Sebuah gerbang dimensi muncul di tengah udara, memancarkan cahaya terang yang berpendar ke segala arah. Dalam sekejap, dua sosok muncul dari dalamnya, melangkah ke tanah yang basah oleh embun pagi. Salah satu dari mereka mengenakan armor berwarna emas yang berkilauan, dihiasi dengan lambang elang yang gagah di dadanya. Senjatanya, aneh dan asing, terlihat seperti gabungan antara teknologi kuno dan canggih, memancarkan aura kekuatan yang tak terbantahkan.
Di sampingnya, seorang pria yang lebih tinggi dan berotot mengenakan armor seperti kesatria, namun dengan desain yang jauh lebih futuristik—dengan lempengan logam perak berkilau dan senjata unik dengan design kuno yang dibuat dengan tenkonogi futuristik. Setiap langkahnya menggetarkan tanah di bawahnya, memberi kesan bahwa sosok ini lebih dari sekadar manusia biasa.
Keduanya berdiri tegap, mengamati sekeliling dengan tatapan tajam. Di hadapan mereka terbentang Kainaldia Empire, sebuah wilayah yang dikenali dengan mudah. Gedung tinggi menjulang di kejauhan, dikelilingi oleh lembah hijau yang indah namun sunyi. Udara dingin menyentuh wajah mereka, membawa aroma khas tanah asal mereka.
"Ahkirnya kita pulang juga...." kata orang yang memakai armor emas
"Kainaldia Empire....sudah lama tidak melihat tempat ini." kata orang yang memakai armor kesatria tersebut.
"Kalau begitu tinggal menuju ke istana saja dan melaporkan semuanya ke Shiroi...." kata kesatria dengan armor emas tersebut.
Suara mesin kendaraan militer menggelegar di udara ketika pasukan tentara tiba di tempat kejadian. Ban besar menggerus tanah, menciptakan jejak debu di belakang mereka. Pasukan berseragam hitam dengan cepat turun dari kendaraan, bergerak dalam formasi yang terlatih. Setiap prajurit dengan sigap mengarahkan senjata mereka—assault rifle yang tampak canggih, larasnya mengkilat di bawah sinar matahari—ke arah kedua sosok yang baru saja muncul dari gerbang dimensi.
Suasana menjadi tegang dalam sekejap, udara di sekitarnya dipenuhi oleh ketegangan yang hampir dapat dirasakan. Setiap prajurit memfokuskan pandangannya, jari mereka berada di pelatuk, siap menembak kapan saja. Di antara mereka, seorang pria berjalan maju, pemimpin dari pasukan ini. Bekas luka mencolok membentang melintasi wajahnya, membentuk pola menyilang yang tak mungkin terlewatkan. Dengan tatapan dingin dan penuh waspada, ia mengarahkan kedua handgun berwarna hitam mengkilapnya ke arah kedua orang yang muncul dari gerbang.
"Siapa kalian, dan apa tujuan kalian di sini?" suaranya menggema, penuh ancaman. Mata sang pemimpin pasukan itu bersinar tajam, menilai setiap gerakan kecil dari kedua orang asing tersebut.
Kedua sosok itu tidak menunjukkan rasa gentar sedikit pun. Pria berarmor emas memandang tenang ke arah pasukan yang mengepung mereka, sementara rekannya yang lebih besar hanya tersenyum tipis, seolah situasi ini hanyalah sebuah gangguan kecil. Mata mereka saling bertemu sesaat, seolah sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kalian tidak mengenali kami, bukan?" Pria berarmor emas itu berbicara dengan tenang.
"Jika aku mengenal kalian coba sebutkan kode identitas kalian." kata pemimpin pasukan tersebut
"Delta Nano Terra 011" kata pria yang memakai armor emas tersebut melepas helmnya, terlihat seorang laki-laki dengan rambut pendek berwarna putih dengan mata biru
"Victory Gamma Lima 013" kata kesatria dengan armor perak tersebut sambil melepas helmnya, pra tersebut punya wajah kembar dari pria disebelahnya dengan rambut perak keabu-abuan dan mata biru.
Pemimpin pasukan, dengan mata yang tetap terpaku pada kedua sosok di depannya, tiba-tiba merasakan getaran aneh dalam pikirannya. Kode-kode yang disebutkan langsung embuat dirinya teringat kode tersebut. Wajahnya yang keras seketika berubah, bekas luka di wajahnya tampak semakin menonjol ketika dia menyadari siapa sebenarnya dua orang yang berdiri di hadapannya.
Dengan cepat, tanpa menunjukkan keraguan, pemimpin pasukan tersebut memberikan kode rahasia—sebuah sinyal tangan yang hanya dimengerti oleh pasukannya. Satu gerakan sederhana, tetapi cukup untuk memerintahkan seluruh pasukan agar menurunkan senjata mereka. Tentara-tentara berseragam hitam itu saling bertukar pandang, namun mereka semua menaati perintah dengan sigap. Assault rifle yang tadinya terarah dengan tegang, kini perlahan diturunkan, laras senjata menghadap ke tanah. Ketegangan di udara mereda, meskipun rasa hormat dan waspada masih tergantung di antara mereka.
"Jadi kalian sudah pulang ya....Dante.... Vergil?" tanya pemimpin pasukan tersebut.
"Axel, pesta sambutanmu sangat tidak lucu...." kata Vergil dengan nada kesal
"Pangeran Dante dan Pangeran Vergil sudah pulang, turunkan senjata kalian. kata Axel.
Begitu nama Vergil dan Dante terucap, seluruh pasukan yang sebelumnya tegang dan penuh waspada segera melunak. Mereka kini memahami siapa dua sosok di hadapan mereka—bukan sembarang pengelana dari dimensi lain, melainkan dua dari 5 Immortal Prince of Kainaldia, anggota kerajaan legendaris yang telah bertualang melintasi berbagai dunia dan membawa pulang teknologi canggih yang mengubah kerajaan mereka.
Para prajurit yang sebelumnya mengarahkan senjata mereka kini menunduk dengan hormat, menyadari bahwa mereka berada di hadapan tokoh yang tidak hanya disegani, tetapi juga dicintai oleh Kainaldia Empire. Teknologi yang mereka bawa dari dimensi lain telah mendorong kemajuan pesat dalam kerajaan ini, meskipun kehidupan masyarakat masih dibingkai oleh suasana medieval—tanah yang dipenuhi benteng-benteng batu, pedang, dan panah. Di luar pasukan empire ini, wilayah Kainaldia Empire masih asing dengan senjata api dan bubuk mesiu, hidup dalam keteraturan tradisional yang dibalut kemajuan teknologi yang sangat terbatas dan bahkan kemajuan teknologi seperti ini mereka pikir adalah sebuah sihir diluar nalar mereka.
Axel, sang pemimpin pasukan yang penuh bekas luka di wajahnya, tak membuang waktu. Dia mengerti bahwa kehadiran dua pangeran abadi ini harus segera dilindungi dari pandangan umum. Penduduk Kainaldia Empire, meskipun mengagumi para Immortal Prince, tidak siap untuk menyaksikan sosok-sosok legendaris mereka kembali secara tiba-tiba.
"Segera siapkan transportasi," perintah Axel kepada anak buahnya. "Kita akan membawa mereka melalui jalur rahasia menuju istana."
Pasukannya segera bergerak, dan dalam hitungan menit, kendaraan khusus dengan sistem kamuflase teknologi tinggi tiba. Meskipun dunia Kainaldia masih berselimutkan suasana abad pertengahan, para Immortal Prince telah memastikan bahwa kerajaan ini memiliki akses ke teknologi yang cukup untuk melindungi rahasia dan aset penting mereka dari dunia luar.
Vergil dan Dante dengan tenang menaiki transport tersebut. Axel berdiri di samping mereka, penuh hormat, memastikan perjalanan mereka tidak terganggu. Kendaraan mulai bergerak, meninggalkan lapangan terbuka dan berbelok ke arah jalur rahasia yang melintasi hutan lebat dan lembah tersembunyi. Jalur ini telah lama dipersiapkan untuk perjalanan penting yang membutuhkan kerahasiaan total, dan hanya segelintir orang yang mengetahui keberadaannya. Sebuah kendaran all terrain segera tiba, Dante dan Vergil segera naik kedalam kendaran tersebut disusul oleh Axel. Kendaraan tersebut segera melaju dan langsung masuk ke jalur rahasia.
"Jadi bagaimana petualangan kalian?" tanya Axel
"Cukup menyenangkan, bahkan kita punya oleh-oleh dari dimensi tersebut." kata Dante.
"Dari armor yang kalian pakai saja sudah ketahuan berbeda loh." kata Axel.
"Juga Augumentasi mereka terkesan cukup kasar tetapi sangat sempurna loh." kata Vergil.
"Kalau begitu segera laporkan.... huh?" kata Axel
"Ada apa?" tanya Dante. penasaran.
"Emperor Shiroi sudah mendengar kedatangan kalian, dan minta kalian segera keistana. Katanya ada hal emergency yang harus kalian atasi." kata Axel
"Tidak biasanya Shiroi butuh bantuan kita." kata Dante.
"Baru saja pulang langsung dapat panggilan tugas.... Mau bagaimana lagi..." kata Vergil
"Kalau begitu kita segera menuju ke istana." kata Axel
Perjalanan menuju istana Kainaldia melalui jalur rahasia berlangsung dengan cepat dan tanpa hambatan. Kendaraan melintasi hutan lebat, menembus lorong-lorong tersembunyi yang hanya diketahui oleh segelintir orang, hingga akhirnya berhenti di depan sebuah gua besar tepat di bawah Kainaldia Imperial Palace. Pintu masuk ke gua itu tersembunyi di balik dinding batu yang bergerak otomatis dengan kode tertentu, membuka jalan menuju bagian terdalam istana.
Dante dan Vergil turun dari kendaraan, melangkah melewati lorong gua yang sunyi dan diterangi oleh lampu khusus. Dinding-dinding batu gua ini menyimpan banyak rahasia kerajaan, termasuk keberadaan teknologi yang disempurnakan oleh para peneliti kerajaan. Setelah berjalan jauh melewati lorong, mereka tiba di sebuah pintu besar berukir simbol-simbol kuno Kainaldia, menandai bahwa mereka telah tiba di kediaman mereka.
Begitu mereka memasuki ruangan masing-masing, Dante dan Vergil segera mempersiapkan diri dengan menggunakan teknik khusus mereka, Cellular Molecul Augmentation Arrangement. Teknik ini, hanya dikuasai oleh para Immortal Prince, memungkinkan tubuh mereka yang sebelumnya lebih besar dan berotot saat bertualang, kembali ke ukuran normal tanpa kehilangan kekuatan dan augmentasi yang terintegrasi dalam tubuh mereka. Teknik ini memanipulasi ukuran dan komponen augmentasi hingga ke level molekuler, menyimpan kekuatan luar biasa yang tersembunyi di dalam sel-sel mereka.
Setelah tubuh mereka kembali ke kondisi biasa, Dante dan Vergil tidak membuang waktu. Dante mengenakan armor kesatria perak andalannya, yang penuh dengan ukiran halus serta teknologi tersembunyi yang membuatnya lebih dari sekadar pelindung fisik. Armor itu memancarkan kilauan elegan, menandakan bahwa Dante tidak hanya seorang petarung, tetapi juga seorang pemimpin yang tangguh dan cerdas.
Di sisi lain, Vergil mengenakan armor assassin miliknya, yang terkenal karena kelincahan dan kehebatannya dalam pertempuran bayangan. Armor hitam ini hampir tidak terlihat dalam kegelapan, dan dilengkapi dengan augmentasi canggih yang memungkinkan Vergil bergerak secepat kilat tanpa terdeteksi. Ini adalah armor kebanggaannya, simbol dari keterampilannya sebagai salah satu Immortal Prince yang paling mematikan.
Dengan persiapan selesai, keduanya melangkah keluar dari ruangan mereka dan menuju ke ruang pertemuan rahasia, di mana seseorang yang sangat mereka kenal sudah menunggu—Shiroi, salah satu penasihat paling penting di kerajaan dan teman lama mereka. Shiroi, seorang ahli strategi dan diplomasi, selalu menjadi bagian dari lingkaran terdalam kekuasaan Kainaldia.
Ketika mereka tiba di ruang pertemuan, Shiroi sudah menunggu dengan ekspresi tenang namun serius. Matanya yang tajam segera mengamati Dante dan Vergil, tahu bahwa kehadiran mereka menandakan sesuatu yang besar sedang terjadi.