Anit menghela nafas. Kedua tangannya masih memegang secarik kertas foto seseorang yang sama sekali gak asing di matanya. Foto itu mengingatkannya pada seseorang. Anit bingung. Dia sama sekali gak tau harus berbuat apa dengan foto yang dipegangnya ini. "Ini foto siapa sih, Ma? Trus maksud Mama apa? Mama mau Anit ngapain dengan foto ini?"
Mama Letta tersenyum. "Namanya Angga, Nit. Siang ini dia ke Jakarta. Katanya ada urusan bisnis dan dia gak kenal siapa-siapa di sini selain Mama sama Zuna. Jadi, bisa kan kamu tolongin Mama buat jemput Angga di bandara trus temenin dia jalan-jalan seharian ini? Abis itu nanti malem kamu ajak dia ke sini. Zuna pengen ngobrol sama dia."
Anit menghela nafas sesaat sebelum menggelengkan kepalanya. "Maaf nih, Ma. Bukannya Anit gak mau jemput. Tapi Anita ada jadwal rapat nanti siang. Mungkin Mama bisa minta tolong sama Mang Ating buat jemput."
"Tolonglah, Nit. Zuna pagi ini harus ke Kuala Lumpur untuk menggantikan Papa rapat. Nanti biar Mama telepon Zuna, supaya kamu izin gak masuk kantor hari ini."
Anit terdiam. Sebenernya ini bukan ide yang bagus. Walopun dirinya kerja di perusahaan keluarga sendiri, bukan berarti bisa kerja semaunya. Tapi mau gimana lagi? Kalo Mama Letta udah minta tolong begini, rasanya mau gak mau Anit harus mengalah.
"Oke, Ma.", sahut Anit akhirnya. "Jam berapa pesawatnya landing?"
"Duh Mama gak tau, Nit. Pokoknya kamu tunggu aja di bandara. Dia penerbangan dari Singapura pokoknya."
*