namanya lyli, aku tidak mengenalnya meski aku terlahir di sini. gadis itu masih sesenggukan sambil sesekali menghapus air matanya. tangan kecilnya menggoncang-goncangkan jasad wanita muda itu tapi mungkin itu adalah hal terakhir yang tidak berguna yang ia lakukan.
aku kira ia masih berumur 7 atau 8 tahun, nyaris tak ada luka di tubuhnya, aku yakin wanita muda itu melindunginya dengan segenap kekuatanya.
"mamaa.... "
pekiknya lagi.
"ma... mama"
rengekanya semakin menyedihkan, aku yang sedari tadi diam cuma bisa menemaninya duduk dan menatap dalam-dalam. entah apa yang bisa bantu sekarang dengan kesedihan yang mengikat nafasnya pelan-pelan.
aku berusaha membantu, mengangkatnya menjauhi jasad wanita itu lalu memeluknya, tanganya dingin. kami hampir membeku di cuaca ini. tak ada perapian ataupun coklat hangat. sekeliling kami hanya reruntuhan.
aku mundur pelan membawanya pergi dan menatap arah mana yang bisa lewati agar malam ini kami tak mati disini. jeane bilang jika kau tersesat saat malam hari bulan lah yang menjadi petunjuk, karena bulan selalu terbit dari timur dan pergi ke barat.
untuk saat ini tolonglah, semoga semua perkataan jeane benar, aku berada ditengah reruntuhan yang amat berserakan, aku tak tau jalan mana yang akan menuntunku sampai ke kota. aku menuntun lyli pergi menjauhi desa ini. aku berharap semoga ada orang dewasa yang masih hidup agar aku bisa mencari pertolongan.
malam ini bulan bersinar terang, kugenggam tangan lily erat dan mulai berjalan mencari pertolongan, aku tak ingin mati disini. aku tak ingin membuat pengorbanan jeane dan toby sia-sia. Tuhan tolong beri aku kekuatanmu sedikit, aku benar-benar tak mau mati disini.