sudah banyak hal yang terjadi sejak kepulangan kami kerumah bibi evhe, ia kami aku dan lily. jelas saja aku takkan pernah meninggalkan lily sendiri di panti dengan kondisinya yang buta karena sejak awal aku sudah berjanji akan menemaninya seumur hidupku.
kebahagiaanku adalah menatap mata birunya setiap hari, meski tanpa cahaya aku seakan hanya ingin mati bersamanya suatu saat.
tanganya selalu dingin dan "hmm" tentu saja aku merawatnya dengan seksama, aku tidak ingin calon pengantinku menjadi seorang wanita yang tak cantik.
aku belajar bagaimana cara mendandani seorang wanita, bagimana cara membuatnya tampak anggun, selama 10 tahun bersama lily mengapa sangat aku tak menyadari ia tumbuh dengan sangat indah. mata birunya, rambut merahnya bahkan kulitnya yang sedikit kemerahan membuat aku bergairah. membangkitkan semangat hidupku bahkan aku merasa akulah manusia paling bahagia, bahkan jika aku harus merawatnya seumur hidupku.
lily memang selalu melemparkan senyum kosong tanpa menatapku, ia percayakan seluruh tubuhnya padaku, bahkan saat mandi dan mengganti baju. aku sangat yakin menyentuh seluruh jengkal tubuhnya adalah sebuah keindahan tapi aku tidak berniat merusak bunga yang kurawat. aku yakin takkan menidurinya sebelum menikah. tapi aku bergetar melihat tubuh telanjang itu. "ah sial"aku menggerutu sepanjang waktu memikirkan lily.
kusapukan bedak diwajahnya, gincu merah di bibirnya. menyisir rambutnya, membuatnya selalu menawan. dan tentu saja parfum bunga mawar. berdansa setelah lily mandi adalah kebiasaan setiap kali aku tidak tahan mencium aroma tubuhnya. aku yakin aku sangat normal dan tentu saja aku juga punya sisi liar dalam otaku.
"rowan cepatlah turun, apa kau ingin membuat lily kelaparan? kita harus bergegas ke gereja"
"baik bi.. "
"tuntun aku keluar tuan scarecrow"
"ayolah jangan memanggilku begitu"
"haha.. baiklah rowanku tersayang"
kucium keningnya dan menggendongnya keluar kamar segera
"hey apa yang kau lakukan, kau membuatku malu"
"jangan kawatir kita akan menikah sebentar lagi nona"
"rowan turunkan lily, jangan bermain-main kita akan segera berangkat"
dirumah ini hanya ada bibi evhe, ia adalah satu-satunya keluargaku. bibi evhe tinggal di dun lounge sendiri, tanpa suami dan anak. jeane pernah Bercerita padaku bibi evhe dulu jauh sebelum aku lahir saat jeane masih remaja bibi evhe pernah memiliki seorang anak perempuan bernama elenor juga suami, mereka meninggal karena wabah penyakit. saat itu benar-benar sulit dan miskin.
sarapan kami sudah tersedia dan hari ini adalah jadwal kami ke gereja untuk konseling pra nikah. beberapa menit kemudian kereta kuda kami telah siap didepan rumah saatnya kami ke pole lounge satu-satunya gereja di tempat ini.
bibi evhe menuntun lily memasuki kereta dengan hati-hati, aku juga tepat berada di sebelah kereta memastikan lily aman. setelah itu baru bibj evhe. aku memacu kereta kuda dengan santai menuju pole lounge, aku tidak sabar bertemu bapa daniel. mungkin dia akan bangga melihatku berubah. bahkan meskipun aku bertemu denganya tiap minggu, bapa daniel selalu saja merasa aku berubah tiap bertemu dan itu sangat lucu.
untuk sekarang aku harus fokus dan mengendarai keretaku dengan benar. hatiku berdebar membayangkan lily menjadi pengantin dan merawatnya seumur hidupku. aku sangat sangat senang.
dari kejauhan nampak gerbang gereja dan panti asuhan pole lounge nampak sangat riuh, banyak pasangan melakukan konseling pra nikah hari ini.
kereta kuda kami melaju pelan diantara para pasangan, dan mengambil posisi tepat diantara gerbang dan jalan. aku menarik tali kuda pelan-pelan dan membuatnya berhenti. membukakan pintu lalu menuntun bibi evhe, lalu bibi evhe membantuku mengeluarkan lily.
tiba-tiba kerumunan pasangan berbisik dengan riuh
"sst liat mempelainya buta"
"sayang sekali padahal mempelai laki-lakinya tampan"
lily menangis mendengar keriuhan orang disekitarnya, ia memang buat tapi tidak tuli untuk mendengar ejekan orang disekitarnya. tanpa basa-basi aku menjawab semua ejekan para pasangan itu dan menggendong lily sampai ke pintu gereja.
"mempelaiku memang buta, tapi pandai mengolah mulutnya sendiri"
lalu aku pergi dengan segera bersama bibi evhe dan lily tanpa memperdulikan mereka.