Chereads / Dr. Rama The Bacterial Hero / Chapter 4 - Berita Menghebohkan

Chapter 4 - Berita Menghebohkan

Setelah beberapa hari kemudian setelah kejadian itu..

Dr. Rama duduk termenung di depan televisi, matanya terfokus pada berita yang ditayangkan. Gambar-gambar mengerikan dari hutan Kalimantan yang hangus terbakar dalam semalam tampak memenuhi layar. Asap tebal menggulung ke langit, menutup matahari dan mengubah alam menjadi kelabu. Dalam hati Dr. Rama, muncul rasa cemas yang mendalam. Ia tahu, ada sesuatu yang tidak biasa dalam kebakaran ini.

Sebagai seorang ilmuwan terkemuka dengan kemampuan luar biasa—memecah dirinya menjadi bakteri mikroskopis dan berkomunikasi dengan makhluk mikroskopik lainnya—Dr. Rama selalu merasa terhubung dengan alam, terutama dengan ekosistem yang lebih kecil, yang sering kali tidak tampak oleh mata manusia. Dia bisa masuk ke dalam tubuh manusia sebagai bakteri, mengobati penyakit, dan bahkan mengeraskan tubuhnya menjadi sekeras intan, sebuah kemampuan yang membuatnya unik. Namun, hari ini, ia merasa bahwa kemampuannya lebih dibutuhkan untuk menyelamatkan ekosistem hutan Kalimantan yang sedang terancam.

Pikiran Dr. Rama kembali pada rekaman berita yang memperlihatkan kebakaran yang melanda kawasan hutan tropis itu. "Kalimantan…hutan hujan tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati… bagaimana bisa ini terjadi?" bisiknya dalam hati. Ia tahu betul dampak kebakaran ini akan sangat merusak kehidupan banyak spesies, baik yang terlihat maupun yang tak terlihat, seperti mikroorganisme yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam.

Dr. Rama tidak bisa hanya duduk diam. Tiba-tiba, dalam sekejap, pikirannya terfokus pada satu hal: ia harus ke Kalimantan secepatnya. Tidak hanya sebagai ilmuwan, tetapi juga sebagai pahlawan bakteri yang merasa bertanggung jawab atas keberlangsungan kehidupan mikroba yang ada di hutan tersebut. Kebakaran hutan yang terjadi, jika tidak segera ditangani, bisa menghancurkan banyak sekali ekosistem mikroorganisme yang tak ternilai harganya. Apa yang terjadi di Kalimantan lebih dari sekadar bencana alam biasa—ini adalah ancaman terhadap keseluruhan rantai kehidupan.

Dengan tekad yang bulat, Dr. Rama segera mempersiapkan perjalanan ke Kalimantan. Ia mengemas peralatan ilmiah, serta perangkat khusus yang bisa memudahkan penelitiannya, seperti mikroskop mini dan perangkat komunikasi mikroba. Saat itu, ia merasakan dorongan kuat untuk segera terjun ke dalam hutan, karena hanya dengan memanfaatkan kemampuannya, ia mungkin bisa menemukan penyebab kebakaran tersebut dan mungkin, menyelamatkan sebagian besar ekosistem yang terancam punah.

Sesampainya di Kalimantan, Dr. Rama langsung merasakan perbedaan atmosfer yang sangat signifikan. Asap tebal memenuhi udara, menciptakan kabut yang membuat visibilitas sangat rendah. Bau hangus dari pohon-pohon yang terbakar menusuk hidungnya, sementara suhu yang terik terasa menghanguskan kulit. Namun, Dr. Rama tidak gentar. Sebaliknya, ia semakin mantap dengan misinya.

Melalui proses pemecahan diri menjadi bakteri mikro, Dr. Rama mulai memasuki dunia mikroskopis yang jarang terlihat manusia. Ia merasakan setiap mikroba yang ada di sekitar hutan, mulai dari bakteri tanah, jamur, hingga mikroorganisme lain yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan kemampuannya untuk mengeraskan tubuhnya seperti intan, ia melindungi dirinya dari bahaya dan melanjutkan penelitiannya.

Mikroba-mikroba yang ia temui memberi informasi penting. Melalui komunikasi bakteri yang terjalin dengan mereka, Dr. Rama mengetahui bahwa kebakaran yang terjadi di Kalimantan ini tidak hanya disebabkan oleh faktor alam seperti kemarau panjang atau petir, tetapi ada faktor lain yang jauh lebih kompleks. Banyak bakteri tanah yang sebelumnya hidup subur, sekarang mati atau terpapar suhu ekstrem akibat kebakaran. Bahkan, ada indikasi bahwa kebakaran ini bisa jadi disebabkan oleh kegiatan manusia, yang sengaja memicu api untuk membuka lahan dengan cara yang tidak bertanggung jawab.

Dr. Rama merasakan kebingungan dan kemarahan dalam dirinya. Kebakaran ini tidak hanya merusak kehidupan tanaman dan hewan yang ada di hutan, tetapi juga menghancurkan lapisan tanah yang sangat penting bagi kehidupan bakteri tanah. Dengan menggunakan kemampuan uniknya, Dr. Rama kembali ke bentuk mikroskopis dan menelusuri lebih jauh ke dalam struktur tanah yang terbakar. Ia menemukan bahwa beberapa titik kebakaran tampaknya sengaja dibakar dengan bahan kimia yang dapat mempercepat pembusukan tanah dan memperburuk kerusakan ekosistem.

"Ini bukan kebakaran biasa. Ada yang lebih besar yang sedang terjadi di sini," pikirnya.

Dalam pencariannya, Dr. Rama berhasil menemukan beberapa jejak yang mengarah pada perusahaan-perusahaan besar yang memiliki kepentingan untuk mengubah lahan hutan tropis menjadi perkebunan skala besar. Ia juga mengetahui bahwa beberapa pihak berusaha menutupi keberadaan aktivitas ilegal yang mereka lakukan, termasuk pembakaran hutan untuk membuka lahan. Kejadian ini, bagi Dr. Rama, adalah panggilan untuk bertindak lebih jauh. Dia tidak hanya harus menghentikan kebakaran ini, tetapi juga mengungkapkan dan menghentikan konspirasi yang ada di baliknya.

Dengan tekad yang semakin kuat, Dr. Rama memutuskan untuk menyebarkan informasi yang ia dapatkan kepada masyarakat dan pihak berwenang. Namun, ia tahu bahwa tantangannya baru saja dimulai. Banyak pihak yang akan berusaha menghentikan langkahnya, bahkan jika itu berarti menggunakan cara-cara kekerasan untuk menutupi kebenaran. Namun, Dr. Rama bukanlah orang yang mudah menyerah. Sebagai pahlawan bakteri yang memiliki kemampuan luar biasa, ia siap untuk menghadapi segala tantangan yang ada dan berjuang untuk keselamatan Kalimantan, hutan tropis, dan seluruh kehidupan mikroba yang terancam punah.

Dengan tekad bulat, Dr. Rama melangkah ke dalam kegelapan hutan yang kini terbakar, berjanji untuk tidak hanya menyelamatkan hutan, tetapi juga kehidupan yang tak terlihat oleh mata manusia—kehidupan mikroba yang sangat berperan dalam menjaga keseimbangan alam.

Pagi itu, udara di Kalimantan terasa penuh dengan kehangusan yang tidak biasa. Ketika Dr. Rama melangkah keluar dari pesawat yang membawanya, ia langsung disambut dengan hawa panas yang lebih tajam dari biasanya. Asap hitam masih mengepul dari kejauhan, mengaburkan langit yang biasanya biru. Seiring langkahnya menuju kawasan yang dilanda kebakaran, rasa cemas di hatinya semakin besar. Hutan yang penuh kehidupan kini berubah menjadi lautan abu. Pohon-pohon besar yang seharusnya menjadi rumah bagi ribuan spesies hewan dan tumbuhan kini tergeletak tak berdaya, terbakar habis dalam semalam.

Dr. Rama menghela napas panjang, merasakan betapa pentingnya misi yang kini ada di hadapannya. Ia bukan hanya seorang ilmuwan, tapi juga seorang penjaga keseimbangan alam. Kemampuannya untuk memecah diri menjadi bakteri dan berinteraksi dengan dunia mikroskopis memberinya perspektif yang sangat berbeda mengenai dunia. Dunia yang tak bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Namun kini, dunia itu sedang terancam oleh kebakaran yang tidak hanya mengancam ekosistem hutan, tetapi juga seluruh mikroba yang menjadi jantung kehidupan.

Sejenak, Dr. Rama menatap peta yang ada di tangannya. Ia memiliki rencana yang jelas—ia akan menuju beberapa titik api yang dilaporkan berada di wilayah sekitar. Ia tahu, untuk memahami dengan lebih baik penyebab kebakaran ini, ia harus melangkah lebih jauh ke dalam tanah, menuju jaringan mikroorganisme yang ada di dalam tanah hutan itu. Namun, sebelumnya, ia harus mempersiapkan tubuhnya.

Dengan gerakan cepat, Dr. Rama memusatkan pikirannya. Dalam sekejap, tubuhnya mengerut dan berubah menjadi bentuk mikroskopis. Ia memecah dirinya menjadi ribuan bakteri kecil yang tak terlihat oleh mata manusia. Setiap bagian tubuhnya yang sebelumnya terbentuk padat kini menjadi fleksibel dan mampu bergerak bebas dalam bentuk yang jauh lebih kecil. Sebagai bakteri, Dr. Rama bisa berkomunikasi dengan bakteri lain di sekitar tanah dan tanaman, mengakses informasi yang mereka simpan mengenai peristiwa yang terjadi di bawah permukaan.

Di dalam bentuk mikroskopisnya, Dr. Rama mulai berkelana di dalam tanah. Ia merasakan aliran kehidupan di bawah permukaan—suatu kehidupan yang meskipun tak terlihat oleh manusia, namun sangat vital bagi keberlangsungan alam. Namun kali ini, kehidupan itu tidak tampak sehat. Banyak bakteri yang seharusnya menjaga kesuburan tanah, menjaga keseimbangan, kini mati atau terluka akibat suhu tinggi yang ditimbulkan oleh kebakaran. Yang lebih mengejutkan, ia menemukan bahwa sejumlah besar bakteri yang semestinya melindungi akar tanaman kini hilang, disebabkan oleh bahan kimia berbahaya yang tersebar di tanah akibat kebakaran.

Dr. Rama kemudian merasakan suatu getaran yang tidak biasa. Di antara deretan mikroba yang masih bertahan, ada sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih gelap. Ia berusaha menyelidiki lebih lanjut dan menemukan jejak-jejak yang mengarah pada kegiatan manusia. Ditemukan jejak-jejak bahan kimia yang sangat tidak lazim bagi tanah hutan tropis. Sepertinya, kebakaran ini tidak hanya disebabkan oleh faktor alam seperti yang dilaporkan di media. Ada campur tangan manusia di balik semua ini.

Sekali lagi, Dr. Rama berfokus. Dengan kekuatan bakteri yang ia miliki, ia mulai menyelidiki lebih jauh lagi. Ketika ia menyusuri lapisan tanah yang lebih dalam, ia bertemu dengan koloni bakteri yang lebih canggih—bakteri tanah yang bekerja sama dalam struktur kompleks untuk mendaur ulang bahan organik. Mereka memberikan informasi yang sangat penting mengenai apa yang terjadi beberapa hari sebelum kebakaran. Ternyata, kebakaran ini dipicu oleh kebijakan perusahaan-perusahaan besar yang berusaha membuka lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Mereka menggunakan bahan kimia yang mengubah struktur tanah, mengurangi kelembaban, dan mempercepat pembakaran.

"Semuanya memang direncanakan," bisik Dr. Rama dalam pikirannya. "Kebakaran ini bukan kebakaran alami. Ini adalah tindakan yang disengaja."

Setelah kembali ke bentuk tubuh aslinya, Dr. Rama langsung menghubungi tim peneliti lokal yang ia kenal, serta beberapa aktivis lingkungan yang telah lama berjuang melawan deforestasi ilegal di Kalimantan. Ia menceritakan apa yang baru saja ia temui: kebakaran ini dipicu oleh praktik-praktik ilegal yang dijalankan oleh beberapa perusahaan besar yang mengeksploitasi hutan untuk kepentingan pribadi mereka, tanpa memperhatikan dampaknya pada ekosistem lokal.

Namun, meskipun informasi yang dibawa Dr. Rama sangat berharga, ia tahu bahwa perjuangannya baru dimulai. Ada pihak-pihak yang pasti akan mencoba menutupi bukti ini. Beberapa perusahaan besar mungkin tidak akan tinggal diam dan berusaha menghentikan upaya-upaya yang mengancam mereka. Di sinilah tantangan sesungguhnya bagi Dr. Rama dimulai. Jika ia tidak bertindak cepat, kebakaran yang lebih besar mungkin akan terjadi, menghancurkan lebih banyak lagi kawasan hutan yang belum terjamah.

Pada malam yang gelap, ketika Dr. Rama dan timnya bersiap-siap untuk menyusun rencana, ia merasakan getaran dari alam. Bukan hanya dari tanah yang terbakar, tetapi juga dari makhluk hidup yang kini terancam. Ia bisa merasakan kepanikan dari bakteri dan mikroba yang berusaha bertahan hidup di tengah kehancuran yang diciptakan oleh manusia. Setiap kehidupan, sekecil apapun, berteriak untuk diselamatkan.

Dengan tekad yang semakin kuat, Dr. Rama memutuskan untuk memimpin sebuah gerakan untuk mengungkapkan kebenaran mengenai kebakaran ini. Tidak hanya itu, ia juga akan mengajak masyarakat, ilmuwan, dan aktivis untuk bersama-sama melawan perusahaan-perusahaan yang telah merusak hutan ini demi keuntungan pribadi. Namun, hal yang lebih mendesak adalah bagaimana ia bisa menyelamatkan hutan dan kehidupan mikroba yang sangat rapuh ini.

Hari demi hari berlalu, dan Dr. Rama semakin terfokus pada misinya. Dia tahu bahwa untuk benar-benar memahami apa yang terjadi di Kalimantan, ia harus terjun lebih dalam lagi ke dalam dunia mikroba, dunia yang sering kali terabaikan oleh kebanyakan orang. Sebagai pahlawan bakteri, Dr. Rama berjanji untuk menyelamatkan dunia yang tak tampak oleh manusia—dunia yang berada di bawah permukaan tanah, tempat kehidupan mikroba dan bakteri yang menjaga keberlangsungan alamnya.