Setelah pertarungan sengit di lantai B4-A Arudi Dungeon, Princess Selene dan partynya, dalam keadaan kelelahan, tiba-tiba merasakan tarikan sihir yang memindahkan mereka ke depan pintu masuk dungeon. Mereka takjub sekaligus bersyukur, karena pertarungan sebelumnya hampir menghabiskan seluruh stamina dan persediaan mereka. Saat mereka mengumpulkan napas, pandangan mereka tertuju pada Assassin Guild HQ yang berada tidak jauh dari sana, tempat para petualang biasanya berkumpul untuk beristirahat, bertransaksi, dan merencanakan perjalanan mereka selanjutnya.
Princess Selene, menyadari bahwa misinya akan membutuhkan lebih banyak persediaan dan perencanaan, memutuskan untuk bertemu dengan anggota Assassin Guild yang berpengalaman di wilayah tersebut. Dengan bantuan Mara, yang fasih berbahasa Anea Kingdom, mereka berkeliling kota dan belajar tentang kesempatan untuk membeli sebidang tanah. Mara dengan cekatan menjadi penerjemah, menjelaskan detail transaksi kepada Selene dan membantunya memilih lokasi yang strategis, dekat dengan guild dan area pertokoan, untuk dijadikan markas mereka selama berada di Apple Gate Town. Dalam waktu singkat, Selene dan partynya telah memiliki tempat untuk membangun rumah baru, siap untuk beristirahat dan merencanakan strategi lebih lanjut sebelum menjelajah dungeon kembali.
Di dalam Arudi Dungeon, tim lain sudah mulai memasuki level-level lebih dalam. Gideon dan partynya berhasil menembus lantai B4-A dan memasuki B5-A, yang terkenal akan tantangan dan jebakan yang lebih rumit. Setiap lantai memiliki aura yang lebih menakutkan, namun partynya Gideon tampak tangguh dan siap menghadapi apapun yang menanti mereka di kedalaman dungeon.
Dari ruang kendali, Vergil dan Anastasya mengawasi perkembangan dengan cermat. Wajah mereka penuh kepuasan, melihat semakin banyak petualang yang mencapai lantai B5. "Para petualang ini benar-benar mulai menunjukkan kekuatan dan ketahanan mereka," kata Anastasya, mengangguk kecil sambil memandang layar.
Vergil menambahkan, "Jika mereka terus meningkat seperti ini, kita mungkin melihat mereka menjadi bagian penting dalam menghadapi ancaman yang lebih besar di dungeon ini. Arudi Dungeon mulai menarik petualang yang semakin kuat, dan ini menunjukkan bahwa mereka memiliki potensi besar untuk tumbuh."
Melihat kemajuan para petualang, Vergil dan Anastasya merasa harapan baru. Kehadiran Princess Selene telah meningkatkan motivasi para petualang, seolah-olah tujuan mereka menjadi lebih dari sekadar mencari harta, tetapi juga membuktikan diri. Dengan semakin banyaknya orang yang berhasil mencapai lantai-lantai yang lebih dalam, para pengawas dungeon ini menyadari bahwa Arudi Dungeon akan menjadi tempat pembuktian diri bagi mereka yang berani dan gigih.
Di Apple Gate Town, Selene bersama partynya memanfaatkan waktu mereka di Assassin Guild HQ, bertukar informasi dengan petualang lain tentang strategi dan informasi penting mengenai level-level dungeon yang lebih dalam. Semua bersiap menghadapi hari-hari yang lebih menantang, dengan harapan bahwa langkah mereka berikutnya akan membawa mereka lebih dekat pada tujuan yang belum sepenuhnya mereka pahami.
Di kedalaman Arudi Dungeon, rutinitas sibuk berjalan tanpa henti. Aeka dan Takano, yang bertanggung jawab mengisi ulang peti harta karun, bekerja dengan teliti dan cepat. Aeka, yang mengurus peti harta di lantai B1 hingga B3, memilih item-item yang bisa menarik para petualang pemula—senjata dasar, potion penyembuh, dan beberapa bahan sihir sederhana yang dapat membantu mereka dalam perjalanan awal mereka. Setiap peti disusun dengan hati-hati agar tetap menarik namun penuh tantangan.
Takano, di sisi lain, menangani peti-peti di lantai yang lebih dalam, B4 hingga B6. Di sini, isi peti harta karun lebih berharga, namun juga lebih berbahaya. Takano memasukkan perlengkapan langka, seperti senjata bercahaya sihir dan perisai kuat yang hanya bisa digunakan oleh petualang berpengalaman. Beberapa peti bahkan sengaja dipasangi jebakan, sebagai ujian tambahan bagi mereka yang sudah mencapai level ini. Mereka ingin memastikan bahwa hanya petualang yang benar-benar siap yang bisa mencapai dan memanfaatkan perlengkapan ini.
Sementara itu, mini golem yang telah dipersiapkan khusus untuk menjaga kebersihan dungeon dengan diam-diam mengumpulkan senjata-senjata bekas yang ditinggalkan oleh petualang yang menemukan perlengkapan lebih baik. Senjata yang sudah rusak atau tidak berguna dibawa kembali ke tempat Bromir, seorang pandai besi berpengalaman, memperbaiki senjata dan armor metal yang masih layak digunakan. Senjata-senjata itu nantinya akan ditempatkan kembali di peti harta, menambah variasi barang yang bisa ditemukan oleh petualang pemula.
Leather armor dan robe yang telah usang diberikan kepada Hilda, yang ahli dalam memperbaiki dan memperbarui perlengkapan ringan. Dengan tangan terampilnya, Hilda memastikan setiap armor kulit dan jubah memiliki kekuatan dan ketahanan yang cukup sebelum ditempatkan kembali di peti-peti harta di lantai-lantai awal. Dengan kerja sama ini, dungeon terus diperbarui dan tetap menantang bagi siapa pun yang berani masuk ke dalamnya.
Vergil, yang bersama Anastasya di ruang kendali, mengamati pergerakan para petualang dengan seksama. Mereka memperhatikan segala detail—strategi yang digunakan, teknik bertarung, dan kerja sama antar party. Mereka mencatat dengan seksama setiap perubahan dan perkembangan para petualang yang berani memasuki dungeon ini. Hanya mereka yang sudah benar-benar mempersiapkan diri yang berani melakukan petualangan solo di dalam dungeon, dan bahkan para solo adventurer ini datang dengan persiapan dan strategi matang.
Para petualang solo ini memiliki metode unik masing-masing. Beberapa dari mereka berfokus pada ketangkasan dan kecepatan untuk menghindari musuh, sementara yang lain menggunakan kekuatan sihir yang dapat menaklukkan musuh dengan cepat. Ada juga yang memilih pendekatan diam-diam, mengandalkan kemampuan sembunyi untuk bergerak tanpa terdeteksi. Tak sedikit yang berhasil melangkah jauh, bahkan mencapai lantai B5 sendirian, menunjukkan betapa dalam dedikasi mereka untuk menjadi kuat.
"Wah mereka sepertinya mulai mengikuti jejakku." kata Vergil dengan banggak
"Apa karena mereka mulai melakukan perburuan solo?" tanya Anastasya
"Tentu saja, dulu aku kemanapun pasti akan bertualang sendirian." kata Vergil dengan nada senang
"Bedanya apa dengan yang masih dalam party?" tanya Anastasya
"Biasanya mereka yang didalam party tahu kalau mereka bekerja sama memang mereka akan berkembang lebih lama, tetapi mereka akan merasa aman karena saling mendukung satu sama lain." kata Dante yang baru tiba didalam ruang kendali
"Kau tahu pasti dari pengalaman pribadi." kata Anastasya
"Begitulah..." kata Dante
"Lebih tepatnya ini yang selalu aku lakukan, karena aku percaya kalau kau punya kekuatan, kau pasti bisa mengatasi apapun." kata Vergil
"Sudah aku duga kalau kelakukan kalian pasti menular." kata Anastasya.
"Tunggu.... ini serius?!" kata Vergil
"Ada apa?" tanya Anastasya
"Gideon dan party berhadapan dengan Abbysmal Knight." kata Vergil
"Apa mereka serius?" tanya Anastasya
"Sepertinya begitu.... Ronde kedua biasanya akan jadi sedikit balas dendam." kata Vergil
Di dalam ruang kendali Arudi Dungeon, Anastasya dan Vergil memperhatikan dengan cermat pertarungan intens antara Gideon dan partynya melawan Abbysmal Knight Vlademir, sosok Dark Knight yang menunggangi kuda hitam berlapis zirah. Sosok seram dan tenang ini menjaga lantai B4-B6, dikenal sebagai salah satu rintangan terberat yang harus dihadapi oleh para petualang. Vlademir, meskipun dikenal brutal, terlihat tenang dan tak mudah gentar, menunjukkan kekuatan yang membuat lawan-lawannya berpikir dua kali sebelum melanjutkan serangan.
Di medan pertempuran, Gideon dan partynya berada di ambang batas mereka. Masing-masing anggota party, dari penyihir hingga ksatria, telah mengeluarkan semua skill dan sihir yang mereka miliki. Mereka mencoba berbagai strategi, menggabungkan serangan jarak jauh dan dekat, serta memanfaatkan kekuatan sihir untuk merusak pertahanan Dark Knight tersebut. Namun, meski menunjukkan tanda-tanda kelelahan, Vlademir terus mempertahankan ketenangannya, menghadapi serangan-serangan Gideon dan partynya dengan kekuatan yang belum sepenuhnya pudar.
Ketika Gideon merasakan bahwa kekuatan mereka mulai menurun drastis, ia memutuskan bahwa sudah saatnya untuk membuat keputusan sulit. Party-nya berkumpul sekali lagi untuk mengerahkan serangan terakhir, sebuah kombinasi taktik yang mereka harap bisa melampaui pertahanan Vlademir. Namun, dalam momen kritis itu, sang Abbysmal Knight mengerahkan semua sisa kekuatannya untuk menangkis serangan mereka dengan tegas. Cahaya dari sihir dan serangan mereka berbenturan dengan perisai gelap yang dimiliki Vlademir, memancarkan kilatan yang menyilaukan di sekitar mereka.
Gideon segera menyadari bahwa meskipun mereka sudah sangat dekat dengan kemenangan, mereka tidak memiliki cukup tenaga untuk terus melawan. Dengan cepat, ia memerintahkan partynya untuk mundur. Mengeluarkan gulungan shiri, mereka mengaktifkan sihir teleportasi dan dalam sekejap hilang dari pandangan, meninggalkan lantai dungeon yang sunyi, hanya disaksikan oleh Vlademir yang masih berdiri kokoh di tempatnya.
"Ya.... padahal sedikit lagi...." kata Vergil
"Mau bagaimana lagi.... Ronde 2 yang menang adalah Vlademir." kata Anastasya
"Setidaknya sudah dekat.... kalau begitu aku akan bersiap melatih Vlademir lebih lanjut.
Gideon, meskipun telah mundur, kini memiliki pengetahuan berharga. Ia tahu bahwa Vlademir berada dalam batas kekuatannya pada akhir pertempuran itu, dan bahwa mereka hanya membutuhkan sedikit lebih banyak kekuatan atau strategi untuk menang. Kini, ia dan partynya memiliki waktu untuk mempersiapkan diri lebih baik—untuk mengasah keterampilan, mengumpulkan persediaan, dan menyusun strategi baru sebelum kembali menghadapi Abbysmal Knight Vlademir.