" Kecelakaan, us!" jawab Fatma sambil meniup-niup lukanya yang ada di kaki.
" Innalillahi wainna ilaihi rojiun! Kok, sampe kecelakaan?" tanya Nurul lagi.
" Ada mobil ugal-ugalan, Us! Saya sama Abi terjatuh akibat menghindari mobil itu!" jawab Fatma.
" Semoga mereka selalu di beri keselamatan dan kesadaran oleh Allah!" ucap Nurul.
" Aamiin!" jawab Fatma tanpa dendam.
" Apa kamu tidak marah sama mereka?" tanya Nurul.
" Untuk apa, Us? Saya serahkan semua pada Allah! Hanya Dia yang berhak akan kehidupan hamba-Nya!" jawab Fatma tersenyum.
" Kamu memang gadis yang soleha, Ustadzah Zahirah! Seandainya mas saya belum menkhitbah seorang gadis, saya pasti minta dia mengkhitbah kamu!" ucap Nurul.
" Alhamdulillah! Terima kasih atas pujiannya, semoga tidak membuat saya takabbur! Saya hanya gadis biasa, us! Belum pantas mendampingi Ustadz Harun yang sangat terkenal itu!" jawab Fatma dengan tersenyum.
" Kamu bisa saja, us! Mas saya hanya manusia biasa juga yang kebetulan diberikan sedikit kelebihan Allah hingga menjadi seperti sekarang ini!" sahut Nurul. Kakak Nurul adalah seorang mubaligh sekaligus pengacara terkenal di negara ini dan sekolah ini adalah milik orang tua Nurul yang berhasil dikembangkan oleh kakaknya.
" Apa sudah ada pria yang beruntung yang telah mengkhitbahmu?" tanya nurul penasaran.
" Alhamdulillah sudah, us!" jawab Fatma malu.
" Barakallahu! Semoga semua berjalan dengan lancar dan kalian menjadi keluarga sakinah mawwadah warohmah!" do'a nurul.
" Aamiin Yaa Robbal Alaamiin!" jawab Fatma mantap. Kemudian mereka menutup UKS dan berjalan ke arah ruang guru untuk bersiap-siap pulang. Tok! Tok! Tok! Ada yang mengetuk pintu ruang guru.
" Assalamu'alaikum Wr. Wb!" sapa seseorang.
" Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" jawab semua yang masih ada di ruang guru. Kebetulan Fatma yang ada di depan pintu bersama Nurul di belakangnya. Fatma membuka pintu ruang guru untuk melihat siapa yang datang.
" Mas Harun?" sapa Nurul. Ternyata yang datang pemilik sekolah ini. Harun menatap Fatma yang tepat ada di depannya, mata mereka beradu sepersekian detik dan Fatma langsung menundukkan kepalanya. Harun dan Nurul saling melempar senyuman. Guru disekolah itu rata-rata telah berumah tangga hanya guru kelas 1 dan 2 yang masih gadis, tapi ada yang telah akan menikah.
Harun mundur ke belakang agar Fatma bisa keluar.
" Permisi, ustadz!" ucap Fatma.
" Maaf! Sulahkan!" jawab Harun. Masya Allah suara yang begitu lembut dan wajah yang sangat cantik! batin Harun. Astaghfirullah! Maafkan aku Safira! batin Harun. Safira adalah seorang artis cantik yang menjadi pembawa acara di acara Harun yang diadakan setiap pagi di sebuah televisi swasta. Mereka berkenalan sejak saat itu dan Harun mengkhitbah Safira yang saat ini adalah seorang artis terkenal dan terlaris di negara ini.
" Saya duluan ustadzah Nurul! Ustadz!" pamit Fatma.
" Iya, us! Silahkan!" jawab Nurul.
" Silahkan!" jawab Harun.
" Assalamu'alaikum!" salam Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Harun dan Nurul bersamaan.
" Mas ada perlu sama kamu, dek!" ucap Harun seteah Fatma pergi.
" Kenapa nggak telpon aja mas?" tanya Nurul.
" Ponsel Mas tertinggal dirumah!" jawab Harun. Kemudian mereka pergi bersama ke arah parkiran mobil. Fatma saat itu sedang duduk di bangku dekat pintu gerbang, menunggu Arkan menjemputnya sesuai pesan abangnya itu. Sebuah mobil expander masuk ke parkiran sekolah. Keluar seorang pria tampan dengan sedikit jenggot dan jambang di wajahnya.
" Assalamu'alaikum!" sapa pria itu.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma dengan lembut. Dia tersenyum melihat pria itu, lalu berdiri dan mendekatinya. Diciumnya tangan pria tersebut dengan sopan.
" Apa kamu menunggu lama?" tanya pria tersebut.
" Tidak, bang! Fatma baru lima menit duduk disini!" jawab Fatma. Sebuah mobil berhenti di dekat mereka dan keluarlah Harun dari dalam mobil disusul oleh Nurul.
" Assalamu'alaikum Wr. Wb!" sapa Harun.
" Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" jawab Arkan dan Fatma bersamaan sambil melihat si pemberi salam.
" Arkan?" sapa Harun dengan tersenyum.
" Harun? Al ustadz Ahmad Harun Basyar!" ucap Arkan tersenyum, lalu mereka bersalaman dan saling berpelukan khas orang muslim.
" Lo bisa aja! Gue masih Harun yang dulu!" jawab Harun.
" Gue harus panggil apa, nih? Ustadz Harun atau Kyai Harun?" tanya Arkan.
" Alahhh! Harun aja!" jawab Harun santai. Harun memang pada dasarnya tidak begitu suka jika dia dipanggil Ustadz, meskipun dia besar di ponpes dan lulusan Al Azar. Tapi dia tidak merasa sebagai ahli dalam hal agama.
" Ok! Harun! Kenalin ini adaik gue, Fatimah Zahirah Fayyad!" kenal Arkan. Fatma yang diperkenalkan langsung menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan menganggukkan kepalanya pada Harun dan Harun membalasnya.
" Panggil saja Zahirah!" kata Fatma lembut, membuat hati Harun meleleh.
" Ini adik gue Nurul Jannah Basyar!" ucap Harun.
" Gue Arkan!" ucap Arkan.
" Saya Nurul, kak!" jawab Nurul sambil menangkup tangannya di dada seperti Fatma yang dibalas oleh Arkan.
" Gue denger lo akan nikah?" tanya Arkan.
" Tau darimana lo?" tanya Harun balik sambil melirik ke arah Fatma yang sedang asyik berbicara dengan Nurul.
" Dari teman-teman kita!" jawab Arkan.
" Ins Yaa Allah, bro! Bulan depan kalo Allah memberikan kelancaran! Aamiin!" jawab Harun
" Aamiin!" balas Arkan. Arkan tahu jika mata Harun sesekali melirik kepada Fatma dan dia hanya tersenyum saja melihat kelakuan Harun.
" Gue pamit dulu, Bro! Kapan-kapan lo dateng ke rumah! Assalamu'alaikum!" undang Arkan.
" Ins Yaa Allah! Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" jawab Harun. Kemudian Arkan bersalaman dengan Harun dan berpelukan, Arkan menganggukkan kepalanya pada Nurul dan dibalas sama oleh Nurul. Fatma bersalaman dan berpelukan dengan Nurul lalu dia tersenyum dan menganggukkan kepalanya pada Harun tanpa menatapnya.
" Assalamu'alaikum!" salam Fatma.
" Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" jawab Harun. Sangat lembut! batin Harun mendengar suara Fatma. Harun membalas dengan menganggukkan kepalanya juga pada Fatma.
" Gadis yang cantik! Lembut dan soleha!" ucap Nurul.
" Lalu?" tanya Harun.
" Sayang sudah dikhitbah!" bisik Nurul, seketika wajah Harun terlihat kecewa mendengar ucapan Nurul.
" Alhamdulillah! Beruntung sekali pria yang mengkhitbahnya!" jawab Harun datar.
" Ada yang nggak suka sepertinya!" sindir Nurul.
" Masya Allah, Dek! Itu penyakit hati! Ayo!" kata Harun dibarengi senyuman nakal Nurul.
Nabil bangun dari tidurnya dan merasakan tubuhnya remuk, perlahan dia membuka matanya. Dimana gue? batin Nabil. Dilihatnya kesekeliling ruangan, sepertinya Hotel! batin Nabil. Lalu dia berdiri dan merasa miliknya yang sedikit perih dan terasa aneh. Nabil masuk ke dalam kamar mandi dan membuka pakaiannya lalu masuk ke dalam shower dan mengguyur tubuhnya. Dia berjalan meraih handuk yang ada di lemari. Dikeringkannya tubuhnya di depan cermin, seketika wajahnya menjadi pucat saat dia melihat keadaan tubuhnya. Kenapa banyak sekali tanda kemerahan disekujur tubuhnya? Dan kenapa ujung miliknya terasa perih. Apa yang terjadi semalam? Nabil mencoba mengingat kejadian semalam di club. Semalam gue minum lalu? Nabil dengan samar-samar teringat dengan apa yang terjadi dengan dirinya dan wanita jalang itu. Astaghfirullahaladzim! Ampuni hamba, Yaa Allah! Dek Fatma! Tubuh Nabil merosot menyentuh lantai dengan berdiri pada kedua lututnya. Ditangkupnya kedua tangannya ke wajahnya, dia menangis tersedu-sedu menyesali semua yang telah terjadi.