Chereads / Dun Hill / Chapter 5 - panti asuhan

Chapter 5 - panti asuhan

berakhir di panti asuhan bukanlah akhir yang baik, tak punya ayah ibu, miskin dan tidak diharapkan. bibi evhe yang selalu membawakan aku kado natal tak pernah mencari keberadaanku. aku merasa dibuang. bahkan setelah apa yang kulalui bahkan tak ada satu orang yang menanyakan dimana keluargaku. mereka akhirnya sibuk pada dunia mereka sendiri dan melupakan aku.

sejak beberapa hari belakangan lily masih diam dengan tatapan kosong, aku tidak mengerti kenapa ia terus begitu, bukankah harusnya dia senang karena masih tetap hidup. akupun sedikit senang yah paling tidak aku tidak menyia-nyiakan usaha jeane untuk melindungiku.

bagiku panti asuhan adalah sesuatu yang buruk, tanpa orang tua tanpa siapapun yang kukenal membuat aku asing dan sangat malas untuk menyapa anak lain. bagiku dunia adalah lorong sempit dan dingin.

pikiranku berubah tentang dunia ini, semua ini sangat tidak masuk akal sekejap mata semua yang aku miliki hilang, rumahku, ayah ibuku bahkan mainan favoritku terbang bersama angin topan. aku tidak mengerti kenapa bisa semua hal ini terjadi padaku. tentang lily, bukankah harusnya ia masih memiliki ayah, karena waktu itu aku tak melihat tubuh ayahnya. tapi entahlah aku tak mungkin menanyakan hal itu sekarang.

tanpa ayah dan ibu aku tidak bisa lagi bersekolah, tak bisa lagi menunggu kado natal, bahkan yang lebih buruk mungkin aku harus mulai bekerja, sisi baiknya aku tak perlu pergi ke sekolah dan aku bebas melakukan apapun kecuali terkurung di panti ini.

hari-hari terus berjalan dan berlalu, aku tidak pergi kesekolah tapi rasanya ada seauatu yang hilang, pikiranku seketika berubah. aku mulai kesepian dan kehilangan keyakinan hidup. apakah seumur hidup aku hanya akan menunggu kematian? atau menjadi zombie. membayangkanya saja aku hampir mati ketakutan. "hey bagimana kabar lily? aku hampir melupakanya"gumamku.

kulangkahkan kaki menuju lorong ketiga di lantai 1, setiap langkah aku berpapasan dengan banyak anak dengan tinggi yang berbeda, tidak ada satupun yang kukenal. jelas saja aku tidak mengenal mereka, aku hanya merenung dan mengabaikan mereka. padahal mungkin panti asuhan ini tidak seburuk itu. aku mungkin bisa menemukan teman. "yah kata itu, teman"

di sebuah bangsal dengan banyak tempat tidur aku melihat lily duduk dipinggir jendela dengan tatapan kosong, mungkin aku bisa membawakanya roti dari ruang makan, aku bergegas pergi ke ruang makan dan mengambil sisa roti dari sarapan kami, lalu bergegas kembali ke bangsal dimana lily berada.

"hey... apa kau lapar?"

aneh dia diam saja, bahkan mengalihkan tatapanya dari jendela pun tidak. biasanya jeane saat aku kesal datang dengan coklat hangat dan menyuapiku. ini sangat menyenangkan dan rasa kesal itu hilang. mungkin lily juga sedang kesal, kusobek sedikit roti itu dan kusuapkan ke mulutnya. ini sangat lucu pertama kalinya aku menyuapi seseorang.

lily menangis, tersedu-sedu merengek dan melahap sobekan roti itu dengan lahap. aku heran mengapa ia menangis sambil makan?apakah dia benar-benar lapar?

"makanlah yang banyak, jangan menangis aku akan menyuapimu tiap hari jika kau mau"

"berjanjilah melakukannya tiap hari seperti kata-katamu, jangan meninggalkanku"

"oke aku berjanji, tapi berhentilah menangis, lihat semua orang melihat kita"

"baiklah aku sudah berhenti sekarang, aku sangat lapar suapkan semua rotinya"

lily berhenti menangis dan makan semua roti itu, kuusap air matanya dan merapikan rambutnya. kurasa sekarang ia sudah baikan. ternyata ini mujarab untuknya ia hanya butuh sedikit perhatian.

aku merasa tak ada yang perlu ditanyakan, membuatnya berbicara butuh waktu apalagi untuk mengingat sesuatu yang mengerikan saat itu. aku berharap keadaanya akan membaik.

saat ini yang ia perlukan adalah ke gereja dan berdoa, semoga tuhan adalah penyembuh segala kesedihanya. dalam hatiku ada tuhan dan selalu aku menyerahkan semua beban hidupku sekarang dan seterusnya pada tuhan. aku hanya seorang anak kecil mana mungkin aku memikul beban orang dewasa. aku menjalani kehidupan sebagai anak-anak dan menyerahkan semua tanggungan hidupku pada tuhan.