinggang Fatma. Brian tahu jika istrinya sedang menahan amarah karena dia merasakan tubuh Fatma yang sedikit bergetar.
" Pergilah Anna! Danis akan menjadi wakilku untuk proyek kita!" kata Brian.
" No, Bry! You promise me!" ucap Anna mendekati Brian dan mencoba untuk memeluk pria itu.
" Excuse me! Don't you know if he is a merried man?" kata Fatma tegas.
" I don't care!" sahut Anna.
" But i do! I want you to stay away from him and get out of here right now!" usir Fatma.
" Bry..."
" You hear what she said!" kata Brian mendukung Fatma.
" This is not over yet! I will make you mine!" kata Anna mengambil tasnya.
" And you, bitch! I'll gonna..."
" Anne!" teriak Brian.
Plakkk! sebuah tamparan mendarat di pipi Anne, membuat wajah Anne tertoleh ke kanan.
" Who's the bitch here? Me? Someone who has a husband? Or you? Someone who sell her body free!" sindir Fatma yang sangat marah akibat hinaan Anne.
" I won't forget this!" kata Anne memegang pipinya lalu pergi meninggalkan ruangan Brian.
Astaughfirullahaladzim! batin Fatma memejamkan matanya dan memegang dadanya. Ampuni hamba, Ya, Allah! Hamba tidak berniat menghina umatMu, tapi dia telah mencoba menyakiti hati hamba dan merayu suami hamba! batin Fatma.
Brian menutup pintu ruangannya sementara Fatma mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, dia memegangi perut bagian bawahnya, dia merasa perutnya sedikit kram dan anaknya menendang-nendang sepertinya dia marah karena situasi ini. Fatma mendekati sofa ruang kerja Brian lalu duduk disana. Dia membuka makanan yang dibawanya dan meletakkannya di meja. Brian duduk di samping istrinya dan menatap istrinya sendu, dia tahu jika dia telah menyakiti hati istrinya.
" Makanlah!" ucap Fatma memberikan sepiring nasi lengkap kepada suaminya.
" Kita makan bersama!" kata Brian.
" Aku hanya membawa piring satu saja!" jawab Fatma. Dan itu adalah sebuah sinyal jika istrinya benar-benar marah padanya karena mereka sudah biasa makan dalam satu piring bersama. Tok! Tok!
" Masuk!" kata Brian.
" Permisi, Bos! Ini minuman yang..."
" Saya akan pulang, Rin! Bawa saja yang satu! Saya masih ada keperluan!" kata Fatma.
" Oh, iya, Bu!" jawab Karin lalu meletakkan sebuah juz jeruk kesukaan Brian.
" Permisi, Bu!" kata Karin pamit.
Setelah Karin keluar, Fatma hanya diam sambil sesekali tersenyum pada Brian, sebuah senyum yang dipaksakan. Brian memakan makanan itu tanpa berselera karena wajah diam istrinya. Biasanya Fatma akan tersenyum dan sesekali mengusap sudut bibirnya yang kotor terkena makanan.
" Habiskan!" kata Fatma saat Brian akan meletakkan piring yang tersisa sedikit nasi diatasnya. Brian mengambil kembali piring itu dan memaksa makanan itu masuk walau dia merasa ingin muntah. Fatma memberikan air minum pada Brian sambil membereskan piring dan tempat makanan. Beberapa saat kemudian Fatma telah selesai merapikan semuanya.
" Aku pulang! Jangan bekerja terlalu keras!" ucap Fatma tanpa melihat ke arah Brian, lalu mencium punggung tangan suaminya.
" Hati-hati, Qolbi!" kata Brian pelan. Fatma berjalan keluar dengan diantar Brian hingga lift karena Fatma memintanya sampai disitu saja.
" Kembalilah bekerja! Assalamu'alaikum!" kata Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" sahut Brian lemas.