dengan emosi meluap aku mendengarkan setiap detail cerita lily, aku tahan segala emosi yang berhembus dr hatiku. aku mencoba memahami setiap jemgkal kata-katanya. aku setengah terant? bagaimana mungkin, ini tidak bisa kupercaya bahkan saat semua kebenaran itu keluar dari mulut bibi evhe bagaimana bisa dia memyembunyikan tentang darah terant yang mengalir dalam tubuhku. aku tersadar mengapa dokter edward tidak mempermasalahkan dokumen pernikahan kami meski harusnya dia tau lily adalah terant murni.
jeane apa yang harus aku lakukan sekarang? dihadapan mataku dia seorang yang membuatmu meninggal bahkan bibi evhe juga hampir meninggal karena ikut melindunginya. bagaimana seharusnya kulakukan? apakah aku harus membunuhnya? bagaimana bisa kupercaya badai dahsyat malam itu adalah kekuatan terant cloud yang bibi evhe katakan pada lily merupakan penyebab kematian mu jeane.
aku berusaha sekuatku menahan amarah dan air mataku, mataku memerah jantungku berpacu dengn kuat, bahkan lily bisa merasakan kemarahanku. tiba-tiba tanganku menjadi panas aku tidak pernah semarah ini bahkan pada jeane sekalipun. aku berusaha menjauh dari ranjang tempat lily duduk, aku berusaha untuk tidak menyakitinya. perasaanku kini menjadi sebuah kepingan tidak tersisa sedikitpun bahkan untuk merasa kasihan pada lily.
"aku.."
"dimana kau rowan, tolong jawab aku"
dengan sedikit keberanian aku menggenggam tangannya dengan kencang dan menariknya keluar, bahkan teriakanya menghentakkan tiap lorong cottage ini semua pelayan berhamburan dan mengerumuni kami, dengan marah aku membentak setiap tatapan nanar itu bahkan tiap orang mundur melihat tatapanku. kulemparkan tumpukan kertas uang kepada pelayan dan pergi dengan menggendong lily ditanganku.
aku tidak bisa lagi memendam kekecewaanku sekarang bahkan pada setiap orang, aku membenci hidupku setiap detiku yang kulewatkan bersama lily serasa seperti neraka.
aku memacu kereta kuda dengan keceparan tinggi aku tidak lagi memperdulikan jalanku lagi, lily duduk berpegangan erat pada kursi kereta, aku tau air matanya sudah membasahi pipinya sedari tadi, emosiku tidak terbendung lagi aku tidak memikirkan nasibnya lagi, kepalaku dipenuhi dengan dendam dan sakit hati.
"brakkkkk..."
keretaku menabrak pagar rumah kami seketika semua orang keluar untuk melihat apa yang terjadi, aku turun dan menggendong lily dengan marah dan aku tidak perduli lagi dengan teriakan orang disekitarku, mereka berkerumun dan bergumam satu sama lain.
bibi evhe keluar dengan berlarian dan berusaha bertanya apa yang terjadi padaku, wajahnya pucat ketakutan, sepertinya ia menyadari apa yang telah terjadi. secepat kilat ia rebut lily dari gendonganku dan membawanya masuk. saat ini aku tidak tau lagi apa yang harus kuperbuat untuk memadamkan emosi di hatiku.
aku berlari memasuki kandang kuda dan meronta sekuat tenanga, mataku basah suaraku memekik dengan kencang. aku tidak tau lagi apa yang terjadi, sekelilingku beterbangan aku yakin saat ini ada dipusaran angin, tanganku mencengkeram kuat aku kehilangan kendali pusaran angin semakin membesar dan sebuah tangan meraihku.
"jika kau ingin membalas dendam atas kematian orang tuamu tolong arahkan semua padaku, semua ini kesalahan mama. ia hanya ingin berlindung dan menyelamatkan aku. aku mencintaimu rowan dan saat nafasku berhembus untuk terakhir kali aku akan sangat bahagia bila harus ditanganmu. maafkan aku rowan"
pusaran angin mereda, tanganku terkoyak begitu juga hatiku. aku setengah terant, terant yang dikutuk. tak punya arah tujuan bahkan aku hampir membunuh orang yang tidak bersalah. inikah yang kuinginkan untuk melihatnya yang lemah dan rela mengorbankan seluruh hidupnya untukku. bukankah sudah cukup selama ini ia menderita, bukankah selama ini lily juga telah menderita sama sepertiku bahkan kehilangan penglihatanya.
aku memeluknya erat, memejamkan mataku dan membayangkan kehilangan orang yang kucintai lagi. hatiku sakit perih, bibi evhe juga tidak sepenuhnya salah. ia hanya tak ingin melepaskan mantra peredam dalam diriku, aku mengerti mengapa aku tidak boleh tau darah siapa yang mengalir dalam tubuhku. karena darah terant cloud terkutuk. semua orang terlanjur tau siapa aku. mereka ketakutan dan mulai bergumam. mereka berbisik, mengangkat pedang dan mulai meneriaki aku. semua orang melihat pusaran angin besar itu, hampir saja aku meratakan peternakan bibi evhe dan semua isinya.
mereka berusaha mengusirku, mencaci maki dan melempariku dengan obor.
"pergi kau darah terkutuk, kami tidak ingin ada bencana di tanah ini. pergi..."
aku kuatkan kakiku dan menggendong lily pergi aku tidak tau sampai kapan akan seperti ini. aku bersalah pada lily dan bibi evhe. dikejauhan aku melihat bibiku meronta sekuat tenaga menghalangi tatapan sinis orang orang. tapi mereka tidak akan berkompromi.
lagi mereka membenci terant, bahkan terant cloud.
bersambung...