Hermawan duduk di ruang kerjanya di lantai tertinggi gedung pencakar langit miliknya, menatap layar monitor besar yang menampilkan rekaman kehancuran bisnisnya. Pabrik limbahnya, gudang senjata ilegalnya, bahkan rekening rahasia yang disembunyikannya kini tersebar luas. Semua itu ulah Rama, yang kini menjadi ancaman nyata bagi dirinya.
Namun, Hermawan tidak menyerah begitu saja. Ia tahu bahwa Rama adalah ancaman, tetapi juga kesempatan. Sebelum kematian Rama yang direncanakan sebelumnya, ia telah memodifikasi sebagian sampel Ciliobacter Aurum yang dicurinya dari laboratorium Rama. Ia tidak hanya mempelajari bakteri itu, tetapi juga berhasil menciptakan versi mutasi yang jauh lebih agresif dan destruktif.
Kini, Hermawan mempersiapkan tim keamanan elit dan senjata biologis berbasis bakteri itu untuk menghadapi Rama. Ia menamainya Aurum-X, bakteri yang tidak hanya dapat mengurai, tetapi juga merusak struktur tubuh Rama jika terkena.
"Dengan ini, dia tidak akan punya kesempatan," gumam Hermawan sambil tersenyum dingin.
Rencana Penyerangan Rama
Rama berdiri di atap sebuah bangunan kosong, memandangi menara tempat Hermawan bersembunyi. Ia tahu bahwa Hermawan telah mempersiapkan sesuatu, tetapi ia tidak gentar. Dengan kekuatan yang ia miliki, ia merasa yakin bisa menghancurkan semua rencana Hermawan.
Namun, saat ia mendekati gedung itu, ia merasakan sesuatu yang aneh di udara. Mikroorganisme di sekitarnya mulai bereaksi aneh, seolah-olah takut. Rama mencoba berkomunikasi dengan mereka, tetapi responsnya terputus-putus, seperti ada gangguan.
"Dia sudah menyiapkan sesuatu untukku," gumam Rama sambil mengepalkan tangannya. "Aku harus tetap maju."
Pertempuran yang sengit terjadi ketika Rama memasuki gedung, ia disambut oleh tim keamanan bersenjata lengkap. Namun, senjata mereka tidak cukup untuk menahannya. Rama dengan mudah mengurai senjata-senjata itu menjadi debu dan membuat para penjaga tak berdaya.
Namun, saat ia mencapai lantai tengah gedung, Hermawan melancarkan senjata pamungkasnya. Tabung-tabung besar diaktifkan, melepaskan gas yang berisi Aurum-X ke udara. Gas itu menyebar dengan cepat, membuat Rama terhenti.
Tubuh Rama mulai terasa berat. Kulitnya, yang biasanya bisa memadat menjadi sekeras berlian, kini mulai melemah. Ia menyadari bahwa Aurum-X bukanlah bakteri biasa. Bakteri ini dirancang untuk melawan kemampuan regeneratifnya, menghancurkan struktur molekulnya dari dalam.
Hermawan muncul di layar besar di ruangan itu, tertawa puas. "Bagaimana rasanya, Rama? Kau pikir kau tak terkalahkan? Aku memodifikasi penemuanmu sendiri untuk menghancurkanmu!"
Rama terjatuh ke lantai, tubuhnya mulai melemah. Setiap usaha untuk memulihkan dirinya terasa sia-sia karena Aurum-X terus menyerangnya.
Namun, di tengah kelemahannya, Rama memperhatikan sesuatu. Ia menyadari bahwa Aurum-X hanya bereaksi pada bagian tubuhnya yang aktif. Jika ia mampu memperlambat metabolisme tubuhnya, bakteri itu akan kehilangan kekuatan.
Dengan susah payah, Rama memusatkan pikirannya. Ia memerintahkan bakteri Ciliobacter Aurum di tubuhnya untuk menghentikan aktivitasnya sementara. Tubuhnya menjadi dingin dan hampir tak bergerak, seperti memasuki kondisi mati suri. Perlahan, efek Aurum-X mulai menghilang.
Hermawan yang mengamati melalui kamera mulai panik. "Apa yang terjadi? Kenapa dia masih bisa bertahan?!"
Keadaan Berbalik Saat efek Aurum-X melemah, Rama kembali bangkit dengan kekuatan penuh. Tubuhnya memadat kembali, lebih kuat dari sebelumnya. Ia memerintahkan bakteri Ciliobacter Aurum untuk menyerang gas Aurum-X di udara, mengurai dan menetralisirnya.
Rama bergerak cepat menuju lantai atas, menghancurkan setiap rintangan yang menghadangnya. Ketika ia sampai di ruang kerja Hermawan, ia menemukan pria itu berdiri dengan panik, memegang sebuah senjata darurat berisi bakteri Aurum-X cair.
"Jangan mendekat, Rama!" ancam Hermawan sambil mengarahkan senjata itu.
Namun, Rama hanya tersenyum dingin. "Kau salah, Hermawan. Aku bukan manusia biasa lagi. Dan senjata itu tidak akan bisa menyelamatkanmu."
Sebelum Hermawan sempat menembak, Rama menggunakan kemampuannya untuk memadatkan udara di sekitar senjata itu, menghancurkannya sebelum dapat digunakan. Hermawan tersungkur ke lantai, kehilangan semua harapan.
"Ini adalah akhir, Hermawan," kata Rama. "Semua yang kau bangun akan hancur. Tapi aku akan membiarkan hukum yang menangani sisanya."
Rama berbalik dan meninggalkan Hermawan di ruangannya, yang kini porak-poranda. Tak lama setelah Rama pergi, suara sirene terdengar dari luar gedung. Pasukan khusus dan pihak berwajib yang sudah diberi bukti oleh Rama mulai mengepung tempat itu.
Hermawan mencoba melarikan diri, tetapi ia ditangkap di tempat oleh tim penegak hukum. Dengan borgol di tangannya, ia dibawa keluar dari gedungnya sendiri, yang kini menjadi simbol kejatuhannya.
Rama berdiri di puncak gedung lain, memandangi keramaian di bawah. Ia merasa lega, meski hatinya masih berat. Perjuangannya belum selesai—korupsi dan kehancuran lingkungan masih menjadi ancaman besar.
Namun, untuk malam itu, ia merasa puas. Hermawan telah jatuh, dan dunia kini tahu bahwa seseorang ada di luar sana yang tidak akan membiarkan kejahatan terus berlanjut tanpa perlawanan.
Rama menarik napas dalam, membiarkan angin malam membawa pikirannya ke depan. "Ini baru permulaan," gumamnya. Ia kemudian menghilang ke dalam kegelapan, meninggalkan Jakarta yang perlahan-lahan memulai lembaran baru.
Hermawan telah jatuh, dan berita tentang penangkapannya menjadi pembicaraan hangat di seluruh negeri. Bukti kejahatan lingkungan, bisnis ilegal, dan korupsi yang selama ini ia sembunyikan telah tersebar luas, mengguncang Jakarta hingga ke akar-akarnya.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah rumor tentang sosok misterius yang bertanggung jawab atas kehancuran Hermawan. Para saksi mata dari berbagai kejadian mulai mengaitkan cerita mereka. Ada yang menyebut bahwa mereka melihat sosok yang "memadat seperti baja," ada pula yang mengaku melihat bayangan seseorang yang "menghilang seperti angin."
Media mulai berspekulasi. Siapa pahlawan ini? Dari mana asalnya? Apakah dia manusia, makhluk supranatural, atau sesuatu yang lain? Tidak ada yang tahu pasti, tetapi satu hal yang jelas: orang ini telah menyelamatkan mereka dari kejahatan Hermawan.
Di tengah keramaian berita itu, seorang wartawan muda melontarkan sebuah nama dalam siaran langsung televisi:
"Kita tidak tahu siapa dia, tapi dia jelas memiliki kekuatan yang luar biasa. Mengingat caranya menghancurkan kejahatan ini dengan cara yang unik, aku rasa kita bisa menyebutnya... Sang Pahlawan Bakteri."
Nama itu segera melekat. Dalam waktu singkat, "Sang Pahlawan Bakteri" menjadi simbol harapan baru bagi masyarakat Indonesia. Media sosial penuh dengan spekulasi dan dukungan. Tagar #PahlawanBakteri menjadi viral, memicu perdebatan tentang siapa sosok itu dan apakah ia akan kembali melindungi mereka dari kejahatan di masa depan.
Rama di Balik Bayangan menonton berita itu dari layar televisi kecil di laboratorium tersembunyinya miliknya. Ia tersenyum kecil, merasa ironis dengan sebutan "Pahlawan Bakteri." Namun, ia tidak membencinya. Baginya, itu adalah cara masyarakat menghargai perjuangannya, meskipun mereka tidak tahu siapa dia sebenarnya.
Namun, di balik penghormatan itu, Rama tahu bahwa ini baru permulaan. Kejatuhan Hermawan hanyalah satu langkah kecil dalam melawan korupsi dan kehancuran lingkungan yang menggerogoti negaranya. Banyak lagi yang harus ia lakukan, dan ia harus tetap berada dalam bayangan.
"Aku bukan pahlawan," gumamnya pelan sambil memandang ke luar jendela, di mana Jakarta berkilauan dengan lampu-lampu malam. "Tapi jika mereka butuh simbol untuk percaya, aku akan menjadi simbol itu."
Rama menarik napas dalam, lalu memejamkan mata. Ia merasakan bisikan halus dari bakteri Ciliobacter Aurum di tubuhnya, seolah-olah mereka memahami perjuangannya. Dengan kekuatan yang kini ia miliki, Rama siap melanjutkan misinya.
Di suatu sudut kota, seorang anak kecil memandangi layar televisi di toko elektronik, matanya berbinar. Ia melihat berita tentang Sang Pahlawan Bakteri dan bertanya pada ayahnya, "Apakah dia akan melindungi kita dari orang-orang jahat, Ayah?"
Ayahnya mengangguk sambil tersenyum. "Ya, Nak. Selama ada dia, kita punya harapan."
Di tempat lain, seorang pejabat korup mematikan televisinya dengan kesal. "Siapa pun dia, aku akan menemukan dan menghancurkannya," katanya dengan nada marah.
Namun, Rama tidak peduli pada pujian ataupun ancaman. Ia hanya tahu satu hal: perjalanannya baru saja dimulai.
Dan demikianlah, lahirnya legenda Sang Pahlawan Bakteri. Ia adalah harapan bagi yang tertindas, ancaman bagi yang korup, dan misteri bagi dunia. Ini bukanlah akhir, melainkan awal dari kisah panjang seorang superhero yang akan mengubah sejarah.
Inilah kisah Sang Pahlawan Bakteri dimulai.