Dr. Rama melangkah perlahan meninggalkan desa di Kalimantan. Matahari sore menyinari hutan yang kembali tumbuh perlahan berkat perjuangannya. Namun, pikirannya penuh dengan kekhawatiran. Tomas memang sudah dikalahkan, tetapi ancaman dari pihak lain tetap membayangi. Ia tahu, musuh seperti Tomas hanyalah awal dari konspirasi yang lebih besar.
Perjalanan panjang membawanya ke sebuah bandara kecil. Dengan identitas samaran, ia menaiki penerbangan menuju Jakarta. Tujuannya adalah laboratorium tersembunyinya, markas yang telah ia bangun bertahun-tahun, tempat di mana ia mengembangkan bakteri yang kini menjadi sumber kekuatannya.
Di tengah keramaian Jakarta, tersembunyi sebuah bangunan biasa di antara deretan gedung perkantoran. Tidak ada yang tahu bahwa di bawah bangunan itu, terdapat laboratorium canggih tempat Dr. Rama melakukan penelitian rahasia.
Setibanya di markas, Rama segera membuka pintu lift rahasia menggunakan sidik jari dan kode suara unik. Lift itu membawanya ke ruang bawah tanah yang dipenuhi peralatan modern: mikroskop canggih, tabung reaksi berisi cairan bakteri bercahaya, dan monitor besar yang menampilkan data genetika.
"Ini tempat di mana semua dimulai," gumam Rama sambil melepaskan jaketnya. Ia duduk di depan monitor utama, meninjau data pertarungan terakhirnya melawan Tomas. "Bakteriku sudah kuat, tapi aku perlu meningkatkan daya tahan mereka terhadap suhu ekstreme.
Rama mulai bekerja tanpa henti. Ia mengisolasi strain bakteri yang paling tangguh dari pertarungan sebelumnya. Dengan teknologi pengeditan genetik, ia mencoba memperkuat kemampuan bakteri untuk bertahan di suhu tinggi, bahkan di atas titik leleh logam.
"Kalau Tomas hanya permulaan, aku harus siap menghadapi sesuatu yang jauh lebih berbahaya," kata Rama sambil mengamati mikroskopnya.
Ia juga mempelajari cara untuk meningkatkan kekuatannya sendiri. Selain kekuatan bakteri yang bisa mengurai musuh atau memperbaiki ekosistem, ia ingin memastikan tubuhnya tetap bisa bertahan di kondisi paling ekstrem. Ia mulai mengembangkan lapisan pelindung bakteri baru yang bisa menyatu dengan kulitnya, memberikan perlindungan sekaligus meningkatkan daya serangnya.
Di tengah kesibukan itu, monitor keamanan di markasnya berkedip. Ada pesan terenkripsi yang masuk melalui sistem komunikasi rahasia. Rama segera membuka pesan itu.
Pesan tersebut hanya berisi dua kalimat:
"Kami tahu siapa dirimu. Segera hentikan sebelum semuanya terlambat."
Rama menggertakkan giginya. "Jadi, mereka mulai bergerak," gumamnya. Ia tahu pesan itu bukan ancaman kosong. Musuhnya, mungkin dari kalangan pejabat atau ilmuwan korup, telah mengetahui sebagian rahasianya.
Namun, ia tidak gentar. Justru ini menjadi alasan baginya untuk bergerak lebih cepat.
Peningkatan Kekuatan
Malam itu, Rama melakukan eksperimen berbahaya. Ia memadukan strain bakteri yang baru dikembangkan dengan sel tubuhnya sendiri. Proses itu tidak mudah, bahkan menyakitkan. Tubuhnya bergetar, suhunya naik drastis, namun ia terus bertahan.
"Aku tidak bisa gagal," tekadnya sambil menahan rasa sakit.
Setelah beberapa jam, tubuhnya akhirnya mulai menyesuaikan diri. Ia merasakan peningkatan kekuatan baru. Bakteri di dalam tubuhnya kini mampu membentuk lapisan pelindung otomatis ketika mendeteksi ancaman. Bahkan, ia merasa lebih cepat dan lebih kuat dibanding sebelumnya.
Persiapan untuk Ancaman Berikutnya
Dengan kekuatan barunya, Rama menyadari ia membutuhkan lebih dari sekadar bakteri untuk melindungi dunia. Ia mulai mengembangkan jaringan intelijennya sendiri, merekrut beberapa ahli yang ia percayai untuk membantunya mengumpulkan informasi tentang organisasi-organisasi korup yang menjadi ancaman.
Di layar besar di depan ruang kontrolnya, peta Indonesia muncul, menandai titik-titik yang menjadi pusat aktivitas ilegal: tambang gelap, pabrik beracun, dan eksperimen manusia. Rama memandang peta itu dengan mata penuh tekad.
"Pertarungan ini baru dimulai," katanya pelan.
Sebuah Ancaman yang Mengintai
Tanpa disadari Rama, seorang mata-mata dari organisasi lawan telah menyusup ke kota itu. Ia adalah Arga, orang yang sebelumnya menyamar di desa Kalimantan. Kini, Arga berada di Jakarta, melaporkan perkembangan Rama kepada para ilmuwan dan pejabat jahat di balik layar.
"Kita harus bergerak cepat sebelum dia semakin kuat," ujar salah satu ilmuwan di balik layar monitor besar.
Di tempat lain, Rama berdiri di balkon markasnya, memandang keramaian kota Jakarta di malam hari. Ia tahu, perjuangannya tidak akan pernah selesai, tapi ia siap menghadapi apa pun yang akan datang.
Dr. Rama duduk di depan layar monitor utama di markas tersembunyinya. Data dari bakteri yang ia sebarkan mulai masuk secara real-time. Informasi itu berupa laporan ekosistem, tingkat polusi, dan aktivitas manusia yang mencurigakan di berbagai wilayah Indonesia. Teknologi biologi sintetik yang ia kembangkan memungkinkan bakterinya bertindak sebagai sensor hidup, melaporkan setiap kerusakan lingkungan yang terjadi.
Namun, kali ini laporan yang masuk berbeda dari biasanya. Salah satu wilayah yang dilaporkan, sebuah kota kecil di Jawa Barat bernama Cakrabuana, menunjukkan tingkat polusi yang luar biasa tinggi. Data menunjukkan kerusakan berat pada sungai-sungai di sekitar kota itu. Bahkan, kualitas udara tercemar hingga berbahaya untuk dihuni manusia.
Rama menyipitkan mata, mempelajari detail laporan tersebut. "Terlalu cepat untuk rusak separah ini. Ada sesuatu yang tidak wajar," gumamnya. Ia memperbesar peta wilayah tersebut di layar.
Titik-titik merah menunjukkan sumber polusi, terpusat di sekitar sebuah kompleks industri besar yang terdaftar atas nama perusahaan yang tidak dikenal. Namun, lebih dari itu, laporan dari bakterinya juga mendeteksi jejak aktivitas manusia yang tidak biasa di area tersebut. Ada konsentrasi bahan kimia berbahaya yang mencurigakan, yang hanya digunakan dalam eksperimen atau operasi gelap.
"Ada yang bermain-main dengan hukum alam di sana," kata Rama, tangannya mengepal.
Misi Baru
Rama segera mempersiapkan diri untuk bergerak. Ia tahu kota kecil itu membutuhkan bantuannya. Namun, ia tetap berpegang pada prinsipnya: melindungi tanpa terlihat. Ia tidak ingin siapa pun mengetahui identitasnya sebagai manusia di balik kekuatan bakteri.
Dengan mengenakan pakaian hitam sederhana, ia menyusup keluar dari Jakarta menuju Cakrabuana. Perjalanan darat membawa Rama ke pemandangan yang kontras. Semakin dekat ke kota itu, udara terasa lebih berat, bau kimia menyengat tercium, dan warna sungai berubah menjadi hitam kelam.
Setibanya di perbatasan kota, Rama memarkir kendaraannya di tempat tersembunyi dan berjalan kaki menuju lokasi yang dilaporkan bakterinya. Langkahnya terhenti di tepi sungai besar yang melintasi kota. Di sana, ia melihat langsung kehancuran yang sebelumnya hanya dilihat melalui data.
Sungai itu, yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi warga sekitar, berubah menjadi saluran limbah beracun. Sampah industri mengambang di permukaannya, sementara ikan-ikan mati berserakan di tepiannya. Warga yang tinggal di dekat sungai tampak lemah, beberapa di antaranya batuk terus-menerus akibat menghirup udara tercemar.
"Ini lebih parah dari yang aku duga," gumam Rama, matanya menyapu lingkungan sekitar.
Menelusuri Jejak
Rama menggunakan mikrodrone kecil yang ia kembangkan di laboratoriumnya. Drone itu dirancang untuk bekerja bersama bakterinya, mengumpulkan sampel air dan udara dari area tersebut. Dalam waktu singkat, data yang terkumpul menunjukkan konsentrasi bahan kimia berbahaya yang berasal dari satu lokasi: kompleks industri yang berada di hulu sungai.
Rama mendekati area tersebut dengan hati-hati. Dari kejauhan, ia melihat pagar tinggi dan penjagaan ketat yang mengelilingi kompleks itu. Kamera pengawas dan patroli bersenjata menunjukkan bahwa tempat itu lebih dari sekadar pabrik biasa.
"Perusahaan gelap," pikir Rama. "Dan mereka menyembunyikan sesuatu."
Ia memutuskan untuk menunggu hingga malam hari sebelum menyusup ke dalam. Selama menunggu, ia mendekati warga sekitar untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Namun, sebagian besar dari mereka tampak enggan berbicara.
"Apa yang terjadi di sini?" tanya Rama kepada seorang pria tua yang sedang duduk di depan rumahnya.
Pria itu menggeleng lemah. "Kota ini sudah mati, Nak. Pabrik itu menghancurkan semuanya. Banyak yang mencoba melawan, tapi mereka menghilang begitu saja. Tidak ada yang berani lagi."
Rama mengangguk pelan, memahami ketakutan yang dirasakan warga. Namun, tekadnya semakin bulat. Ia tidak akan membiarkan tempat ini jatuh lebih dalam ke kehancuran.
Penyusupan ke Kompleks Industri
Malam itu, Rama menyusup ke dalam kompleks industri dengan bantuan kemampuan bakterinya. Ia membiarkan bakteri membentuk lapisan transparan di tubuhnya, membuatnya hampir tidak terlihat di kegelapan. Ia bergerak dengan cepat dan senyap, menghindari kamera dan penjaga.
Di dalam, ia menemukan pemandangan yang mengejutkan. Kompleks itu bukan hanya pabrik biasa; ada laboratorium besar yang tersembunyi di bawah tanah. Tabung-tabung raksasa berisi cairan kimia berbahaya tersusun rapi, dengan beberapa ilmuwan yang tampak sibuk mengoperasikan mesin.
Rama mendekati salah satu monitor di ruangan itu dan mempelajari data yang ditampilkan. Ia terkejut melihat bahwa perusahaan ini sedang melakukan eksperimen genetik yang melibatkan bakteri dan virus berbahaya. Tujuannya? Membuat senjata biologis untuk dijual kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Aku harus menghentikan ini," pikir Rama.
Namun, sebelum ia bisa melangkah lebih jauh, alarm tiba-tiba berbunyi. Monitor di ruangan itu menampilkan sosok Rama, tertangkap oleh salah satu kamera yang tidak ia sadari.
"Penyusup!" teriak salah satu penjaga.
Rama segera melompat keluar dari ruangan, menghindari tembakan penjaga yang mulai berdatangan. Ia menggunakan kekuatan bakterinya untuk melarutkan beberapa dinding, menciptakan jalan keluar baru. Namun, situasi semakin sulit, dengan lebih banyak penjaga yang mengepungnya.
Menanam Bibit Perlawanan
Dalam kekacauan itu, Rama berhasil menyebarkan bakterinya ke sistem ventilasi kompleks tersebut. Bakteri itu tidak hanya mampu membersihkan udara dan air, tetapi juga dirancang untuk merusak peralatan di kompleks itu secara perlahan.
"Ini hanya permulaan," pikir Rama saat ia berhasil keluar dari kompleks tersebut dan menghilang ke kegelapan malam.
Dari kejauhan, ia melihat kompleks itu mulai kacau, dengan beberapa peralatan yang meledak akibat kerusakan yang disebabkan bakterinya. Namun, ia tahu bahwa ini belum cukup untuk menghentikan operasi gelap tersebut sepenuhnya.
Sambil berjalan menjauh, Rama berpikir keras tentang langkah berikutnya. Ia harus menemukan cara untuk menghentikan perusahaan itu secara permanen tanpa membahayakan warga sekitar.