Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dr. Rama The Bacterial Hero

Joni_Andri
--
chs / week
--
NOT RATINGS
1.3k
Views
Synopsis
Ringkasan Cerita Dr. Rama Wiranata menemukan bakteri revolusioner di Sungai Ciliwung yang mampu membersihkan limbah dan memperbaiki lingkungan. Ketika menolak tawaran pemerintah korup untuk menyerahkan penemuannya, Rama dikhianati, diserang, dan dibuang ke sungai. Namun, bakteri temuannya menyelamatkan hidupnya dan memberinya kekuatan luar biasa. Dengan kemampuan barunya, Rama melawan rencana jahat pemerintah untuk menjadikan bakterinya senjata biologis. Dalam perjuangannya, Rama mengorbankan diri demi menghentikan kejahatan, sementara penemuannya diwariskan untuk menyelamatkan dunia.
VIEW MORE

Chapter 1 - Genesis Di Sungai Ciliwung

Jakarta, 14 Februari 2035.

Pada malam itu di sebuah laboratorium kecil yang tersembunyi di pinggiran kota, suara tetesan air terdengar dari tabung reaksi yang disusun rapi di atas meja kerja dengan Lampu neon menyala terang, memantulkan kilauan cahaya kimia yang bercampur dalam cairan-cairan aneh berwarna hijau dan biru. Di tengah ruangan itu, ada seorang pria berdiri dengan pandangan tajam, wajahnya serius, dan rambutnya yang kusut menggambarkan malam-malam tanpa tidur. Ia adalah Dr. Rama Wiranata, seorang ilmuwan jenius yang selama ini dianggap aneh oleh komunitas akademik karena obsesinya pada mikroorganisme di perairan tercemar.

Hari itu, Dr. Rama, memegang sesuatu yang ia yakini dapat mengubah dunia. Di dalam tabung reaksi kecil di tangannya, ada sekelompok bakteri yang baru saja ia temukan dari limbah Sungai Ciliwung, salah satu sungai paling tercemar di dunia. Penelitian ini dimulai dari keinginannya untuk mencari solusi bagi krisis lingkungan di Indonesia. Namun, apa yang ia temukan jauh melampaui ekspektasinya.

"Bakteri ini... tidak seperti yang lain," gumam Rama, matanya menatap penuh kagum pada cairan berwarna keemasan yang berpendar samar di bawah mikroskop. "Mereka tidak hanya bertahan di lingkungan beracun, tetapi juga berkembang biak dengan kecepatan luar biasa."

Ia menyebut bakteri itu Ciliobacter Aurum. Bakteri ini memiliki kemampuan unik untuk memecah limbah toksik menjadi senyawa energi bersih. Namun, ada sesuatu yang lebih mengejutkan: bakteri tersebut menghasilkan enzim yang memiliki sifat regeneratif dan dapat memperkuat struktur molekul organik. Dalam simulasi awalnya, Rama mendapati bahwa enzim ini dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan jaringan manusia, memperbaiki material, bahkan menyimpan energi dalam jumlah besar.

Rama menghela napas panjang, merasa campuran antara euforia dan ketakutan. Ia sadar bahwa penemuannya ini tidak hanya akan menjadi solusi untuk polusi, tetapi juga sebuah potensi kekuatan yang bisa disalahgunakan. Bayangkan jika enzim ini digunakan untuk menciptakan senjata biologis, atau dikomersialisasi tanpa etika oleh korporasi besar.

Namun, sebelum ia dapat melanjutkan pikirannya, seketika pintu laboratoriumnya ada yang mengetuk-ngetuk keras. Rama melirik jam dinding—pukul dua pagi. Tidak ada yang seharusnya tahu tentang eksperimennya, apalagi datang pada jam seperti ini.

"Dr. Rama, buka pintunya. Ini penting!" Suara seorang pria terdengar dari balik pintu, suaranya terdengar tegas dan dingin.

Rama berdiri terpaku. Suara itu bukan berasal dari kolega atau rekan penelitinya. Ia tahu betul bahwa langkah berikutnya adalah titik balik bagi hidupnya—dan mungkin juga bagi dunia.

Ketika akhirnya ia membuka pintu, sekelompok pria berseragam resmi dengan logo pemerintah berdiri di sana. Salah satu dari mereka mengangkat sebuah dokumen berstempel rahasia.

"Penemuan Anda telah terdeteksi, Doktor," kata pria itu, pandangannya tajam. "Kami di sini untuk memastikan bahwa temuanmu ini tidak jatuh ke tangan yang salah."

Di saat itu, rama menyadari bahwa penemuan kecilnya di Sungai Ciliwung bukan hanya tentang sains. Ini adalah awal dari konflik global yang akan melibatkan pemerintah, korporasi, dan kekuatan-kekuatan tersembunyi yang ingin mengendalikan apa yang ia ciptakan.

Dan perjuangan rama baru saja dimulai.

Dr. Rama Wiranata, ilmuwan muda yang pernah dianggap sebagai pahlawan masa depan oleh teman-temannya, kini terbaring di dasar sungai yang gelap dan penuh limbah hitam dan kotor.

Tubuhnya terperangkap di antara tumpukan plastik, logam karatan, dan sampah yang menyatu dengan lumpur hitam pekat. Nafasnya lemah, hampir tak terdengar, tetapi ia masih hidup.

Seminggu sebelumnya, Rama tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah menjadi seperti ini. Ia percaya bahwa penemuannya, Ciliobacter Aurum, adalah langkah pertama untuk menyelamatkan lingkungan serta memperbaiki hutan dan sungai-sungai yang ada di dunia. Namun, ia tidak menyadari bahwa niat baiknya akan menjadi alasan bagi pemerintah yang korup untuk mengincar hasil temuannya.

 

Semua bermula ketika Rama diberi tawaran besar dari seorang pejabat tinggi pemerintah bernama pak Hermawan—seorang tokoh berpengaruh yang dikenal Sangat licik. Pak Hermawan menjanjikan dana tak terbatas untuk pengembangan penelitian Rama, dengan syarat ia menyerahkan semua kendali penuh atas hasilnya. Dan Ramapun menolak.. "Mohon maaf pak Hermawan, Saya ingin penemuan ini bisa dimiliki untuk semua orang," katanya tegas kepada Hermawan di ruang pertemuan yang dijaga ketat. "Saya tidak akan menyerahkannya kepada pihak yang hanya ingin mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri "

Penolakan itu adalah awal dari malapetaka. Rama tidak tahu bahwa Hermawan telah menyusun rencana untuk merebut hasil penelitiannya dengan cara apapun, termasuk cara paling kotor.

 

Pada malam itu, seorang pria muda bernama Aditya bergabung dengan tim Rama sebagai peneliti baru. Penampilannya sederhana, senyumannya ramah, dan ia tampak begitu antusias dengan proyek tersebut. Rama menerima Aditya tanpa curiga, bahkan mulai mempercayainya sebagai rekan dekat.

Namun, Aditya bukanlah peneliti biasa. Ia adalah pembunuh bayaran yang disusupkan oleh Hermawan. Dalam waktu singkat, Aditya mempelajari setiap detail laboratorium Rama, hingga akhirnya tiba malam tragis itu.

Saat Rama bekerja sendirian di laboratorium, Aditya mendekatinya dari belakang. "Maaf, Doktor," bisiknya dingin, "tapi ini sudah menjadi tugas." Sebelum Rama sempat berbalik, sesuatu yang keras menghantam kepalanya.

Gelap.

Ketika Rama sadar, tubuhnya sudah diikat dengan kawat baja. Aditya, dengan tatapan dingin tanpa rasa bersalah, menyeret tubuhnya ke mobil dan membawanya menuju Sungai Ciliwung yang dipenuhi limbah.

"Temuanmu terlalu besar, Rama," ujar Aditya sambil mendorong tubuhnya ke air hitam pekat. "Dunia ini tidak membutuhkan pahlawan. Mereka hanya membutuhkan keuntungan."

Dengan tubuh penuh luka dan kesadaran yang hampir hilang, Rama tenggelam perlahan ke dasar sungai. Aditya, menganggap tugasnya selesai, dan melapor kepada Hermawan.

"Rama sudah tiada," katanya melalui sambungan telepon. "Tidak ada yang akan menghalangi rencana kita lagi."

Hermawan tersenyum puas di balik meja kerjanya. "Bagus. Sekarang, bawakan aku hasil penelitiannya."

 

Namun, nasib berkata lain.

Di dasar sungai yang gelap, sesuatu yang luar biasa terjadi. Cairan limbah dan bakteri Ciliobacter Aurum yang tak sengaja terlepas ke sungai mulai bereaksi dengan tubuh Rama. Enzim unik dari bakteri tersebut memasuki luka-lukanya, mempercepat regenerasi selnya hingga ke tingkat molekuler. Tidak hanya itu, bakteri tersebut mulai menyatu dengan sistem tubuhnya, memberinya kekuatan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Nafas pertama Rama di bawah air terasa seperti api yang menyala di dadanya. Matanya terbuka lebar, dan ia merasakan tubuhnya kembali bertenaga. Luka-lukanya sembuh seketika, dan pikirannya dipenuhi dengan satu tujuan: membalas dendam.

Dengan susah payah, Rama merangkak keluar dari tumpukan sampah, tubuhnya berpendar samar dengan energi baru yang mengalir di dalamnya. Ia memandangi tangannya, yang kini mampu merasakan getaran-getaran kecil dari lingkungan sekitarnya.

"Aku masih hidup," gumamnya dengan suara serak. Pandangannya mengeras. "Dan aku akan memastikan mereka membayar untuk semua ini."