Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 3 - Rahasia Nabil

Chapter 3 - Rahasia Nabil

Nabil tiba di kantornya saat makan siang telah selesai, dia memarkirkan mobilnya di lantai basement dan masuk ke dalam gedung perkantoran itu. Beberapa pasang mata wanita menatapnya dengan pandangan kagum saat dia keluar dari lift karyawan, tapi dia tidak pernah menghiraukan mereka. Setelah menyerahkan dokumen pada divisi perencanaan, Nabil masuk lagi ke dalam lift dan menekan angka 15, dimana ruang pimpinan perusahaan berada. Dia keluar dari dalam lift saat pintu lift terbuka di angka 15. dirapikannya kemeja dan dasinya lalu dia berjalan perlahan ke pintu kedua di lantai itu. Dia mengetuk pintu yang saat ini ada di hadapannya. Tok! Tok! Tok!

" Masuk!" sahut orang yang berada di dalam ruangan. Nabil membuka pintu dan masuk ke dalam.

" Selamat siang, Pak Danis!" sapa Nabil pada seorang pria muda yang duduk di kursi kerjanya.

" Siang, Bil! Duduk! Nanti malam ada meeting di Hotel Aurora, kita diutus Bos kesana, karena Bos ada urusan lain!" kata Danis.

" Jam berapa, Pak?" tanya Nabil sambil menulisnya di sebuah buku catatan kecil yang selalu siap disakunya.

" Jam 8 malam! Jangan telat!" jawab Danis.

" Siap, pak!" jawab Nabil. Ponsel Danis berbunyi, nama Bos tertera dilayar.

" Ya, Bos?"

- " Keruanganku!" -

" Ya, Bos!"

Danis menutup panggilannya dan menatap Nabil.

" Saya harus pergi! Dokumen ini kamu periksa dulu, lalu nanti berikan pada Norma jika sudah selesai!" kata Danis.

" Iya, Pak!" jawab Nabil, lalu Danis pergi meninggalkan Nabil sendiri untuk memeriksa dokumen itu. Danis keluar dari kantornya dan berjalan menuju ruang yang terdapat di pojok lantai ini, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Dilihatnya Bosnya sedang dicumbu oleh kekasihnya, Carisa. Carissa menciumi leher Bosnya dengan agresif dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat.!" Hentikan, Risa! Aku tidak suka tubuhku basah saat bekerja!" kata Bosnya yang sedari tadi hanya diam tanpa memberikan respon apapun. Danis hanya diam di depan pintu sambil membelakangi mereka.

" Aku harus kerja!" ucap Bos Danis melepas Carisa.

" Brian sayang! Ayolah! Kamu baru saja datang semalam dan aku kangen sekali padamu!" ucap Carisa manja di pangkuan Brian.

" Kamu tahu aku tidak suka mengulang ucapanku!" kata Brian marah. Carisa turun dari pangkuan Brian dan mengambil tasnya di meja.

" Aku pergi! Jangan lupa nanti malam aku tunggu di apartement!" ucap Carisa lalu berjalan ke pintu dan keluar.

" Dasar wanita manja!" ucap Brian.

" Bos!" sapa Danis.

" Bagaimana dengan proyek kita di Bali?" tanya Brian.

" Semua sudah beres Bos! Tinggal menunggu finishing saja!" jawab Danis.

" Apa nanti malam semua sudah siap?" tanya Brian.

" Sudah, Bos! Nanti saya akan pergi dengan Nabil!" ucap Danis.

" Kamu percaya sekali dengan si Nabil ini!' ucap Brian.

" Dia sangat kompeten dengan pekerjaannya dan dia seorang muslim taat Bos!" jawab Danis.

" Hmmm! Menarik! Pasti dia sangat setia padamu! Aku akan datang nanti malam!" ucap Brian.

" Nona Carisa?" tanya Danis.

" Bosan!" jawab Brian, lalu dia menandatangani dokumen-dokumen yang sempat menumpuk di mejanya akibat kedatangan Carisa.

" Apa nanti dia tidak akan marah, Bos!" ucap Danis.

" Memang aku perduli?" ucap Brian. Danis hanya menghela nafas panjang. Bosnya memang orang yang sangat percaya pada dirinya sendiri, dia selalu mendapatkan apa yang di inginkan baik itu dengan cara halus maupun kasar bahkan dengan cara kotor sekalipun, Seorang Brian Daniel Manaf tidak pernah tunduk atau menyerah kepada siapapun atau apapun selain mamanya. Bahkan papanya sendiri terkadang bersitegang dan bertentangan dengannya. Waktu terasa berjalan begitu cepat, jam sudah menunjuk angka 5 sore.

" Bos! Sudah jam 5!" tanya Danis.

" Aku mau istirahat sebentar, semalam aku hanya tidur 2 jam saja! Kita pulang saja!" ucap Brian. Danis membereskan ruangan Brian dan menyimpan dokumen ke dalam kabinet yang ada di sebelah kanan Brian. Setelah selesai, mereka keluar dan pergi menuju lift khusus untuk Pimpinan. Mobil yang dikendarai Danis telah membelah jalan raya beberapa saat kemudian, Brian asyik dengan ponselnya.

" Halo, ma!"

- " Halo sayang!" -

" Mama sedang apa?"

- " Mama sedang dirumah sama Carisa!" -

" Aku tutup dulu, ma! Aku sibuk!"

- " Iya, nak!" -

Brian menutup panggilan kepada mamanya. Mamanya sangat tahu sifat anaknya itu, jika dia sibuk itu artinya dia tidak mau membicarakan apapun. Berani mendekati keluargaku! Kamu pikir dengan mendekati mama kamu bisa membuat aku tunduk padamu? batin Brian marah.

" Kemana, Bos?" tanya Danis.

" Penthouse!" jawab Brian.

" Perempuan itu sudah mulai bertingkah!" kata Brian.

" Apa perlu saya turun tangan, Bos?" tanya Danis.

" Jangan! Papanya teman mama waktu kuliah! Dan dia teman kuliah Briana! Kita lihat saja sampai sejauh mana dia melangkah!" kata Brian datar.

" Baik, Bos!" jawab Danis. Mobil yang dikemudikan Danis meluncur menuju ke penthouse Brian yang terletak sedikit ke pinggiran kota. Tidak ada yang pernah datang kesitu selain dia dan Danis, karena Brian selalu kesana jika sedang dalam masalah. Brian merebahkan sejenak tubuhnya di sofa, dia sedang meredakan emosinya akibat perbuatan Carisa yang mencoba mendekati keluarganya dengan merayu mamanya. Selama ini dia membangun kerajaan bisnisnya dengan susah payah, hingga mengorbankan masa mudanya demi mencapai kedudukan seperti sekarang ini. Aku tidak akan membiarkan wanita membuatku tunduk apalagi takluk! Terlebih wanita sepertimu! Aku bisa mendapatkan wanita manapun yang aku mau! batin Brian.

Nabil telah menunggu Danis di Lobby Hotel sebelum jam delapan malam, Danis masuk bersama dengan Brian tepat jam 8 malam.

" Assalamu'alaikum, Pak Denis!" sapa Nabil. Danis menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Nabil.

" Nabil? Ayo!" ajak Danis. Kemudian mereka menyusul Brian yang lebih dulu sampai di tempat meeting.

" Bos! Ini yang namanya Nabil!" ucap Danis memperkenalkan Nabil pada Brian.

" Kerjamu bagus!" ucap Brian.

" Terima kasih, Bos!" jawab Nabil. Nabil memandang Brian yang berdiri dengan gagah di depan. Seorang pria yang tampan, dengan tubuh yang kuat dan sehat, juga sangat kaya, sebuah ciptaan yang cukup sempurna dari Allah SWT! Aku ingin menjadi hebat sepertimu, Bos! batin Nabil.

" Nabil! Majulah!" panggil Danis.

" Iya, Pak!" jawab Nabil, lalu dia menjelaskan kepada calon investor baru perusahaan Brian dengan sangat baik dan detail. Brian benar-benar puas melihat presentasi dari Nabil.

" Saya yakin kita bisa melakukannya!" ucap relasi bisnis Brian.

" Sama-sama! Saya tunggu wakil anda untuk datang ke kantor!" kata Brian.

" Pasti! Secepatnya akan saya kabari!" jawab relasinya.

" Senang berbisnis dengan anda!" ucap Brian.

" Kami juga!" jawab relasinya, kemudian mereka makan malam bersama. Setelah mereka undur diri, Brian memberikan sebuah amplop kepada Nabil.

" Apa ini, Bos?" tanya Nabil.

" Ini bonus karena kamu telah berhasil memuaskan mereka dan saya!" ucap Brian. Nabil membuka amplop itu dan matanya terbelalak melihat isinya.

" Alhamdulillah! Trima kasih, Bos!" jawab Nabil dengan tersenyum dan memasukkan amplop tersebut ke dalam tasnya.

" Sekarang temani saya!" ajak Brian kepada Nabil. Nabil menatap Danis, lalu Danis menganggukkan kepalanya

" Baik, Bos!" jawab Nabil. Kemudian mereka pergi meninggalkan Hotel tersebut dan pindah ke sebuah club malam langganan Brian yang terletak tidak jauh dari hotel tersebut. Astaghfirullah! batin Nabil saat melihat dimana mobil mereka berhenti.

" Maaf, Bos! Apa boleh kalo saya menunggu saja disini!?" tanya Nabil saat dia tahu Bosnya membawanya ke tempat maksiat.

" Kenapa?" tanya Brian sedikit tersinggung.

" Saya tidak boleh masuk ke tempat seperti ini!" jawab Nabil.

" Apa kamu menghina saya?" tanya Brian marah.