"Juga, aku mendengar rumor," kata Valkrieya, suaranya menurun, hampir seperti berbisik, "tentang sebuah party petualang yang... membunuh sesama petualang di dalam dungeon. Mereka tidak hanya menyerang, Master, mereka mengambil semua perlengkapan dari korban mereka. Beberapa cerita mengatakan mereka meninggalkan mayat begitu saja, tanpa rasa bersalah sedikit pun."
Vergil menyipitkan mata, ekspresinya berubah serius. "Aku juga mendengar masalah itu," katanya dengan nada dingin. "Mereka yang melakukan itu bukan hanya melanggar aturan guild, tapi juga merusak keseimbangan dungeon. Kalau mereka masuk lagi ke dalam dungeon kami, aku akan memastikan mereka terdeteksi. Kami tidak akan membiarkan mereka lolos."
Valkrieya mengangguk pelan, matanya masih dipenuhi kekhawatiran. "Aku percaya padamu, Master. Kalau begitu, aku akan pamit dulu. Ada tugas lain yang harus kuselesaikan." Dia berbalik menuju pintu, menyentuh gagangnya sebelum berbalik sebentar. "Jaga dirimu, Master."
Vergil hanya menjawab dengan anggukan, matanya tetap terpaku pada pintu setelah Valkrieya keluar. Dia menghela napas panjang, bersandar pada meja besar di tengah ruangan. Pikirannya berputar-putar, memikirkan rumor itu.
"Dasar petualang zaman sekarang..." gumamnya pelan, suaranya penuh nada tidak pasti
Adegan ini sudah cukup solid, tetapi dengan penambahan detail tentang suasana, dinamika antar karakter, dan emosi yang muncul, ceritanya bisa menjadi lebih mendalam. Berikut adalah versi yang lebih kaya:
Vergil melangkah keluar dari ruangan, menyusul Valkrieya yang telah kembali ke ruang pertemuan sebelumnya. Di dalam ruangan itu, suasana sudah mulai lebih santai. Takano berdiri dengan ekspresi puas, matanya berbinar saat berbicara dengan dua gadis dari party lawan.
"Kemampuan kalian luar biasa," kata Takano sambil melipat tangan di dada. "Tidak banyak yang bisa mengimbangiku dalam pertarungan, apalagi dua orang sekaligus. Kalau diberi waktu, aku yakin kalian bisa jauh lebih kuat."
Sementara itu, Dante duduk santai di sudut ruangan bersama Cassandra dan Mara. Tangannya memainkan sebuah gelas minuman, tatapannya sedikit malas. "Yang aku lawan tidak banyak yang bisa dibanggakan," gumamnya. "Tapi, kemampuan healing-nya cukup bagus untuk mempertahankan party mereka."
Cassandra terkekeh mendengar komentar Dante, sementara Mara hanya mengangkat bahu. "Setidaknya kalian bertemu dengan petualang yang berpotensi," kata Mara sambil tersenyum tipis.
Tidak lama kemudian, Valkrieya kembali berkumpul dengan partynya. Dia menyapa mereka dengan anggukan singkat, memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja. Anggota partynya tampak lega, meski sebagian dari mereka masih terlihat gugup dengan kehadiran para penjaga dungeon.
Vergil, yang berdiri di pintu, mengangguk kecil ke arah Valkrieya sebelum berbalik. Dengan isyarat tangan, dia memanggil Dante dan Takano untuk mengikutinya. Kedua penjaga itu segera bangkit, meninggalkan ruangan bersama Vergil menuju ruang kendali dungeon.
Sesampainya di ruang kendali, atmosfer menjadi serius. Cahaya kristal-kristal magis menerangi meja besar di tengah ruangan, tempat peta dungeon diproyeksikan. Vergil berdiri di ujung meja, menatap peta itu dengan mata tajam.
"Kalian sudah tahu tentang petualang lain yang bereinkarnasi ke dunia ini," kata Vergil, suaranya tegas namun tidak meninggi. "Kecurigaanku ternyata benar. Mereka ada di sini, dan mereka bukan sekadar petualang biasa."
Dante bersandar di dinding, menyilangkan tangan. "Mereka cukup beragam, ya? Ada yang mencari seseorang seperti kau, ada yang hanya ingin bertahan hidup. Tapi dari apa yang Valkrieya katakan... sepertinya beberapa dari mereka punya agenda yang berbahaya."
"Aku lebih khawatir tentang Rogue Adventure Party itu," tambah Takano, matanya menyipit. "Kalau mereka benar-benar memburu petualang lain untuk membunuh dan merampas perlengkapan, mereka bukan hanya ancaman untuk petualang biasa, tapi juga untuk keseimbangan dungeon."
Vergil mengangguk, ekspresinya tetap serius. "Itulah kenapa aku ingin semuanya waspada. Informasi tentang mereka harus segera disampaikan kepada semua pihak terkait. Aeka dan Anastasya akan menjadi yang pertama mengetahuinya. Mereka harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan terburuk."
Hari itu, dungeon berjalan dengan ritme yang hampir seperti biasa, tetapi suasana tetap dipenuhi ketegangan. Lantai-lantai bawah tetap menjadi tantangan besar bagi para petualang, bahkan untuk mereka yang sudah terbiasa dengan ancaman di dalamnya.
Gideon Vanguard terkenal di kalangan petualang, memimpin partynya untuk memeriksa lantai B4-B6. Di sana, seperti yang mereka duga, Abbysmal Knight Vlademir berdiri dengan megah di tengah ruangan. Sosoknya besar dan menakutkan, mengenakan armor hitam pekat yang memancarkan aura gelap, pedangnya yang raksasa tertancap di tanah seolah menantang siapa pun yang berani mendekat.
"Kali ini, kita hampir pasti menang!" seru Gideon sambil mengarahkan tombaknya ke arah Vlademir.
Pertarungan berlangsung sengit. Vlademir bergerak dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan tubuh besarnya, melancarkan serangan bertubi-tubi yang membuat Gideon dan partynya kewalahan. Mereka berusaha sekuat tenaga, menyerang dengan kombinasi serangan jarak dekat dan sihir, tapi Vlademir tetap berdiri kokoh. Saat mereka hampir mematahkan pertahanan sang Abbysmal Knight, energi mereka mulai terkuras.
"Tidak mungkin... dia tidak melemah sama sekali!" teriak salah satu anggota party, seorang mage, yang mulai kehabisan mana.
Menyadari mereka tidak akan bisa menang hari itu, Gideon akhirnya memerintahkan mundur. "Kita kembali! Jangan paksakan diri!" Dengan berat hati, mereka meninggalkan Vlademir yang berdiri diam, seolah mengejek mereka.
Sementara itu, Princess Selena bersama partynya menghadapi tantangan mereka sendiri di lantai yang lebih dalam, B5-C. Musuh mereka adalah Kobolt, makhluk kecil tapi cerdik, yang menyerang dalam jumlah besar. Selena memimpin dengan keberanian luar biasa, memanfaatkan pedang ringannya untuk menangkis serangan. Archer dalam partynya, seorang spesialis perangkap, menjadi kunci untuk menyeimbangkan pertempuran.
"Pasang perangkap di lorong itu! Kita harus memecah gerombolan mereka!" perintah Selena.
Archer itu segera bergerak cepat, memasang jebakan tali dan duri yang memperlambat para Kobolt. Perangkap itu bekerja dengan baik, memberi Selena dan partynya waktu untuk menyerang. Namun, jumlah Kobolt terus bertambah, seolah-olah mereka tak ada habisnya.
"Selena, mereka terlalu banyak! Kita harus mundur!" teriak salah satu anggota party.
Dengan enggan, Selena mengangguk. "Mundur sekarang, tapi jangan sampai terpisah! Kita akan kembali lagi nanti dengan persiapan yang lebih matang."
Saat malam menjelang, para petualang yang masih berada di dungeon mulai mundur satu per satu. Beberapa, seperti Gideon dan Selena, kembali ke Apple Gate Town untuk memulihkan diri. Yang lain memutuskan keluar dari kota untuk mengejar quest di tempat lain, meninggalkan suasana tenang di sekitar dungeon.
Di dalam dungeon, suasana berubah drastis. Tanpa petualang yang masuk pada malam hari, para Dungeon Caretaker juga memutuskan untuk beristirahat. Vergil, Takano, dan Dante kembali ke ruang kendali, menutup hari dengan suasana yang lebih damai dibandingkan biasanya.
Sementara itu, para monster yang bertugas pada siang hari kembali ke sarang mereka untuk beristirahat. Hanya beberapa makhluk penjaga yang tetap siaga di lorong-lorong utama dungeon, memastikan tidak ada yang melanggar aturan di bawah perlindungan para Dungeon Caretaker.
Di Apple Gate Town, suasana di Assassin Guild Tavern menjadi pusat keramaian malam itu. Para petualang berbagi cerita tentang pengalaman mereka di dungeon, dari tantangan di lantai-lantai bawah hingga strategi melawan musuh yang sulit. Nama-nama seperti Vlademir dan kobolt sering disebut, membuat para petualang baru yang mendengar cerita itu merasa gentar sekaligus tertantang. Beberapa para party dari petualang meninggalkan Apple gate Town karena harus melaksanakan quest diluar kota Apple Gate.