Chereads / Di Antara 2 Cinta / Chapter 10 - 9

Chapter 10 - 9

"Ka," Anit mengerutkan dahinya. Dia sama sekali gak mengerti kenapa Kak Zuna malah mengajaknya ke sini. Air mukanya suram. Anit udah bersumpah gak bakal menginjakan kaki di apartemen ini. "Kenapa ke sini?"

"Karna Kakak tau, apa yang bikin kamu mau bunuh diri tempo hari!" Zuna meninggikan nada suaranya. Rasa kesal, kecewa, sedih, dan marah udah bercampur menjadi satu di isi kepalanya. Ternyata ... Tuhan! Zuna bener-bener gak abis pikir soal itu. "Karna Angga adalah orang yang bikin kamu sebegitu depresinya."

Air mata Anit mengalir deras. Jadi Kak Zuna udah tau? Lutut Anit langsung lemas. Tanpa sadar dirinya terduduk di lantai.

"Bener kan, Nit?" Zuna memastikan sekali lagi. Dan dugaannya gak salah begitu melihat reaksi Anit barusan. "Satu-satunya bajingan yang udah bikin kamu menderita selama ini adalah Angga! Ya kan, Nit?!"

Anit mengangguk pelan. Air matanya semakin deras. "Ka, Anit mohon. Anit gak mau lagi ke sini. Anit mohon, Ka. Kakak boleh bawa Anit kemana aja. Asal jangan ke sini. Anit mohon, Ka."

Zuna menghela nafas panjang. Dia tau, adik angkatnya itu bener-bener menderita kesakitan. Tapi dia juga gak rela Anit diperlakukan begini. Angga harus bertanggung jawab pokoknya!

Zuna memencet bel apartemen Angga dengan gak sabar. Emosinya bener-bener memuncak. Tangannya terkepal. Zuna pengen secepatnya menonjok muka Angga.

*

Angg bergeming mendengar suara bel berkali-kali. Dia tau Anit dan Zuna ada di depan pintu apartemennya. Tapi bukan itu yang membuatnya tetap diam ditempat!

Tiba-tiba ... BUK!!!

Angga menoleh sambil memegangi pipi kanannya yang sakit karna tonjokan Zuna. Entah gimana caranya cowok itu bisa masuk ke apartemennya. Kemudian, pandangannya beralih ke sosok yang tetap diam di depan pintu dengan wajah yang menunduk.

Anit! Astaga!!

"Dasar bajingam lo ya!" Zuna menarik kerah kemeja Angga sampe-sampe tubuh cowok itu ikut terangkat. Nafasnya terengah-engah. Wajahnya memerah. "Gara-gara lo, Anit depresi dan mau bunuh diri!"

Angga menelan salivanya dengan susah payah. Anit depresi? Mau bunuh diri? Gak, gak mungkin! Dia pasti salah denger.

"Dan lo malah asyik-asyikan sembunyi di sini!!"

"Zun, denger dulu penjelasan gue."

BUKK!!! Sekali lagi Zuna mendaratkan bogem mentah ke wajah Angga. "Penjelasan?! Persetan sama penjelasan lo!"

"Zun, denger dulu penjelasan gue." Angga berusaha bangkit sambil menyeka sudut bibirnya yang berdarah.

"Gimana, Nit?" Zuna menoleh ke arah pintu, bermaksud meminta persetujuan Anit. Tapi nihil. Anit menghilang, entah sejak kapan. "Nit?! Anit!!!"

BUKKK! Zuna meninju Angga sekali lagi dan sukses membuat cowok itu tumbang gak berdaya. "Ini salah lo! Kalo sampe ada apa-apa sama Anit, lo orang pertama yang bakal gue bunuh!"

Zuna melangkahkan kaki lebar-lebar, berusaha mengejar Anit dan membiarkan Angga terkapar kesakitan.

*

"IYA TUNGGU!!!"

Koko langsung bergegas secepat kilat begitu mendengar seseorang memencet bel dengan gak sabaran. Cuma ada satu nama : Anit!

"Anit?" Koko mengerutkan keningnya begitu daun pintu terbuka dan terlihat sosok Anit yang memilukan kayak zombie. "Lo kenapa?"

Anit langsung memeluk Koko dan menumpahkan tangisnya.

"Help me, Ko.", pinta Anit di sela tangisnya. "Help me."

Koko mengelus pelan punggung Anit. Gak perlu banyak bicara, Koko udah paham. Kejadian saat ini sama persis kayak bertahun-tahun lalu. Kemudian Koko melepaskan pelukannya dan menggandeng Anit masuk. "I know, Nit. Kita masuk dulu ke dalem ya. Kita omongin di dalem."

"Lo duduk dulu di sini. Gue ambil air minum dulu."

Anit mengangguk lemah. Tangisnya mulai mereda. Dia sangat bersyukur memiliki Koko sebagai keluarga ketiganya, setelah Zuna dan Mama Letta.

Gak lama kemudian, Koko kembali dengan segelas air putih yang langsung disodorkan ke Anit. Sambil menunggu Anit menghabiskan minumannya, Koko duduk di sofa kosong sebelah Anit duduk dan memandangi cewek itu dengan perasaan amburadul.

"Angga ngapain lo lagi sekarang, Nit? Sampe lo kayak zombie gini?"

"Please, help." Bukannya menjawab, Anit malah langsung mengiba. "Please, help. Gue gak tau lagi harus minta tolong ke siapa."

"Calm down, Nit. Lo tenang dulu. Lo cerita dulu sama gue, ada apa. Jadi gue bisa tau gue harus nolongin lo gimananya."

Anit menghela nafas berat. Omongan Koko barusan ada benernya. Kemudian Anit menceritakan semua penyebab dirinya sampe begini. Dan itu membuat Koko mengepalkan tangannya penuh emosi.

"Please, tolongin gue Ko." Sekali lagi Anit meminta pertolongan Koko.

"Oke, kalo gitu lo resign sekarang juga, lo kerja di tempat gue. Trus lo keluar dari rumah Mama Letta. Urusan Mama Letta sama Zuna, biar nanti gue yang omongin ke mereka. Gue yakin, mereka pasti ngerti."

"Makasih, Ko. You are the best."

Dan Koko pun mengangguk.

*