" Maaf, Bos! Bukan seperti itu!" jawab Nabil.
" Ayo, masuk!" paksa Brian. Nabil akhirnya mengikuti Bosnya masuk ke dalam club tersebut, dia tidak mau dipecat dari pekerjaan yang membuatnya bisa membeli apapun. Mereka duduk di sebuah meja yang khusus untuk orang-orang VVIP. Brian memesan minuman untuk mereka bertiga saat seorang waitress seksi mendekati mejanya. Tiga orang wanita seksi datang menghampiri mereka dan duduk disamping mereka bertiga, mereka sengaja dikirim Bos club untuk menjamu Brian sebagai tamu VVIP mereka. Astaghfirullah! Maafkan aku, Fatma! batin Nabil.
" Tuan Brian!" sapa wanita yang duduk di dekat Brian.
" Pergilah!" ucap Brian sambil menyelipkan beberapa lembar uang ke belahan dada wanita tersebut.
" Terima kasih, Bos!" ucap wanita itu kemudian dia pergi meninggalkan Brian.
" Nama kamu siapa?" tanya wanita yang duduk di sebelah Nabil sambil memegang paha Nabil. Nabil hanya bisa istighfar di dalam hatinya sambil menahan sesuatu yang memberontak akibat sentuhan dari wanita tersebut. Ya Allah lindungi hambamu ini! Astaghfirullahaladzim! batin Nabil sambil terus membaca istighfar. Dia tidak pernah menyentuh wanita manapun, apalagi disentuh.
" Permisi, Bos! Saya mau ke toilet!" pamit Nabil lalu berdiri dan mencari toilet. Brian hanya tersenyum smirk melihat kelakuan Nabil.
" Rayu terus! Aku yakin pertahanannya akan runtuh!" ucap Brian pada wanita yang di dekat Nabil tadi.
" Siap, Bos!" jawab wanita itu. Nabil yang telah berada di dalam toilet, segera mencuci tangannya dengan sabun dan duduk bersembunyi di dalamnya. Dia takut imannya akan tergoda jika dia terus berada disana. Nabil bingung, disatu sisi dia bisa saja meninggalkan club ini, tapi disisi lain dia takut Bosnya akan marah dan memecat dia, sedangkan dia sangat membutuhkan banyak uang untuk menikah dengan Fatma. Apa yang harus aku lakukan? batin Nabil. Ponselnya berbunyi, nama Danis tertera di layar.
" Ya, Pak?"
- " Kita pulang! Bos ada urusan!" -
" Baik, Pak!"
Nabil menutup panggilan Danis, dia merasa lega karena dia tidak harus berlama-lama berada ditempat itu. Nabil keluar dari dalam toilet tapi tanpa dia sadari, tiba-tiba wanita telah berada didepan toilet dan mendorongnya kedinding lalu mencium bibirnya, Nabil yang terkejut dan tidak siap. sesaat merasakan sensasi aneh dari ciuman wanita itu dan saat kesadarannya kembali, Nabil dengan cepat mendorongnya.
" Astaghfirullahaladzim!" kata Nabil yang menyesali dirinya yang telah mengikuti Bosnya masuk ke club.
" Bertobatlah! Kamu akan lebih dihargai orang jika tubuhmu tertutup!" ucap Nabil pada wanita itu.
" Ini bukan majelis pengajian, sayang!" jawab wanita itu sambil akan mengelus wajah Nabil, dengan cepat Nabil pergi meninggalkan wanita itu.
" Kenapa, Bil?" tanya Brian.
" Nggak pa-pa, Bos!" jawab Nabil.
" Hahaha! Apa kamu habis makan saos?" tanya Brian.
" Kenapa Bos?" tanya Nabil.
" Bibirmu merah begtu!" jawab Brian tertawa.
" Astaghfirullahaladzim!" ucap Nabil lalu menghapus bibirnya yang ternyata adalah noda lipstik dari bibir wanita itu.
" Bagaimana rasa bibir Darla?" tanya Brian.
" Saya tidak tahu Bos! Dia yang tiba-tiba nyosor!" jawab Nabil.
" Hahaha! Apa kamu belum pernah mencium wanita?" tanya Brian heran.
" Belum, Bos! Agama saya melarang hal itu!" jawab Nabil.
" Ayolah, Nabil!Itu hanya ciuman!" kata Brian.
" Tapi itu zina, Bos!" kata Nabil lagi.
" Hentikan ceramahmu! Minumlah minumanmu!" kata Brian marah. Danis hanya terdiam melihat tingkah Brian, dia sebenarnya kasihan pada Nabil, tapi Bosnya adalah orang yang tidak suka dibantah.
" Maaf, Bos! Saya tidak minum minuman keras!" ucap Nabil. Brakk! Brian menggebrak meja dengan gelas ditangannya yang akhirnya pecah dan menggores tangannya.
" Bos! Tangan, Bos!" ucap Danis. Brian menatap Nabil dengan tatapan membunuh.
" Kamu membantah perintahku?" ucap Brian mengintimidasi. Nabil sekali lagi bimbang dengan pikiran dan hatinya.
" Minum! Atau aku memecatmu!" kata Brian tajam. Dengan tangan gemetar, Nabil meraih gelas di depannya dan meneguknya dengan sekali telan, lalu dia terbatuk-batuk. Uhuk! Uhuk! Brian tertawa lebar melihat Nabil tunduk dihadapannya.
" Enak bukan?" ucap Brian. Nabil merasa perlahan tubuhnya hangat dan pikirannya ringan. Darla yang telah duduk disamping Nabil kembali menuangkan minuman untuknya dan Nabil meneguknya kembali karena efek yang ditimbulkan minuman itu begitu membuat dirinya melayang.
" Apa kamu menginginkannya Darla?" tanya brian pada Darla.
" Dia hanya pegawai, Bos!" ucap Darla. Memang Darla, Bebi dan Carla adalah Pelacur kelas atas, mereka hanya melayani Bos-bos saja.
" Dia masih perjaka!" ucap Brian.
" Apa? Hari gini?" ucap Darla kaget, seketika matanya membulat dan dadanya menyesak menandakan gairahnya yang telah menyelimuti tubuhnya. Ditatapnya Nabil yang telah mabuk dan dengan cepat dilumatnya bibir Nabil, Nabil yang berada di bawah pengaruh minuman keras, sama sekali tidak melawan, malah menikmati apa yang dilakukan Darla. Tidak lama kemudian meja itu telah tertutup dengan kain saat Brian mengangkat tangannya. Brian menatap adegan panas yang terjadi di depannya dengan tatapan sinis. Danis hanya diam saja melihat perbuatan Bosnya itu. Cukup lama juga Darla dan Nabil melakukan perbuatan zina itu.
" Puas?" tanya Brian yang melihat Darla lemas di atas tubuh Nabil. Darla menganggukkan kepalanya lalu memakai pakaiannya. Brian mengeluarkan segepok uang dan melemparnya ke meja.
" Pergilah!" kata Brian.
" Trima kasih, Bos!" ucap Darla lalu pergi.
" Pakaikan pakaiannya dan bawa dia ke hotel tadi!" kata Brian pada Danis.
" Siap, Bos!" jawab Danis. Kemudian melakukan apa yang diperintahkan Brian padanya.
" Shiiit!" ucap Brian, sesuatu memberontak dibagian bawahnya. Sialan kalian! batin Brian. Tidak lama kemudian Brian telah menelpon salah satu kekasihnya dan menyalurkan hasratnya.
Sementara itu di kediaman keluarga Fayyad, Abi Fatma sedang berbaring di temat tidurnya.
" Abi mau makan?" tanya Ummi.
" Boleh. mi! Maaf ummi! Abi jadi merepotkan ummi!" ucap Abi Fatma.
" Astaghfirullah Abi! Abi bicara apa? Ummi adalah istri Abi, adalah kewajiban Ummi untuk melayani Abi!" jawab Ummi Fatma.
" Iya, mi! Maaf!" kata Abi, lalu ummi pergi ke dapur dan mengambilkan makan Abi.
" Apa Fatma baik-baik saja, Bi!?" tanya Ummi.
" Ins Yaa Allah! Dia bilang sedikit lecet dan tangannya sedikit keseleo, apa nanti ummi bisa mengurutnya?" tanya Abi.
" Ins Yaa Allah, Bi!" jawab Ummi. Abi makan dengan lahap, karena dia merasa lapar sekali karena kejadian itu.
" Assalamu'alaikum!" salam seseorang di luar.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Abi dan ummi.
" Abi! Ummi!" sapa seorang wanita.
" Rania? Kamu sama siapa?" tanya Abi.
" Sama Bang Arkan. Bi!" jawab Rania sambil menyalami Ummi, lalu mencium pipinya dan dia menangkup tangannya di depan dada kepada Abi.
" Mana dia?" tanya Abi.
" Bang Arkan kembali ke kantor, Bi! Rania tadi minta pulang, nggak baik meninggalkan suami lama-lama!" kata Rania.
" Alhamdulillah! Kamu memang istri yang soleha, nak!" puji Abi.
" Alhamdulillah, Bi! Semua berkat do'a suami dan orang tua Rania, Bi!" jawab Rania, yang juga telah menganggap orang tua Arkan sebagai orang tuanya.
" Kamu istirahat saja, nak! Pasti kamu capek!" ucap ummi.
" Sedikit, ummi! Rania ke kamar dulu!" pamit Rania dengan dijawab anggukan kepala Abi dan Ummi. Rania keluar dari kamar Abi dan berjalan ke kamarnya di sebelah kamar mereka.
Sementara itu di sekolah tempat Fatma mengajar, murid-muridnya telah bubar pada jam 12 siang. Fatma pergi ke mushalla yang ada di sekolah itu dan menunaikan shalat dzuhur. Kemudian dia pergi ke UKS dan meminta obat-obatan untuk mengobati lukanya.
" Kenapa sampai terluka begitu?" tanya Nurul, teman sejawatnya yang kebetulan bertugas menjaga UKS hari itu.