Chereads / Dun Hill / Chapter 7 - promise

Chapter 7 - promise

aku berdoa digereja memohon ampunkan tuhan, tiap baitnya begitu penuh dengan ratapan. aku anak tuhan yang mempercayainya menyerahkan soal hidup padanya namun menghentikan uluran tangan tuhan. aku kira dengan hanya menjadi anak-anak semua persoalan hidup akan berjalan dan mendewasakan aku dengan instant. semuanya salah, sebagai anak-anak aku harus menyelesaikan masalahku sendiri bukan berpangku tangan dan berharap tuhan akan berbaik hati menambal sebuah lubang yang kubuat.

hari ini aku benar-benar menyesali segala perbuatanku pada lily, aku tidak tau bagaimana kondisinya sekarang, aku melihat darah yang sama, seperti milik jeane dan toby saat itu. tanganku gemetar, ketakutanku akan kehilangan membuat aku menangis di dalam sini. di dalam ruang pengakuan dosa, sesenggukan dan hampir saja kehilangan hati untuk melihat dunia ini lagi. bapa daniel berkata bahwa hidup adalah cobaan dan setiap manusia punya kesempatan. tuhan tidak menambal kerusakan yang dibuat manusia tapi membimbing anak tuhan untuk memperbaiki diri dan memohonkan ampun atas segala kesalahan. dengan demikian tidak ada kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.

bapa daniel menyuruhku menemui lily, sepertinya suster memberitahunya bahwa ia telah siuman. aku beranjak dan lari menuju bangsal kesehatan. di muka pintu aku melihatnya terbaring dengan kepala terperban. kuhampiri dan duduk disebelahnya berharap dia menyadari kedatanganku.

suster roxana datang dan membawakanku segelas air putih. aku meminumnya dengan segera.

"bletak..... "

kepalaku ditepuk kencang

"siapa yang menyuruhmu minum?"

"bukankah ini air untuk dimium? "

"lihat lily sudah bangun, aku mau menyuruhmu meminumkanya pada lily, bukan kau minum sendiri. dasar bodoh!"

aku hanya bisa tertawa nyeri, menahan malu dan sakit ditepuk oleh suster roxana. aku senang lily sudah siuman dan juga sedikit lega. aku ambil lagi segelas air putih dari meja putih dengan hiasan pita disebelahku. aku yakin lily sudah sangat haus.

dia tersenyum dengan tatapan kosong, apa yang salah denganya?kenapa dengan senyuman semacam itu?

"suster roxana, bolehkah aku bertanya?"

"ya aku sudah tau pertanyaanmu, pasti tentang tatapan kosong itu bukan?"

"baiklah kau tau pertanyaanku dan aku tidak tau jawabanmu, "

"hey anak muda jangan bermain2"

"aku hanya bertanya"

"aku punya 1 berita buruk dan 1 berita baik untukmu"

"aku ingin mendengar berita buruknya dulu"

"heyyy.... kenapa kau terus menyelaku"

"ups maaf baiklah aku akan serius mendengarkannya"

"oke, kita mulai dengan berita buruknya, lily mengalami trauma pada kepala dan mengakibatkan kebutaan pada kedua matanya. tidak ada yang bisa dilakukan dokter kecuali berharap ada mukzizat untuk menyembuhkan lily. dokter bilang syaraf dibelakang matanya mengalami kelumpuhan dan itu sangat fatal. oke stop menangis anak muda mari kita dengarkan berita baiknya"

"tapi.. "

"sudahlah dengarkan aku, berita baiknya bibimu evhe sudah mendengar berita tentang angin topan di marie lounge dan hampir beberapa bulan ini dia mencari keberadaanmu. sebelumnya dia sempat putus asa dan mengira seluruh keluarganya sudah mati, tapi berkat tuhan memang tak akan pernah berpaling padamu nak. besok dia akan menjemputmu segera"

"beritamu seperti neraka dan neraka part 2 suster"

"oh tuhan ampuni aku, berani sekali dia berkata seperti itu padaku"

aku merasa akhirnya aku bisa keluar dari sini dan bertemi satu-satunya keluarga yang kumiliki, tapi aku merasa sudah menghancurkan hidup lily. mengapa harus buta? tidak adakah efek lain selain buta? bagaimana ini, bagaimana harus kupertanggung jawabkan semua kesalahanku. aku memeluk lily dan meminta maaf, dibalik jaketku kuambil mawar yang kusimpan dan kuselipkan ditanganya.

"rowan, berjanjilah selalu didekatku"

"aku akan berjanji selalu dan selalu didekatmu"

"aku tidak menyesal tidak bisa melihat lagi, ini semua bukan salahmu ini salahku yang terlalu senang, sebenarnya sejak bayi aku sudah mengalami Ambliopia. aku bahkan hampir tidak bisa melihat dengan jelas dan akhirnya aku sama sekali tidak bisa melihat sekarang.

"aku tidak mengerti apa itu, tapi suatu saat aku yakin kau dapat melihat kembali"

"mamaku sudah berusaha membawaku ke dokter manapun, bahkan malam itu mama membawa aku dengan tergesa-gesa untuk menemui dokter jeane jhonson karena hanya ia yang bisa menyembuhkan ambliopia, sayang kenyataan berkata lain"

"jeane jhonson adalah ibuku, dia juga mati saat angin topan"

"benarkah? seandainya saja tidak ada angin topan menyapu malam itu, mungkin kita akan bertemu dengan keadaan yang lebih manis"

aku duduk dan memeluknya sangat erat, mungkin ini takdir tuhan, menjadikanku sebagai penjaganya seumur hidupku.