Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dun Hill

🇮🇩romory
--
chs / week
--
NOT RATINGS
26.2k
Views
VIEW MORE

Chapter 1 - kehilangan

Kemarin angin topan menghancurkan sebagian desa kami Marie lounge, hanya tersisa aku dan seorang gadis tak kukenal. Tak ada orang dewasa yang selamat termasuk Jeane dan Toby ayah dan ibuku. dipuing puing bangunan yang tersisa aku berusaha mencari apapun yang tersisa, sulitnya jalan menuju Marie Lounge membuat desa kami terisolasi.

dengan sisa kekuatanku aku menyeret jasad kedua orangtuaku lalu mengubur mereka, karena aku yakin mereka tak bernafas. aku tidak menangis, tidak bersedih, perasaanku datar. tidak ada yang bisa kulakukan selain melanjutkan hidup dan meninggalkan yang mati dalam ketenangan dan doa. tak ada nama dan nisan di makan jeane dan toby, sulit menemukan hal yang benar untuk anak sekecil aku.

aku baru berusia 12 tahun, dengan kulit putih pucat dan tubuh kurus. rambutku berwarna hitam seperti rambut jeane ibuku dan bermata biru seperti milik toby ayahku. aku bahkan hampir tidak ingat lagi kapan aku mengukur tinggi badanku, yang kuingat aku hanya setinggi meja baca toby.

aku duduk di pinggir gundukan makam jeane dan toby, tanganku memar karena menggali makam dengan kayu yang kutemukan tak jauh darisana, harusnya makam mereka berhiaskan bunga dan air suci dari gereja. tapi aku hanya menemukan sebuah botol wisky dan setangkai mawar.

"jeane tolong jangan bersedih, tersenyumlah meski tak ada peti mati dan perayaan, aku memberimu setangkai mawar yang kutemukan di sana, toby aku tidak menemukan sesuatu yang bagus untukmu hanya saja botol ini masih tersisa banyak mungkin saja kau bis meminumnya".

sepanjang waktu aku duduk disini diam berdoa dalam hati lalu berlalu pergi mencari sisa roti, atau setidaknya remahan biskuit agar aku tak mati. hidup harus berlanjut, tak ada yang tahu kemana hidup akan berjalan jika tak mencoba. aku menemukan sepotong roti dengan sedikit jamur, mungkin ini tak bisa lagi dimakan, tapi jamur tidak akan membunuhku.

dari sini aku melihat gadis itu mungkin dia seumuranku, kulitnya kemerahan dengan rambut merah dan mata biru, sama seperti yang kumiliki. dia menangis di pinggir jasad seseorang perempuan muda dengan boneka ditanganya. aku berjalan ke arahnya dan memberi sedikit bagian rotiku. mata birunya lebih indah dari milikku, jernih seperti langit.

aku memeriksa tubuh beku wanita muda itu lalu mendengarkan denyut di dadanya. disana kosong dan hampa lalu memerikaa hidungnya tak ada nafas, ini tanda kematian sama seperti jeane dan toby mereka mati.

"siapa namamu nona?"

" lily.... "