Saat Emperor Shiroi beristirahat di luar dungeon, meskipun luka yang ia, Commander Axel, dan 28 Elite Guard terima hanyalah hasil riasan, atmosfer di sekitar mereka tetap dipenuhi dengan rasa hormat dan kekaguman dari para petualang. Shiroi, selalu berpikir jauh ke depan, tidak hanya beristirahat tetapi juga memanfaatkan momen tersebut untuk mendengarkan langsung kebutuhan dan harapan para petualang yang datang ke dungeon ini.
Di bawah langit terbuka, Shiroi berbicara dengan beberapa petualang, menanyakan apa yang mereka perlukan selain fasilitas-fasilitas dasar seperti Item Shop dan Guild HQ untuk menerima dan menyelesaikan quest. Beberapa petualang senior, yang sudah berencana untuk pensiun, mengungkapkan niat mereka untuk menetap di sekitar dungeon dan membuka pertanian atau perkebunan, memberikan kontribusi bagi ekonomi lokal dan mengisi kebutuhan pangan untuk mereka yang masih aktif dalam petualangan.
Sementara itu, petualang lain menyampaikan kebutuhan mereka akan tavern—bukan hanya untuk bersantai setelah petualangan panjang, tetapi juga sebagai tempat di mana mereka bisa bertemu, berinteraksi, dan membentuk party baru. Tavern bisa menjadi pusat sosial bagi para petualang, mempermudah pencarian rekan yang tepat untuk penjelajahan lebih jauh ke dalam dungeon.
Selain itu, mereka juga meminta General Shop, yang akan menyediakan potion, perlengkapan dasar, dan menjadi tempat mudah untuk menjual Magic Gems atau barang-barang berharga lain yang mereka peroleh setelah mengalahkan monster di dalam dungeon. Hal ini akan membantu mereka mempersiapkan diri sebelum kembali ke dungeon dan tidak perlu mencari ke tempat yang jauh untuk menjual hasil petualangan mereka.
"Jadi begitu ya..." kata Shiroi dengan nada penasaran
"Juga toko armor dan yang lainnya juga dibutuhkan, juga perlengkapan sihir." kata salah magician
"Kalau begitu aku besok aku persiapkan semua, ada lagi yang dibutuhkan?" tanya Shiroi
"Kalau fasilitas kesehatan dan militer?" kata Axel
"Aku lebih condong ke fasilitas kesehatan.... fasilitas militer???" kata Shiroi
"Untuk keamanan, sebuah kota kecil pastinya butuh keamanan kalau ada pencuri dirual Thief Guild atau hewan buas diluar dungeon menyerang..." kata Axel.
"Benar juga sih.... kalau begitu besok sekalian aku persiapkan semuanya." kata Shiroi
Shirou berpura-pura kelelahan, berusaha menyembunyikan ketegangan yang bergejolak di dalam dirinya. Bersama Commander Axel dan 28 Elite Guard, mereka berbaris kembali menuju istana, langkah mereka serempak sesuai dengan rencana pembangunan besar yang sedang berlangsung. Seolah tak terjadi apa-apa, hari-hari di dalam dan di luar dungeon berlalu seperti biasa. Monster-monster setia menjalankan tugas mereka, menghadapi petualang yang semakin bersemangat menantang dungeon. Setiap kemenangan atau kekalahan menjadi bagian dari narasi yang lebih besar, sesuai dengan skenario yang telah dirancang dengan cermat oleh Shiroi di setiap level dungeon.
Namun, malam itu ada sesuatu yang berbeda. Setelah semua petualang beristirahat, tenggelam dalam lelahnya pertempuran hari itu, Dante meninggalkan ruang kendali dan menuju ke ruang dapur. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang kusut ,dokumen tidak penting yang harus dimusnahkan. Tanpa ragu, ia membakar kertas-kertas itu, api kecil menyala dengan cepat, melahap tulisan yang mungkin mengandung informasi penting atau rahasia yang terlalu berbahaya untuk diketahui orang lain.
Di kejauhan, skeleton yang sebelumnya membantu Vergil menyaksikan peristiwa itu dari bayang-bayang. Mata kosongnya, yang tak pernah memperlihatkan emosi, tiba-tiba memancarkan kesedihan. Ia berdiri kaku, seolah-olah mengingat sesuatu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dante, yang merasa tatapan itu, berhenti sejenak. Ia menoleh, pandangannya bertemu dengan skeleton tersebut.
"Ah dirimu ya? Aku baru ingat kalau Vergil mencarimu... temui dia diruang kendali" kata Dante melihat skeleton tersebut
Dengan cepat skeleton tersebut menuju keruang kendali, skeleton tersebut terlihat sedih Dante membakar tumpukan kertas. Sesampainya di ruang kendali Vergil sedang bersama Anastasya dan Takano sedang ngobrol santai karena para petualang sudah mulai memenuhi lantai B4 sepenuhnya. Vergil berbalik dan melihat skeleton tersebut.
"Ah kebetulan kau disini.... Sesuai dengan janjiku, ini sudah ditandatangani oleh Emperor Shiroi secara langsung." kata Vergil menyerahkan tumpukan kertas yang sebeulnya dipakau untuk berkomukasi dengan Emperor Shiroi
"Kau bisa kembali dan simpan tumpukan kertas tersebut.... jangan lupa periksa baliknya." kata Vergil
Skeleton itu kembali ke aula besar di mana para monster berkumpul, bergabung dengan sesama skeleton lainnya. Ada kebingungan dalam langkahnya, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan mengapa kertas yang seharusnya digunakan untuk berkomunikasi dengan Emperor justru dikembalikan kepada dirinya. Namun, di tengah kegelisahan itu, ia memperhatikan sesuatu yang berbeda pada sisi lain kertas yang belum ia periksa. Dengan cepat, skeleton tersebut melihat lebih dekat, dan seketika itu juga ia melompat kegirangan.
Di balik kerutan matanya yang hampa, ada kebahagiaan yang terpancar dari gestur tubuhnya. Kertas-kertas itu bukan sekadar komunikasi biasa—di setiap lembaran tersebut terdapat tanda tangan sang Emperor, bersama pesan khusus yang ditujukan kepada semua skeleton yang bertugas di lantai B4-A. Pesannya sederhana namun penuh makna: ucapan terima kasih dan dorongan semangat untuk terus mempertahankan kinerja bagus mereka. Sang Emperor mengakui kontribusi mereka dalam menjaga dungeon tetap aman dan menantang bagi para petualang yang datang.
Dengan semangat yang tak tertahan, skeleton tersebut segera mengabari rekan-rekannya. Ia berlari dari satu skeleton ke skeleton lain, memberitahukan kabar baik ini. Setiap kali mendengar berita tersebut, sesama skeleton yang bertugas di lantai itu merasa bangga, meskipun mereka tidak bisa menunjukkan ekspresi kegembiraan seperti makhluk hidup, namun ada semacam semangat yang bangkit di antara mereka.
Malam itu, dungeon tetap tenang. Para Caretaker, termasuk Vergil, dan para monster penjaga beristirahat dengan tenang, mengetahui bahwa hari esok mereka harus kembali bekerja seperti biasa. Namun, di antara deretan skeleton di lantai B4-A, ada semacam kebersamaan baru yang muncul, berkat pesan dari sang Emperor yang memperbarui semangat mereka untuk terus melindungi dungeon dengan dedikasi yang tak tergoyahkan.
Subuh itu, seperti biasa, para Caretaker bangun dan mulai bersiap untuk hari yang sibuk. Vergil dan Dante, yang sudah terbiasa dengan rutinitas mereka, memeriksa semua peti harta karun di dungeon yang sebelumnya telah dikosongkan oleh para petualang. Dengan teliti, mereka mengisi kembali peti-peti tersebut, memastikan isinya cukup menarik dan memadai sebagai hadiah bagi mereka yang berani menantang dungeon.
Di sisi lain, para monster juga mulai bersiap di pos masing-masing, menjaga agar semuanya sesuai dengan skenario yang telah dirancang. Mereka tahu bahwa setiap hari adalah tantangan baru, baik bagi mereka maupun bagi para petualang yang masuk. Ada sebuah harmoni tak kasat mata antara kedua pihak, meskipun tujuan mereka berlawanan.
Sementara itu, di ruang kendali, Anastasya sedang mendiskusikan proyek armor dengan Hilda dan Takano. Proyek tersebut berkaitan dengan Dragon Leather Armor, sebuah inovasi yang dicoba oleh Takano. Kulit naga terkenal dengan ketahanan dan kelenturannya, dan Takano berencana menciptakan armor yang tidak hanya kuat tetapi juga ringan, cocok untuk petualang yang mengandalkan kecepatan dalam bertarung. Hilda dengan tekun mendengarkan, menimbang aspek teknis dan praktis dari desain tersebut.
Di sudut lain, Aeka sedang memberikan sedikit pengarahan kepada sekelompok monster tentang sebuah ancaman baru yang semakin sering ditemui di dungeon—Force Swordman. Ia menjelaskan bahwa para petualang ini mampu memadukan teknik pedang dengan sihir secara alami, menghasilkan gaya bertarung yang sangat mematikan. "Mereka menggabungkan kecepatan dan kelincahan seorang swordman dengan kekuatan destruktif sihir," Aeka menjelaskan dengan serius. "Ini membuat mereka jauh lebih berbahaya dibanding swordman biasa."
Para monster mencatat setiap kata dengan hati-hati, menyadari bahwa mereka harus mampu membedakan Force Swordman dari swordman biasa. Meskipun secara penampilan tidak selalu ada perbedaan jelas, Aeka mengajarkan beberapa tanda yang bisa diperhatikan—seperti aura magis yang halus namun terasa ketika Force Swordman mempersiapkan serangan mereka, atau pola gerakan yang sedikit berbeda dari swordman biasa.
Dengan semua persiapan yang matang, dungeon kembali siap menyambut para petualang yang tak sabar untuk menantang bahaya yang tersembunyi di dalamnya. Suasana yang semula tenang kini mulai dipenuhi oleh kegairahan dan ketegangan, pertanda bahwa hari baru akan segera membawa tantangan dan petualangan baru bagi semua yang terlibat, baik penjaga maupun petualang.
Di luar dungeon, suasana mulai hidup ketika Emperor Shiroi tiba dengan rombongan besar yang membawa banyak material dan tenaga kerja. Kedatangannya menandakan dimulainya proyek besar—pembangunan fasilitas penting yang akan mengubah area di sekitar dungeon menjadi lebih teratur dan mendukung para petualang. Dengan ketekunan dan perhatian pada setiap detail, Emperor Shiroi mengambil alih kendali penuh atas pembangunan ini. Ia membuka dua kemah khusus yang memiliki peran penting dalam proses tersebut.
Kemah pertama, yang terbesar, diperuntukkan bagi dirinya sendiri dan para pekerja yang akan membangun fasilitas kota tersebut. Emperor Shiroi memutuskan untuk terlibat langsung dalam pengawasan pembangunan, memastikan bahwa setiap rencana berjalan sesuai jadwal dan standar yang ia tetapkan. Ia juga mulai mendata para petualang yang tertarik untuk membeli tanah dan mendirikan tempat tinggal di sekitar area ini. Dengan cara ini, Emperor Shiroi berharap dapat menciptakan komunitas petualang yang mandiri, sebuah kota kecil yang menjadi pusat aktivitas bagi mereka yang sering menantang dungeon.
Kemah kedua, yang tak kalah penting, adalah kemah medis yang didirikan khusus untuk merawat para petualang dan pekerja yang mengalami kecelakaan. Dalam proyek besar ini, tak jarang ada yang terluka, baik karena kecelakaan dalam pembangunan maupun karena pertempuran dengan makhluk-makhluk dari Haunting Forest. Para pendeta dan shaman yang ditugaskan di sini memiliki kemampuan healing yang sangat kuat, menggunakan berbagai mantra penyembuhan untuk memulihkan para petualang yang terluka dalam waktu singkat. Mereka bekerja tanpa henti, memastikan bahwa kesehatan semua yang terlibat terjaga dengan baik.
Selain itu, Haunting Forest sendiri menyimpan sumber daya yang melimpah. Hutan tersebut menyediakan kayu berkualitas tinggi yang diperlukan untuk pembangunan. Namun, untuk berjaga-jaga jika pasokan kayu menipis atau tidak mencukupi, Emperor Shiroi membawa tim lumberjack khusus. Tim ini bertugas untuk menebang pohon dan mengolah kayu dari Haunting Forest, menjaga keseimbangan antara kebutuhan material dan kelestarian hutan.
Dengan kedua kemah tersebut beroperasi, proyek pembangunan kota mulai berjalan dengan lancar. Suara alat-alat konstruksi bercampur dengan hiruk-pikuk para pekerja yang sibuk. Di tengah-tengah kesibukan, Emperor Shiroi tetap berdiri dengan tenang, matanya tajam mengamati setiap perkembangan.