Chereads / Dun Hill / Chapter 4 - Pole Lounge

Chapter 4 - Pole Lounge

aku masih berjalan sambil terus mengumpat, menggendong lily bahkan hampir tak ada bedanya dengan tangan kosong. salju menipis, pepohonan mulai terlihat jarang. aku merasa sudah dekat dengan kota, kuharap firasatku tidak salah.

aku berjalan, hampir semalaman dan matahari mulai menampakkan sinarnya dari arah belakang, seingatku aku berjalan mengikuti arah bulan. 2 jam berikutnya aku tetap berjalan membelakangi matahari dan tak ada tanda-tanda rumah penduduk atau jalan yang biasa dilewati kereta kuda.

sambil mengernyitkan dahi aku merasa dipermainkan, semua ajaran jeane sudah ku ikuti mengapa aku masih tersesat. aku sangat yakin apa yang jeane katakan tentang mengikuti bulan sudah benar.

lelah, haus dan kedinginan membuat badanku demam. aku bingung apa yang harus aku lakukan. apakah aku harus menyerah disini? toby selalu bilang jangan melakukan sesuatu setengah-setengah, berikan yang terbaik dan bagian terbaiknya adalah sebuah kemenangan atas usaha sendiri. aku yakin kedua orang tuaku tidak akan memberikan aku pengetahuan yang salah. "toby, berikan aku setengah kekuatanmu, aku tak mau mati sia-sia" doaku dalam hati.

aku bergegas melanjutkan perjalanku, beranjak dari reruntuhan marie lounge adalah sebuah keputusan tepat, berdiam diri dan menunggu kematian tidak akan membuatku hidup. aku yakin saat ini adalah jalan yang terbaik untuk mencari pertolongan di kota terdekat. aku berharap segera menemukan kota terdekat, aku sangat lelah.

aku memeriksa keadaan lily, sepertinya ia masih demam. aku harap tidur adalah obat paling baik untuknya saat ini. tanganku mati rasa menggendongnya sepanjang malam, tubuhnya memang ringan tapi posisi ini membuat tanganku lelah. tapi aku harus tetap berjalan.

2 jam setelah itu salju tersapu matahari pagi dan bahagianya aku menemukan jalan, ini sebuah jalan besar, dengan bekas tapak kaki kuda dan roda kereta. aku harus tetap Berada dijalan ini, ini sebuah harapan aku akan selamat, aku akan terus hidup.

"lily... bangunlah kita hampir sampai.. "

aku menggoncang-goncangkan tubuhnya, aku memeriksa detak jantungnya, nafasnya dan suhu tubuhnya. lily bernafas, detak jantungnya masih ada. pelan matanya terbuka.

"aku ingin pulang.. "

hanya itu yang terucap darinya, hingga akhirnya kami diselamatkan oleh rombongan pendeta dari gereja pole lounge, selama itu tatapanya kosong, meski demamnya sudah sembuh sepenuhnya. aku tidak yakin tentang kondisinya.

orang-orang dari pole lounge mengatakan ini mukzizat, ada yang masih selamat setelah angin topan menghancurkan marie lounge. keajaiban yang aku kira tak bisa disebut sebuah anugrah melainkan pengorbanan dari jeane dan toby untuk membuatku hidup.