Kalimantan, sebuah pulau yang dikenal sebagai paru-paru dunia, kini menghadapi ancaman kehancuran yang tak terbayangkan. Hutan-hutan lebat yang pernah menjadi rumah bagi ribuan spesies kini mulai berubah menjadi lahan tandus yang dipenuhi bekas pembakaran. Di pinggir sebuah desa kecil yang terpencil, Rama berdiri memandangi pemandangan itu menyedihkan di hadapannya. Sebagai seorang ahli mikrobiologi, ia telah mengabdikan hidupnya untuk memulihkan ekosistem yang dirusak oleh penebangan liar dan pembakaran hutan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tamak.
Rama tidak seperti ilmuwan biasa. Ia memiliki kemampuan unik, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai anugerah dari alam. Kemampuannya adalah memanipulasi bakter yaitu makhluk hidup mikroskopis yang dianggap remeh oleh banyak orang, namun memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan bumi. Dengan kekuatan ini, Rama telah mampu menghidupkan kembali tanah-tanah yang sudah mati dan menjadikan hutan yang hancur kembali subur seperti sedia kala.
Hari itu, angin bertiup kering membawa aroma abu yang menyengat. Langkah-langkahnya terasa berat saat ia berjalan melewati hutan yang terbakar, di mana batang-batang pohon yang dulu menjulang kini hanya menyisakan tunggul hitam. Setiap jejak langkahnya di atas tanah yang retak mengingatkannya pada perjuangan yang belum selesai.
"Dulu, hutan ini adalah rumah bagi ribuan spesies," pikirnya dengan sedih. "Sekarang, yang tersisa hanyalah puing-puing kehancuran. Tapi ini bukan hanya kerusakan biasa... Ada sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar penebangan liar."
Rama berhenti di depan lahan yang terbakar. Tanah di bawah kakinya terasa hangus, sementara hawa panas masih menyelimuti udara. Ia menutup matanya, merasakan denyut kehidupan di sekitarnya, namun kali ini, dia merasa ada sesuatu yang aneh. Udara tidak hanya panas, tapi juga kering dan penuh ancaman yang tak terlihat. Dengan perlahan, ia mengangkat tangannya, memanggil bakteri dari tanah untuk mulai bekerja memulihkan lahan ini. Namun, respons yang ia dapatkan tidak seperti biasanya. Kehidupan mikro di tanah ini hampir sepenuhnya lenyap.
"ini Tidak mungkin…" gumam Rama. "Bahkan bakteri pun tidak bisa bertahan dari situasi ini?"
Dari kejauhan,Terlihat seorang warga desa berlari tergesa-gesa ke arah Rama. Pria tua itu tampak lelah, dam napasnya terengah-engah saat itu ia mencoba berbicara dengan rama.
"Dr. Rama! Ada sesuatu yang tidak beres disini," serunya, wajahnya penuh kecemasan. "Orang asing itu... sejak mereka datang, suhu desa meningkat tajam. Sungguh Ini tidak wajar."
Rama memandang jauh ke arah perbukitan, di mana ia bisa melihat lingkaran kecil api berkobar di kejauhan. Matanya menyipit, dan ia merasakan keberadaan hawa yang berbeda ada energi yang tidak alami disana. Di atas lahan gersang itu, ia bisa melihat seorang pria berdiri. Rambutnya pendek, tubuhnya tegap, dan di sekelilingnya, udara tampak bergetar akibat panas yang ekstrem.
"Itu dia," gumam Rama. " Ternyata dialah penyebabnya."
Warga desa memandang Rama dengan ketakutan. "Hati-hati, Dokter. Orang itu… sepertinya dia bukan manusia biasa."
Rama mengangguk dan mulai berjalan menuju bukit, lalu meninggalkan warga desa yang memandangnya dengan penuh harapan. Saat ia mendekat, suhu udara meningkat dengan cepat, dan ia mulai merasakan panas yang menusuk kulitnya. Tomas, pria di atas bukit itu, menoleh dan menatap Rama dengan senyum sinis. Mata mereka saling menatap, dan seketika itu juga Rama tahu bahwa pertempuran ini bukan hanya tentang hutan. Tapi ini adalah pertempuran antara kehidupan dan kehancuran.
"Jadi, kau lah 'Pahlawan Bakteri itu' orang yang selalu menjadi duri dalam daging bagi kami, Rama," kata Tomas, suaranya tenang namun penuh dengan kesombongan. "Senang bertemu lagi denganmu disini mantan kolegaku."
"Apakah semua ini adalah perbuatanmu" tanya Rama, dengan nada suaranya tajam. "Apa yang kau lakukan di sini, menghancurkan hutan ini dan merusak tanah? Belum cukupkah tambang-tambangmu menghancurkan hutan-hutan yang ada disini,tomas?"
Tomas melangkah maju, dan setiap langkahnya meninggalkan jejak api di tanah yang menghitam. Ia tertawa kecil, suara tawa yang penuh ejekan.
"Kau pikir aku ini hanya seorang ilmuwan biasa Rama? kau salah besar" jawabnya. "Aku adalah Tomas Santosa, ilmuwan yang pernah bekerja untuk pemerintah sebelum mereka menyingkirkanku dan tentunya mantan kolegamu, Mereka pikir mereka bisa memadamkan api ambisiku. Tapi sekarang, aku punya kekuatan untuk membakar dunia."
Rama mengerutkan alisnya. Ia bisa merasakan kekuatan luar biasa yang memancar dari Tomas. Aura panas yang melingkupi pria itu bukan sekadar api biasa; itu adalah kekuatan yang dapat menghancurkan segalanya. Namun, Rama tahu bahwa ia tidak bisa mundur sekarang. Hutan ini, desa ini, dan seluruh kehidupan di dalamnya bergantung pada dirinya.
"Kau pikir kekuatanmu bisa membuatmu menang?" tantang Rama. "Alam selalu menemukan cara untuk melawan. Kehidupan selalu lebih kuat dari kehancuran."
Tomas tertawa lagi, kau ini keras kepala juga ya?. "Kau naif, Rama. Kau boleh mencoba, tapi aku akan memastikan kau merasakan betapa kecilnya dirimu di hadapan kekuatanku ini."
Rama mempersiapkan diri. Ia tahu bahwa pertempuran ini akan menjadi salah satu yang terberat dalam hidupnya. Tomas bukan hanya musuh dengan kekuatan besar, tetapi juga seseorang yang memahami kelemahan dunia yang ingin ia lindungi. Dengan tekad yang membara, Rama melangkah maju, bersiap untuk melawan ancaman yang dapat mengubah segalanya.
Hutan Kalimantan kembali merasakan gelombang panas yang tidak wajar. Daun-daun yang biasanya lebat mulai layu, dan udara yang segar berubah menjadi kering serta sesak. Rama, seorang ilmuwan brilian dengan kekuatan super yang diberikan oleh eksperimen mikrobiologi, berdiri di tepi hutan, menatap kehancuran yang disebabkan oleh Tomas Santosa. Tomas, mantan ilmuwan pemerintah yang berkhianat, kini menjadi "Si Hawa Panas," mampu memanipulasi suhu hingga tingkat mematikan.
Rama sudah melihat cukup banyak kehancuran akibat ulah manusia, tapi apa yang dilakukan Tomas berbeda. Bukan hanya hutan yang terancam, tetapi juga kehidupan ribuan spesies yang bergantung pada ekosistem ini. Dengan kekuatan bakteri yang ia kendalikan, Rama mencoba menetralkan kerusakan. Ia menumbuhkan kembali beberapa pohon dan memulihkan tanah yang tercemar, tapi itu hanya solusi sementara.
Hawa panas Tomas membunuh mikroba di udara, menghancurkan sumber kekuatan Rama. Ketika Rama mencoba mendekatinya, panas yang dipancarkan Tomas terlalu kuat. Tubuhnya, meskipun diperkuat dengan bakteri yang bisa mengubahnya menjadi sekeras intan, tetap tak mampu menahan gelombang panas. Tomas tertawa melihat perjuangan Rama yang tampak sia-sia.
"Kau pikir bisa menyelamatkan mereka, 'Pahlawan Bakteri'? Dunia ini sudah milik kami. Kehancuran ini hanyalah awal," kata Tomas dengan nada dingin, meskipun hawa di sekitarnya membakar tanah di bawahnya.
Rama berusaha menahan amarah. Ia tahu menyerang tanpa strategi hanya akan memperburuk keadaan. Ia mundur perlahan, menelan kekalahannya untuk sementara waktu. Tapi bukan berarti ia menyerah.