Chereads / Dr. Rama The Bacterial Hero / Chapter 32 - Penggabungan Terakhir

Chapter 32 - Penggabungan Terakhir

Langit yang menjadi medan pertarungan kini seperti medan perang kosmik. Dr. Rama terus menyerang, pukulan demi pukulan menghantam tubuh cyborg Pak Wijaya. Meski terlihat hanya membuat lawannya terpental sedikit ke belakang, Rama mulai menyadari sesuatu yang penting.

"Tunggu," pikirnya sambil menghindari pukulan besar dari Pak Wijaya. "Setiap kali aku menyerang, aku menjadi lebih kuat… regenerasi, kekuatan, bahkan kecepatan, semuanya meningkat."

Pandangan Dr. Rama beralih ke tiga kloningannya yang sedang bertarung di sisi lain, mencoba menahan serangan Pak Wijaya. Mereka terlihat bersemangat, meski wajah mereka menampakkan kelelahan. Namun, sesuatu membuatnya berpikir lebih jauh.

"Jika aku semakin kuat setiap kali menyerang, maka kloninganku juga seharusnya sama! Mereka adalah bagian dari diriku… Kalau begitu, bagaimana jika…"

Di tengah pergulatan pikiran itu, sisi seorang ilmuwan dalam diri Rama bangkit. Ia mulai menganalisis kemampuannya sendiri dengan cara yang hanya bisa dilakukan oleh seorang jenius.

"Aku butuh cara untuk memaksimalkan semua energi ini," gumamnya sambil melayang menghindari pukulan Pak Wijaya yang hampir menghancurkan lapisan atmosfer. "Jika tiga kloninganku memiliki kemampuan yang sama, maka menggabungkan mereka ke dalam tubuhku mungkin adalah jawabannya!"

Namun, ini adalah eksperimen yang belum pernah ia coba sebelumnya. Menggabungkan tiga kloningan dengan tubuh aslinya adalah tindakan berisiko tinggi.

"Tapi tidak ada waktu untuk ragu," tekad Rama. "Ini satu-satunya cara untuk menghadapi Core Abadi Pak Wijaya."

Dr. Rama segera memberi isyarat kepada kloningannya. "Kalian, dengarkan aku! Kita akan melakukan sesuatu yang baru. Aku ingin kalian kembali ke tubuh asliku!"

Kloningan pertama mengernyitkan dahi. "Apa? Tuan ingin kami... masuk ke dalam tubuhmu? Bukankah itu berbahaya?"

Yang kedua menambahkan, "Aku belum pernah mendengar ide seperti ini. Tapi… Tuan kan yang paling pintar di sini."

Dan kloningan ketiga, dengan wajah penuh antusias, berkata, "Kalau itu membuat kita lebih kuat, aku setuju!"

Dr. Rama tersenyum kecil. "Ini mungkin terdengar gila, tapi kita tidak punya pilihan lain. Kita harus melakukannya sekarang!"

Dengan cepat, ketiga kloningan mulai bergerak mendekat ke tubuh utama Dr. Rama. Proses penggabungan dimulai, dan energi besar memancar dari tubuh mereka. Cahaya biru kristal menyelimuti langit, membuat semua orang di bumi menatap ke atas dengan takjub.

"Apa itu? Apakah dia berubah bentuk?" seorang saksi di daratan berteriak.

Pak Wijaya, yang menyaksikan dari kejauhan, hanya menyeringai. "Hmph. Eksperimen lain? Tidak akan ada yang bisa menandingi Core Abadi-ku, Rama!"

Namun, ia segera merasakan tekanan besar dari arah Rama. Penggabungan selesai, dan tubuh Dr. Rama kini bersinar dengan energi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Dr. Rama kini berdiri melayang di udara, tubuhnya yang sebelumnya sudah kuat kini tampak lebih kokoh dan berkilauan dengan kristal biru yang memancarkan aura energi. Pukulan-pukulan sebelumnya yang terasa berat kini menjadi ringan.

Ia mengepalkan tangan, merasakan aliran kekuatan baru di tubuhnya. "Luar biasa… ini bahkan lebih dari yang kubayangkan, sekarang, aku akan menamakannya FINAL EVOBACTER 01" bisiknya, Yang memiliki makna perubahan terakhir kekuatan bakteri yang bergabung menjadi satu.

Pak Wijaya tidak tinggal diam. Ia segera melancarkan serangan dengan kecepatan tinggi, listrik merah yang menyelimuti tubuhnya menciptakan gelombang panas yang bisa melelehkan apa pun di sekitarnya.

Namun kali ini, Rama sudah siap. Ia tidak lagi sekadar bertahan. Dengan satu gerakan cepat, ia menangkis pukulan Pak Wijaya, menciptakan ledakan energi besar yang membuat mereka berdua terpental.

"Sekarang kita seimbang, Wijaya," kata Rama sambil menatap lawannya.

Pak Wijaya terkejut, tapi senyumnya kembali mengembang. "Kau pikir itu cukup? Core Abadi milikku adalah bentuk kekuatan sempurna! Tidak ada yang bisa mengalahkan ini!"

Namun Rama hanya tersenyum. "Sempurna, katamu? Aku adalah ilmuwan. Aku tahu tidak ada yang benar-benar sempurna. Bahkan Core Abadi mu pasti memiliki batas."

Kini, pertarungan antara Rama dan Pak Wijaya benar-benar seimbang. Rama, dengan kekuatan barunya, mampu mengimbangi serangan-serangan mematikan dari Core Abadi. Tiap pukulan mereka menciptakan ledakan besar di udara, menyebarkan gelombang energi yang terlihat hingga ke daratan.

Rama terus menyerang, dan setiap serangan membuat tubuhnya semakin kuat. Ia mulai menguasai ritme pertarungan, memanfaatkan kekuatan barunya untuk menganalisis pola serangan Pak Wijaya.

Namun, di balik semua itu, ia tetap berhati-hati. Core Abadi di tubuh Pak Wijaya adalah ancaman besar. Jika Rama tidak menemukan cara untuk menghancurkannya, maka pertarungan ini tidak akan pernah berakhir.

"Aku harus menemukan kelemahannya," pikir Rama sambil terus menyerang. "Mungkin ada cara untuk membuat Core Abadi-nya meledak dari dalam."

Di tengah pertarungan, Rama mulai merasakan sesuatu yang aneh. Setiap kali ia menyerang Core Abadi, ada sedikit jeda dalam aliran energinya. Itu adalah momen yang sangat singkat, tapi cukup untuk memberi Rama harapan.

"Itu dia!" seru Rama dalam hati. "Aku harus menyerangnya saat jeda itu terjadi."

Ia segera memberi isyarat kepada kekuatan di dalam tubuhnya. Dengan energi yang terus meningkat, Rama meluncur ke arah Pak Wijaya, menghindari pukulan-pukulan besar dengan kelincahan yang luar biasa.

Pak Wijaya, yang mulai kelelahan, mencoba bertahan. "Kau pikir kau bisa menang, Rama? Tidak ada yang bisa menghentikan kekuatanku!"

Namun Rama tidak menjawab. Dengan kecepatan penuh, ia menghantam Core Abadi di dada Pak Wijaya, tepat saat jeda energi itu terjadi.

"BOOOOOOM!!!"

Ledakan besar terjadi, menciptakan gelombang cahaya yang menyelimuti langit malam. Semua orang di bumi terdiam, menyaksikan cahaya itu dengan penuh harap dan ketakutan.

Ketika cahaya itu mereda, Dr. Rama masih berdiri. Tubuhnya yang bersinar dengan kristal biru tampak sedikit lelah, tapi ia tetap tegak. Di depannya, tubuh Pak Wijaya mulai retak, Core Abadi di dadanya menunjukkan tanda-tanda kerusakan.

"Tidak… ini tidak mungkin!" teriak Pak Wijaya.

Namun Rama hanya menatapnya dengan tenang. "Ini akhir dari kekuatan palsumu, Wijaya. Dunia tidak membutuhkan penguasa seperti dirimu."

Langit kini menjadi saksi akhir dari pertarungan besar antara Dr. Rama dan Pak Wijaya. Kedua raksasa energi itu berdiri saling berhadapan, dengan kekuatan yang semakin menguras mereka. Namun, Dr. Rama tahu, ini adalah momen penentu.

Pak Wijaya masih berdiri kokoh meski tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Core Abadi di dadanya memancarkan cahaya merah yang bergetar, tanda bahwa energinya mulai tidak stabil. Namun, ia tetap tersenyum penuh keyakinan.

"Kau pikir ini cukup untuk menghentikanku, Rama? Core Abadi adalah puncak dari kesempurnaan manusia. Aku adalah dewa di antara kalian semua!" teriak Wijaya dengan suara menggema.

Namun, Dr. Rama hanya membalasnya dengan tenang. "Kesempurnaan bukanlah segalanya, Wijaya. Kadang, kekuatan sejati justru datang dari keterbatasan dan ketidaksempurnaan."

Dengan itu, Dr. Rama mulai mengumpulkan semua energinya. Ia merentangkan tangan, dan kristal biru di tubuhnya bersinar terang, seperti sedang menyerap energi langsung dari bintang-bintang di angkasa.

Cahaya biru itu semakin terang, membentuk lingkaran besar yang memancar dari tubuhnya. Setiap serat kristal di tubuhnya mulai bergetar, menandakan bahwa ia telah mencapai batas maksimal kekuatannya.

"Ini adalah akhir, Wijaya," ucap Dr. Rama pelan namun tegas. "Pukulan ini adalah gabungan dari semua kekuatan yang aku miliki, bersama dengan harapan untuk masa depan."

Pukulan Penentu

Dr. Rama meluncur ke arah Pak Wijaya dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan jejak cahaya biru di angkasa. Di sisi lain, Pak Wijaya bersiap untuk melancarkan serangan terakhirnya. Listrik merah menyelimuti tubuhnya, menciptakan aura yang menyerupai api matahari.

"Datanglah, Rama! Aku tidak akan mundur!" teriak Pak Wijaya sambil meluncurkan pukulan besar ke arah lawannya.

Namun, ketika kedua kekuatan bertemu, pukulan Dr. Rama yang penuh dengan energi kristal biru menghancurkan segala sesuatu di jalannya. Gelombang energi besar terjadi, menyelimuti langit dengan warna biru dan merah yang beradu.

Core Abadi Pak Wijaya mulai retak, dan perlahan-lahan, retakan itu menjalar ke seluruh tubuhnya. Wijaya terlempar ke belakang, jatuh dengan kecepatan tinggi menuju bumi.

"Tidak… ini tidak mungkin!" teriaknya dengan nada putus asa, sambil melihat tubuhnya yang mulai kehilangan bentuk sempurnanya. Core Abadi yang selama ini menjadi sumber kekuatannya kini rusak dan tidak lagi bisa menopang tubuh cyborgnya.

Pak Wijaya jatuh tepat di atas markas besar Genesis Syndicate, menghancurkan seluruh bangunan tersebut dengan tubuhnya yang berat. Ledakan besar terjadi, dan semua yang ada di markas itu menjadi puing-puing.

Sementara itu, di daratan, Pak Jayadi, Pak Hartono, dan Arman yang melihat dari kejauhan segera bergegas menuju lokasi jatuhnya Wijaya. Mereka tahu, ini adalah saat yang tepat untuk menyelesaikan segalanya.

"Kita harus memastikan semuanya berakhir di sini," kata Jayadi tegas.

"Dan menangkap sisa-sisa Genesis Syndicate sebelum mereka melarikan diri," tambah Hartono.

Di sisi lain, Dr. Rama melayang turun perlahan, tubuhnya masih bersinar samar karena sisa energi kristal yang belum sepenuhnya padam. Ia mendarat di dekat tubuh Pak Wijaya yang kini tergeletak di tengah reruntuhan markasnya.

Pak Wijaya, dengan tubuh yang nyaris hancur, masih memiliki cukup energi untuk membuka matanya dan menatap Rama.

"Kau hebat, Rama," katanya lemah namun tulus. "Aku sangat menyukai itu… Kau berbeda dari orang lain."

Dr. Rama, meski lelah, mendekat dan mendengarkan kata-kata terakhir musuhnya.

"Tapi dengarkan aku, Rama," lanjut Wijaya. "Jangan pernah mengharapkan sanjungan atau dukungan dari orang lain. Itu semua tidak ada artinya. Jika kau terlalu berharap, kau hanya akan kecewa dan terluka."

Rama terdiam sejenak, lalu menjawab dengan bijaksana. "Aku melakukan ini bukan untuk sanjungan, Wijaya. Aku melakukannya karena dunia ini butuh masa depan yang lebih baik. Itu saja sudah cukup bagiku."

Wijaya tersenyum kecil, lalu perlahan menutup matanya. Tubuhnya yang hancur tidak lagi bisa bertahan. Core Abadi di dadanya akhirnya berhenti berdenyut, menandakan bahwa hidupnya telah berakhir.

Dengan berakhirnya hidup Pak Wijaya, organisasi Genesis Syndicate pun runtuh. Pak Jayadi, Pak Hartono, dan Arman segera memastikan bahwa semua anggota yang tersisa ditangkap dan seluruh operasi gelap mereka dihentikan.

Dr. Rama, yang masih berdiri di tengah reruntuhan, perlahan mengurai kostumnya yang terbuat dari kristal biru. Kristal-kristal itu berubah menjadi debu halus dan tersebar di udara, menyatu dengan angin malam.

Namun, proses itu menguras sisa energinya. Dr. Rama, yang telah memberikan segalanya untuk pertempuran ini, akhirnya kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan di tempat.

Jayadi dan Hartono segera menghampiri Rama. "Kita harus membawanya ke tempat yang aman," kata Jayadi sambil mengangkat tubuh Rama.

"Dia memang pahlawan sejati," tambah Hartono dengan nada penuh rasa hormat.

Arman hanya menatap Rama yang tak sadarkan diri, lalu berkata pelan, "Semua ini berakhir berkat dia. Dunia berhutang padanya."

Dengan berakhirnya pertarungan ini, dunia akhirnya bisa merasakan kedamaian. Kejatuhan Genesis Syndicate membawa harapan baru bagi umat manusia, meski banyak luka yang harus disembuhkan.

Dr. Rama, yang kini dianggap sebagai penyelamat dunia, tetap memilih untuk berada di balik bayangan. Meski banyak yang ingin memberinya penghargaan, ia tahu bahwa tujuannya bukan untuk menjadi pahlawan yang dielu-elukan, melainkan untuk memastikan masa depan yang lebih baik.

Di suatu tempat yang jauh, Dr. Rama akhirnya terbangun. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya, termasuk Jayadi, Hartono, dan Arman. Mereka tersenyum lega melihatnya sadar kembali.

"Selamat datang kembali, Rama," kata Jayadi.

Rama hanya tersenyum lemah, lalu menatap langit. Ia tahu, tugasnya belum sepenuhnya selesai. Tapi untuk saat ini, ia bisa beristirahat, setidaknya untuk sementara waktu.