Pagi yang sibuk kembali menyelimuti Arudi Dungeon. Para caretaker memulai hari mereka dengan persiapan seperti biasa. Aeka dan Dante, yang bertugas membawa suplai melalui jalur rahasia, memastikan dua truk besar penuh perlengkapan sudah siap diberangkatkan. Sementara itu, Vergil, sebelum naik ke bak truk, merasakan sesuatu yang berbeda.
Sebuah hembusan angin menerpa wajahnya, membawa firasat yang hanya dia kenali saat sesuatu besar akan terjadi. Hembusan itu mengingatkannya pada masa lalu—masa ketika petualangan besar selalu dimulai dengan tanda-tanda kecil seperti ini. Dante, yang memperhatikan perubahan ekspresi Vergil, memanggilnya untuk fokus pada tugas mereka.
"Cepat, Vergil! Kita harus segera kembali sebelum para petualang mulai masuk," kata Dante sambil melambaikan tangan dari kabin truk.
Cassandra dan Aeka, yang sudah siap lebih dulu, memutuskan berangkat terlebih dahulu untuk memastikan jalur aman. Vergil akhirnya naik ke bak truk yang tersisa, dan mereka memulai perjalanan melalui jalur rahasia menuju dungeon.
Setelah perjalanan selama satu jam yang lancar, mereka tiba di pintu masuk Arudi Dungeon. Hilda, bersama para mini golem, sudah menunggu di sana, siap membantu membongkar suplai.
"Selamat datang kembali! Persediaan kita walau masih sangat banyak tetapi baguslah ada tambahan untuk hari-hari sibuk kedepan," kata Hilda sambil tersenyum kecil.
Dengan kerja sama yang terorganisir, suplai dari truk dengan cepat dipindahkan ke gudang perlengkapan dungeon. Para mini golem bergerak cekatan, membawa peti-peti berisi makanan, ramuan, senjata cadangan, dan bahan-bahan lain ke tempat penyimpanan yang sesuai.
Setelah pekerjaan selesai, para caretaker kembali ke ruang kendali untuk memulai rutinitas harian mereka: Vergil dan Dante membuka gerbang utama dungeon, mempersiapkan tempat itu untuk para petualang yang akan datang.Anastasya dan Takano mengatur para monster, memastikan posisi mereka di setiap lantai sesuai dengan strategi pertahanan terbaru.Aeka mengecek kembali laporan dari para mini golem mengenai jebakan dan peti harta karun yang sudah diisi ulang.
"Semua sudah diatur. Tidak ada alasan bagi para petualang untuk tidak merasa tertantang hari ini," kata Anastasya sambil memeriksa denah dungeon yang sudah diperbarui.
Vergil, yang masih merasa terganggu oleh firasatnya, berdiri diam di depan layar kristal besar yang menunjukkan aktivitas di lantai B1. "Tetap waspada. Aku merasa sesuatu akan terjadi hari ini."
"Firasat lagi?" tanya Takano sambil mengangkat alis.
Vergil hanya mengangguk, matanya tetap fokus ke layar. "Lebih dari sekadar firasat. Aku tidak tahu apa, tapi angin tadi pagi terasa berbeda."
Para caretaker saling bertukar pandang, namun mereka memutuskan untuk tetap menjalankan tugas mereka seperti biasa—meskipun, di dalam hati, mereka tahu firasat Vergil jarang salah.
Malam itu, suasana ruang istirahat para caretaker terasa hangat, meski sedikit dipenuhi rasa penasaran. Vergil, yang duduk bersandar di salah satu sudut ruangan dengan cangkir teh di tangan, merasa tatapan dari teman-temannya semakin intens.
"Aku tahu kau pasti merasa seperti mendapat panggilan untuk bertualang," kata Dante sambil menyenggol lengan Vergil dengan santai.
Aeka, yang duduk di dekat mereka, tersenyum kecil. "Hee... hanya Kakak Vergil saja yang merasakan? Apa kami terlalu sibuk hingga tak menyadari?"
Anastasya memiringkan kepala, tatapan matanya menunjukkan kebingungan. "Panggilan bertualang? Apa itu semacam firasat khusus?"
Vergil tertawa ringan, menyesap teh sebelum menjawab. "Rasanya lebih seperti insting. Kadang aku hanya merasa kalau ada dunia yang memanggilku, meminta untuk dijelajahi. Sebagai petualang lintas dunia dan dimensi, banyak tempat yang ingin aku lihat, banyak rahasia yang ingin aku pecahkan."
Dante, dengan sikap tenang tapi penuh perhatian, menatap langsung ke mata Vergil. "Kali ini apa yang kau rasakan?"
Vergil menggeleng, ekspresinya masih tidak yakin. "Entahlah... Aku butuh waktu semalaman untuk merenung dan mencari tahu apa sebenarnya ini, atau di mana tempatnya."
Anastasya, yang masih baru dengan segala hal tentang Ragnaros, bertanya dengan penasaran, "Tapi kenapa harus angin? Apa ini semacam tradisi?"
Sebelum Vergil sempat menjawab, Takano, yang tampak lebih santai, menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Di keluarga Ragnaros, angin yang berhembus selalu membawa pertanda petualangan besar. Kalau yang merasakan hanya satu orang, itu artinya petualangan itu bersifat pribadi. Tapi kalau lebih dari satu orang yang merasakan, itu berarti akan ada petualangan yang sangat menarik, bahkan berbahaya."
"Ah, benar juga," Anastasya terdiam sejenak, baru memahami sesuatu. "Aku baru sadar kalau nama keluarga kalian adalah Ragnaros. Kenapa tidak pernah membahas ini sebelumnya?"
Vergil melambaikan tangannya dengan santai, menunjukkan ketidaksukaannya pada pembahasan itu. "Aku tidak suka ketika nama keluarga disebut. Aku lebih senang dianggap sebagai petualang biasa. Lebih menyenangkan bertemu orang-orang tanpa harus membawa gelar kerajaan."
Dante, dengan nada sedikit bercanda tapi serius, menepuk bahu Vergil. "Kalau kau sudah menemukan di mana dan apa petualangan itu, aku akan mengirim surat ke Emperor untuk mencari penggantimu sementara waktu."
Vergil hanya mengangguk, meletakkan cangkir tehnya ke meja. "Baiklah kalau begitu. Aku akan mulai bermeditasi untuk mencari tahu. Paling tidak, semoga jawabannya jelas sebelum pagi."
Semua yang ada di ruangan mengangguk dalam diam, memberikan ruang bagi Vergil untuk masuk ke dalam pikirannya. Malam itu, suasana terasa penuh dengan antisipasi, seolah hembusan angin yang Vergil rasakan membawa lebih dari sekadar panggilan—tetapi juga awal dari sesuatu yang besar.
Setelah para Caretaker memutuskan untuk istirahat, Vergil keluar dari arudi dungeon dan duduk dengan tenang di atas batu besar di tengah Hounting Forest, hutan yang dipenuhi suara kehidupan malam. Burung hantu melayang sunyi di atas, rubah melintas dengan langkah ringan di antara semak-semak, dan suara rusa yang sesekali terdengar dari kejauhan memberikan suasana damai. Meski gelap, mata Vergil bersinar lembut, mencerminkan fokusnya yang mendalam. Angin malam kembali berhembus, menerpa wajahnya, seolah membawa pesan yang hanya bisa dia pahami.
Dia memejamkan mata, meresapi setiap tiupan angin, membiarkan pikirannya tenggelam ke dalam meditasi. Perlahan, dunia di sekitarnya menghilang, digantikan oleh bayangan dunia lain. Sebuah dunia yang berbeda dari Magnacarta VII, dunia yang hanya mengenal pedang dan sihir. Tidak ada senjata api, dan teknologi modern tampak asing, hampir mitos bagi dunia itu.
Vergil melihat medan perang terbuka, di mana para ksatria bertarung dalam formasi sempurna, sihir meledak di udara, dan naga kadang muncul sebagai senjata perang. Namun, perang di dunia itu tampak aneh baginya. Tidak ada tipu muslihat atau strategi rumit. Peperangan terjadi hanya karena alasan sepele—dari hewan ternak yang melanggar batas wilayah hingga raja-raja yang berselisih hanya karena perbedaan pendapat tentang warna bendera atau nama wilayah. Kekacauan seolah menjadi hukum alam di dunia itu.
Namun, di tengah kekacauan itu, ada sebuah cahaya. Seorang Empress memimpin sebuah Empire yang makmur dan damai. Sang Empress tampak berbeda dari semua pemimpin lainnya. Dia berpikir rasional, mengambil keputusan berdasarkan kebijaksanaan, dan membangun negaranya dengan pondasi yang kokoh. Di bawah kepemimpinannya, rakyat hidup dengan tenang, perdagangan berkembang, dan seni budaya meluas.
Vergil dapat merasakan kehadiran yang kuat dari sang Empress. Sosoknya tidak hanya memancarkan aura kekuatan, tetapi juga keabadian. Dia adalah seorang Immortal, yang telah hidup lebih lama daripada sejarah banyak kerajaan di dunia itu. Hanya satu organisasi yang tampak mampu berdiri sejajar dengan kekuatan Empire-nya, yaitu sebuah Gereja internasional yang memiliki pengaruh besar di dunia itu. Namun, Vergil juga merasakan ketegangan antara keduanya, seolah-olah keseimbangan yang rapuh dapat runtuh kapan saja.
Vergil membuka matanya, napasnya teratur meski pikirannya penuh dengan bayangan dunia itu. "Sebuah panggilan," gumamnya pelan. Angin malam kembali berhembus lembut, seperti mengiyakan kata-katanya. Dunia itu terasa seperti membutuhkan sesuatu—atau mungkin seseorang—untuk menyeimbangkan kekacauan yang ada. Vergil tahu, panggilan ini bukan sekadar firasat; ini adalah takdir yang menunggunya untuk dijawab.
Vergil segera membuka matanya dan kembali kedalam Arudi Dungeon, Vergil segera istirahat dan memikirkan apa yang akan dia lakukan. Malam berlangsung seperti biasa, para petualang yang berusaha menantang Arudi Dungeon istirahat juga. Mereka senang karena bisa kembali berlatih setelah sehari libur, ada yang beruntung bisa menembus level B7-A ada, yang mendapat perlengkapan yang lebih baik, ada juga yang tertidur terkena jebakan gas tidur.
Malam itu, suasana Arudi Dungeon kembali normal setelah sehari libur. Di dalam, suasana sunyi dihiasi cahaya redup dari kristal mana yang tersebar di dinding-dinding dungeon. Petualang-petualang yang mencoba peruntungan mereka sepanjang hari sudah beristirahat di berbagai penginapan di Apple Gate Town. Mereka tampak puas dengan hasil hari itu—beberapa berhasil menembus lantai yang lebih dalam, seperti B7-A, yang semakin mendekatkan mereka ke rahasia Arudi Dungeon.
Ada petualang yang beruntung menemukan senjata baru di dalam peti harta karun tersembunyi, sementara yang lain puas dengan armor yang lebih kuat yang mereka ambil dari drop monster. Namun, tidak semua seberuntung itu. Beberapa petualang terjebak dalam perangkap gas tidur yang dipasang ulang oleh Dante, membuat mereka pingsan sementara dan kehilangan sebagian waktu eksplorasi mereka. Meski begitu, tidak ada keluhan berarti—mereka semua tahu ini adalah bagian dari tantangan.
Sementara itu, Vergil kembali ke ruang istirahat para Caretaker setelah menyelesaikan meditasinya di Hounting Forest. Dia mencoba beristirahat, meskipun pikirannya masih penuh dengan bayangan dunia lain yang dia rasakan saat bermeditasi. Dunia pedang dan sihir itu terus bermain di benaknya, membangkitkan keinginan lamanya sebagai petualang lintas dimensi. Meski sudah memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat, hatinya tahu bahwa takdir sedang mengarahkannya ke perjalanan baru.
Dante, Aeka, Takano, dan Anastasya juga sudah terlelap di kamar masing-masing, menikmati malam yang damai setelah hari yang sibuk. Mini Golem yang bertugas malam itu memastikan bahwa semua mekanisme dungeon berjalan dengan baik, mulai dari jebakan hingga pengelolaan ruang monster.
Di kejauhan, dari lantai terdalam dungeon, suara Abbysmal Knight Vlademir terdengar samar-samar, seolah melantunkan nyanyian perang yang menggema di dinding batu, memberikan atmosfer tegang sekaligus penuh misteri. Meskipun tidak ada petualang yang menantang dungeon di malam hari, Arudi Dungeon tetap hidup, selalu siap untuk tantangan baru esok hari.
Keesokan harinya, pagi yang cerah di Assassin Guild menjadi momen penting bagi para Caretaker Arudi Dungeon. Setelah Vergil memberi tahu apa yang ia alami, keputusan telah diambil. Surat yang dikirimkan Dante kepada Emperor Shiroi menerima tanggapan cepat, dan kini semuanya berkumpul untuk menyaksikan pengumuman resmi.
Emperor Shiroi, berdiri dengan aura kewibawaan, melanjutkan pengantar. "Paman Vergil, petualanganmu telah membawa banyak manfaat bagi kerajaan ini. Namun, aku tahu bahwa instingmu sebagai petualang tak bisa diabaikan. Untuk itu, aku telah menyiapkan penggantimu. Izinkan aku memperkenalkan seseorang yang istimewa."
Sosok berpakaian armor emas ringkas, membawa senjata kombinasi tombak dan pistol kaliber besar, melangkah maju. Reign Asmodea, dengan rasa hormat yang dalam, langsung berlutut di hadapan Dante. "Master Dante, aku hadir seperti yang Anda instruksikan. Mohon arahannya."
Dante, yang sedikit tersenyum, mengambil senjata dari tangan Reign. "Ah, senjata ini... Power weapon-ku. Sudah lama sekali sejak aku melihatnya. Kau melakukannya dengan baik, Reign."
Anastasya, yang dikenal dengan ketelitiannya, langsung memberikan pengarahan kepada Reign. "Tugas utamamu adalah memastikan lantai B4 hingga B6 tetap berjalan lancar. Pastikan semua peti harta karun diisi ulang, dan pantau lantai B7-A, yang baru saja dijelajahi. Selain itu, kau juga akan menangani masalah keamanan dungeon."
Reign mengangguk tegas. "Baik, Nona Anastasya. Aku telah menerima pengarahan awal dari Emperor Shiroi, meski harus kuakui, bekerja sama dengan monster adalah hal baru bagiku."
Aeka menyahut sambil tertawa kecil. "Kau akan terbiasa, seperti kami dulu. Bahkan, kau mungkin akan menikmatinya."
Takano menimpali dengan antusias, "Jangan khawatir, Reign! Melatih monster itu menyenangkan. Aku bahkan berbagi trik bertarung dengan mereka. Mereka belajar dengan cepat, kau akan terkejut!"
Reign tertawa kecil. "Kalau begitu, aku akan mengikuti saran kalian. Mohon bimbingannya."
Cassandra, mewakili pihak istana, mengumumkan secara resmi. "Dengan ini, Prince Vergil secara resmi dibebastugaskan dari perannya sebagai Caretaker Arudi Dungeon. Reign Asmodea akan menggantikannya mulai hari ini. Kami berterima kasih atas dedikasi luar biasa dari Prince Vergil selama ini."
Vergil berdiri tegak, memberikan pesan terakhir. "Reign, ingatlah bahwa dungeon ini bukan sekadar tempat uji coba bagi para petualang. Ini adalah rumah, tempat perlindungan, dan juga medan ujian. Jaga kehormatannya, dan bertindak tegas terhadap pelanggaran."
Mara menambahkan, "Kebetulan, kami mendapat laporan bahwa ada kelompok petualang bermasalah yang sedang menuju dungeon. Ini bisa menjadi ujian pertamamu."
Reign mengepalkan tangan dengan semangat. "Aku siap! Jika mereka mengganggu kedamaian dungeon, aku tak akan ragu untuk bertindak."
Sore itu, semua berjalan lancar. Pergantian peran berlangsung dengan lancar, membawa semangat baru bagi Arudi Dungeon. Sementara itu, Vergil bersiap meninggalkan tempat yang telah menjadi rumahnya, menatap ke arah petualangan besar yang menantinya.