Chereads / Dun Hill / Chapter 6 - blind

Chapter 6 - blind

seperti hari-hari lain aku mulai melupakan harapan bibi evhe akan menjemputku, dan menyadari satu satunya keluarga yang dia miliki masig hidup, aku masih memasrahkan semua pada tuhan. aku bukan dari keluarga yang ektrim pada agama. toby memberi kebebasan memandang apapun didunia ini termasuk agama.

hari ini aku bangun lebih awal dan membantu para suster sebelum makan pagi dimulai, dan tentu saja semua ini tidak gratis. mereka menukarkan tenagaku dengan makanan dan roti. untuk anak tanpa sokongan keluarga seperti aku tinggal disini hanya menjadi beban saja. sangat menyedihkan, ini dunia nyata tapi aku tidak akan menangis, aku harus bertahan dan hidup. aku sangat yakin tuhan meberikan jalan saat aku ingin pergi dari sini, tinggal aku tunggu dengan tenang.

menginjak pukul 10 pagi aku selesai membantu para suster dan membawa sedikit roti untuk lily. aku tidak akan melupakan janjiku padanya. bahkan suatu saat nanti aku berkeinginan melamarnya. "hahahahha" wajahku memerah, apakah ini pikiran anak kecil. sepertinya aku butuh waktu lebih lama untuk memikirkan hal itu.

aku bergerak cepat ke lorong ke 3 dilantai 1, pasti lily sudah menungguku. aku berlarian dan tidak sabar bertemu denganya pagi ini. aku harap dia tidak marah karena aku terlambat. sampai di bangsal yang dihuni lily aku melihatnya duduk di pojok menungguku datang. senyumnya merekah melihatku, matanya berbinar-binar, sangat manis seperti biasanya.

aku duduk disebelahnya dan makan roti bersamanya, hatiku berbunga-bunga. apakah ini cinta? "aku sangat berharap ini akan berlangsung selamanya" pikiranku melayang aku sangat bersuka cita, tuhan memberiku perasaan cinta. aku menggenggam tanganya dengan senang, aku merasakanya ini adalah sebuah kehangatan, sebuah perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. jantungku berdebar, aku merasa hatiku menjadi hangat.

"aku sebenarnya tidak tau namamu, padahal kau telah menyelamatkan hidupku"

"ah benar aku tidak pernah menyebutkan namaku"

"baiklah sebutkan namamu tuan scarecrow"

"kenapa kau menaggilku begitu?"

"kau sangat tinggi dan selalu memakai topi kemanapun kau pergi"

"hahaha tinggiku tidak lebih dari menara, mungkin hanya saja kau yang terlalu mungil"

"baiklah sekarang kau sebutkan namamu atau aku akan terus memanggilmu tuan scarecrow"

"baiklah namaku Rowan Jhonson, kau bisa memanggilku apa saja tapi jangan memanggilku scarecrow, itu menggelikan haha.. "

"oke tuan rowan jhonson, aku tidak akan menaggilmu scarecrow lagi"

"haha kenapa kau menggilku tuan bukankah aku bukan bangsawan?"

"mona menyuruhku memanggil siapapun yang lebih tua dengan sebutan tuan"

"hmm.. siapa mona? "

"mamaku, dia mengajarkan apapun yang ia tau"

"baiklah nona muda, hmm lily maksudku bagaimana kalau kita keluar?"

"keluar? taman? atau kabur?

"jauhkan pikiran kabur kita harusnya bersukur bisa hidup disini"

"baiklah mungkin taman pilihan lainya? "

"itu tidak bisa disebut taman lily, sekumpulan semak dan pohon, apakah itu taman? "

"mungkin itu hutan atau semak semak"

"agh.. berhenti berdebat dan mari keluar sekarang"

pergi keluar memang sangat menyenangkan, tapi tak ada taman bunga, hanya sekumpulan semak dan yah kami hanya berlarian seperti seekor sapi yang lama terkurung dalam kandang.

dengan penuh suka cinta kami berlarian, semak hijau ini menyenangkan, tak ada salju yang dingin hanya hijau sepanjang mata memndang. ini sangat menyenangkan, aku tertawa lebar melihat lily jatuh di rimbunan semak.

tapi kenapa dia tidak bangun? apa yang terjadi, aku berlari mengahmpirinya dan melihat darah, kepalanya mengeluarkan darah. aku menggendongnya dan berlari ke ruangan para suster. dengan sekuat tenanga aku berusaha dan darah menetes dipundakku. aku terus berlari, mungkin jarak antara semak belukar tadi dan dan ruangan para suster sangat jauh.

aku berteriak dari kejauhan dan para suster yang sedari tadi berdoa berhamburan keluar dan terkejut melihat lily. mereka terus menanyakan apa yang terjadi. aku jelas yang sedari tadi Bersamanya tak mengerti apa yang terjadi. aku hanya bilang jika kami bermain di semak belukar belakang panti.

mereka berteriak dan marah, tempat itu area terlarang di panti ini. disana bukan hanya berbahaya tapi juga banyak sekali benda yang tak diketahui asal usulnya. saat ini para suster hanya berusaha semampunya untuk memberikan pertolongan untuk lily. keningnya berdarah, ia tak kunjung sadarkan diri.

tanganku gemetar, aku merasa sangat bersalah. andai saja aku tak memaksanya kesana mungkin lily..

aku takut membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. rasanya aku ingin menghilang dari dunia ini sekarang.