reruntuhan desa sudah tak terlihat lagi, kami sudah sangat jauh meninggalkan desa. aku ingin segera menemukan kota terdekat. suhu udara membuat darahku membeku. "sial, aku tak mau terperangkap dicuaca dingin ini, aku tak mau mati" gumamku.
salju membuat kakiku mati rasa, entah sudah berapa lama kami berjalan, rasanya aku ingin tidur. ngantuk membuat aku Merasa lelah, aku ingin terpejam disini. mataku semakin berat, kakiku merasakan kelelahan yang luar biasa.
lily pingsan, bibirnya membiru matanya tak mau terbuka. tanganya dingin, ia demam sangat tinggi dan tubuhnya menggigil. ku gendong lily dibelakang dan berusaha terus berjalan. aku masih dengan keyakinanku bahwa bulan akan menuntunku ke arah yang benar.
salju mungkin sudah mulai banyak mencair, tapi ketebalanya membuat aku sulit berjalan. sampai kapan aku harus berjalan seperti ini tanpa kepastian. ini dunia apa?mengapa mereka membiarkan kami menderita seperti ini?? kenapa bibi evhe tidak mencari kami.
aku marah, meronta dan ingin memaki setiap jengkal dari tanah dingin ini. membiarkan jeane dan toby mati. aku tak merasa pernah mengacaukan alam. dan toby adalah orang yang paling menghormati alam dan mengapa ia harus mati karena angin topan? apakah alam sudah kehilangan akal sehatnya? butakah alam pada pengorbanan toby?
aku tak merasa sedih, tapi marah dengan apa yang terjadi, haruanya kedua orang tuaku tidak mati andai saja angin topan sialan itu tidak terjadi. aku benci pada tanah ini. andai aku hidup tanpa salju mungkin. angin topan itu tak kan pernah ada.
sepanjang jalan aku masih memaki dengan kesal, kelelahan membuatku marah, membuat amarahku membara, dan mengacuhkan rasa dingin yang melanda kakiku. aku masih berjalan dengan penuh kesal seakan aku harus membakar semua salju ini.
lily tak kunjung sadarkan diri, demamnya makin tinggi dan kini ia mengingau memanggil mamanya. aku hanya bisa diam dan tetap menggendongnya sambil berjalan tanpa tujuan. kapan pagi akan datang?