" Abi! Ummi!" sapa Fatma yang berjalan mendekati mereka.
" Sepertinya anak Abi sudah mendengar kalo ada yang akan datang hari minggu besok!" goda Abi. Wajah Fatma merona merah, dia terseyum malu digoda seperti itu oleh Abinya.
" Abi! Kan jadi merah wajah putri kita!" sahut Ummi.
" Abi! Ummi! Fatma sangat bersyukur bisa dilahirkan ditengah -tengah keluarga ini! Jika Fatma disuruh memilih jika terlahir kembali apa memilih lahir di keluarga yang lebih kaya atau yang sekarang, Fatma pasti menjawab keluarga yang sekarang!" tutur Fatma. Abi dan ummi tersenyum dan merasa terharu mendengar penuturan anak gadisnya.
" Alhamdulillah! Kami juga sangat bersyukur bisa memiliki seorang putri seperti kamu! Abang dan adikmu!" jawab Abi.
" Apa kamu siap kalo besok Nabil datang untuk melamar?" tanya Abi.
" Ins Yaa Allah jika Abi dan Ummi memberikan restu, Fatma siap menerima lamaran Nabil!" jawab Fatma lembut.
" Abi sama Ummi mendo'akan semoga kamu selalu bahagia dalam hidupmu dan menemukan jodoh yang terbaik untukmu dan baik dimata Allah SWT!" tutur Ummi.
" Aamiin!" jawab mereka bertiga.
Brian tidak dapat berkonsentrasi dalam meetingnya sore itu, karena wajah Fatma selalu terbayang dipikirannya. Ada apa dengan diriku? Apa aku sudah gila? batin Brian.
" Bagaimana, Pak Brian?" tanya sekretaris Mr. A Hong.
" Bos!" panggil Danis saat Bosnya tidak merespon pertanyaan sekretaris A Hong.
" Pak Brian?" panggil sekretaris itu lagi.
" Aku mau proposal kalian besok pagi dimejaku!" ucap Brian lalu pergi meninggalkan A Hong dan sekretarisnya sendiri. A hong terlihat marah dengan sikap Brian yang seakan menghinanya.
" Sorry, Mr. Hong! Bos saya sedang banyak pikiran saat ini! Saya janji saya akan bicara dengannya tentang proyek ini!" ucap Danis meminta maaf atas apa yang terjadi.
" Baik, Pak Danis! Kali ini Bos saya memaafkan, tapi lain kali dia tidak akan mebaik ini!" jawab sekretarisnya.
" Saya permisi dulu, Mr. Hong!" ucap Danis, A Hong menganggukkan kepalanya. Kemudian Danis menyusul Bosnya yang ternyata telah pergi meninggalkan dia sendiri di Hotel itu.
" Kenapa sih sama kamu, Bos? Nggak biasanya kamu begini?" ucap Danis ambigu. Brian pulang ke rumahnya dan menemui mamanya.
" Mama!" sapa Brian lalu mengecup pipi mamanya.
" Sayang! Sudah hampir seminggu kamu nggak datang ngunjungi mama!" ucap mamanya manja. Brian yang duduk di depan mamanya dengan tubuh tegak menatap mamanya tajam.
" Aku banyak kerjaan, ma!" jawab Brian datar.
" Ada apa?" tanya mamanya.
" Nggak ada! Hanya ingin melihat mama saja!" jawab Brian.
" Hmmm! Bener hanya itu?" tanya mamanya.
" Iya!" jawab Brian lagi.
" Bagaimana Carisa?" tanya mamanya.
" Huh!" ucap Brian dengan wajah sebel.
" Sayang! Dia sangat mencintai kamu!" ucap mamanya.
" Tapi aku tidak!" jawab Brian.
" Apa maksud kakak?" tanya seorang gadis tiba-tiba.
" Bre! Nggak sopan menguping pembicaraan orang!" kata Brian marah.
" Kalo kakak nggak suka sama Carisa jangan kasih harapan!" jawab Briana, adik Brian.
" Aku tidak pernah memberikan harapan pada wanita manapun! Mereka sendiri yang berharap padaku!" jawab Brian percaya diri.
" Tapi kakak sudah menidurinya!" kata Briana emosi.
" Bre!" teriak Brian marah.
" Bre! Apa Carisa yang mengatakan padamu?" tanya mamanya. Briana menganggukkan kepalanya.
" Brian?" ucap mamanya menatap Brian tajam.
" Dia bohong ma!" jawab Brian.
" Kamu harus tanggung jawab, nak!" kata mamanya.
" Ma! Aku sudah dewasa! Kehidupan percintaanku adalah masalah pribadiku, aku tidak mau ada yang mencampurinya!" jawab Brian marah.
" Tapi apa kata Om Arick nanti kalo dia tahu anak gadisnya telah kamu tiduri?" tanya mamanya.
" Cukup ma! Aku tidak harus menjawab semua ini!" kata Brian tegas.
" Kakak selalu memarahiku jika aku kencan dengan laki-laki, tapi kakak?" ucap Briana cemberut.
" Karena aku tahu isi otak semua pria, Bre! Aku nggak mau kamu kencan dengan sembarang pria!" kata Brian.
" Apa aku harus jadi perawan tua?" tanya Briana lagi.
" Bre! Kok ngomongnya gitu?" kata mamanya.
" Aku yang akan mencarikanmu jodoh! Dan kamu harus mau!" kata Brian.
" Aku benci sama kakak!" ucap Briana lalu pergi meninggalkan Brian dan mamanya.
" Hehhh! Kalian ini!" kata mamanya.
" Ma! Aku ini laki-laki! Aku yang memilih wanitaku!" kata Brian.
" Lalu Carisa?" tanya mamanya lagi.
" Dia hanya gadis labil dan manja!" ucap Brian. Lalu mereka terdiam sesaat, mama Brian melanjutkan merajut.
" Siapa?" tanya mamanya tiba-tiba.
" Siapa apa?" tanya Brian terkejut, tapi dia berusaha untuk menyembunyikan itu.
" Wanita itu?" tanya mamanya lagi, Brian semakin terkejut, darimana mamanya tahu jika dia sedang pusing masalah Fatma.
" Wanita apa? Aku pergi! Mama ada-ada saja!" jawab Brian datar lalu mencium pipi mamanya dan melangkah pergi.
" Jangan permainkan dia!" ucap mama.
" Tidak ada siapa-siapa!" jawab Brian lagi. Mamanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tahu jika putranya pasti sedang menyimpan sesuatu, karena tidak biasanya Brian datang tanpa menelponnya dulu, apalagi sendiri.
Keesokan harinya Brian sengaja berangkat pagi-pagi dan berhenti di depan sekolah untuk menunggu kedatangan Fatma. Sudah hampir satu jam mereka menunggu, tapi Fatma belum juga datang dan itu membuat Brian gelisah. Apa dia tidak masuk? batin Brian.
" Dan! Tanya satpam apa dia tidak masuk?" ucap Brian.
" Siapa, Bos?" tanya Danis kaget.
" Dasar nggak guna! Zahirah!" bentak Brian.
" Iy...iya, Bos!" jawab Danis lalu dia akan membuka pintu mobil saat Brian menghentikannya.
" Tunggu!" kata Brian, Danis mengurungkan niatnya. Brian melihat Fatma yang hari itu datang, dia keluar dari sebuah mobil. Ternyata Fatma diantar oleh Arkan yang membawa mobilnya masuk ke parkiran sekolah dan Fatma langsung masuk ke dalam kelas. Sial! batin Brian.
" Tanyakan jam berapa dia pulang!" kata Brian.
" Iya!, Bos!" jawab Danis, lalu dia keluar menyebrang jalan dan bertanya pada Satpam.
" Pak!" panggil Danis pada satpam yang berdiri di depan pagar.
" Iya, Pak?" jawab satpam itu.
" Bu Zahirah eh ustadzah Zahirah itu mengajar kelas berapa ya?" tanya Danis.
" Kelas 1, Pak!" jawab Satpam itu.
" Ooo! Kelas 1 pulangnya jam berapa ya?" tanya Danis.
" Jam 12 siang, Pak! Ada apa ya?" tanya satpam itu penasaran.
" Saya mau mendaftarkan anak saya ke sekolah ini! Dia maunya diajari oleh Ustadzah Zahirah!" kata Danis bohong.
" Bapak langsung aja ke Kepala Sekolah!" kata satpam itu.
" Besok saja, pak! Mari!" pamit Danis.
" Silahkan!" jawab satpam itu, kemudian Danis kembali ke mobil.
" Kapan?" tanya Brian.
" Jam 12 siang, Bos!" jawab Danis.
" Jalan!" perintah Brian, Danis menjalankan mobil Bosnya dengan pelan. Selama dalam mobil Brian melamun, hatinya tidak tenang, dadanya terasa sesak mengingat dia tidak dapat menemui Fatma. Seharian ini Brian tidak berada dikantor, karena dia ada meeting diluar, dia lebih senang mengadakan meeting di restoran atau di club. Pernah salah satu koleganya menyuruhnya membuat kantor di dalam club, jadi dia tidak perlu harus keluar. Karena itu Brian telah membangun sebuah club untuk dijadikan perusahaan, tapi masih dalam tarah pembangunan. Dan proyek itu bernilai milyaran, Brian mempercayakan pembangunannya pada Perusahaan Andhara Grup atas rekomendasi dari Danis. Brian menatap keluar kaca restoran, dia sama sekali tidak dapat berkonsentrasi pada meeting yang diadakan sejak pagi itu. Jam 12 kurang 15 menit Brian mengakhiri meetingnya untuk maksi, dia segera pergi setelah meminta kunci pada Danis.
" Ya?" tanya Danis bingung.
" Kunci mobil!" ucap Brian.
" Cepat!" bentak Brian, Danis kaget mendengar bentakan Brian, lalu merogoh sakunya dan memberikan kunci mobil pada Brian. Brian pergi meninggalkan restoran itu dengan cepat. Huh! Akhir-akhir ini suka sekali membentak-bentak! batin Danis.