Chapter 17 - Dungeon Day off

Pagi di Aruldi Dungeon selalu dimulai lebih awal bagi para penjaga dungeon. Setiap Caretaker memiliki kebiasaan yang mencerminkan peran mereka, bekerja dalam harmoni seperti roda gigi dalam mesin yang kompleks.

Dante adalah yang pertama bangun, hanya berselisih beberapa menit dengan Vergil. Kebiasaannya adalah menuju gudang persediaan, sebuah ruangan besar yang diatur dengan rapi oleh para mini golem. Rak-rak kayu diisi dengan berbagai perlengkapan seperti ramuan penyembuh, senjata cadangan, perangkap, dan material crafting.

"Baik, mari kita periksa," gumam Dante sambil memeriksa daftar inventaris yang diserahkan oleh salah satu golem. Ia berjalan di antara rak, memastikan setiap item berada pada tempatnya. "Mana ramuan yang kuperintahkan untuk diperbanyak minggu lalu?"

Salah satu mini golem berwarna biru muda berlari kecil membawa kotak berisi vial kaca. Dante mengangguk puas. Setelah selesai memeriksa, ia melanjutkan rutinitasnya di area pelatihan, tempat ia mengasah kemampuan bertarung dengan sparring dummy yang dibuat oleh golem-golem itu.

Vergil, di sisi lain, lebih senang menghabiskan pagi dengan melibatkan diri dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan dungeon secara langsung. Ia sering membantu para mini golem di ruang panen, sebuah area khusus di mana disposable goblin ditanam dan dipanen untuk mengisi kembali populasi monster dungeon. Goblin ini dirancang untuk bertahan dan dengan mudah dibunuh, walaupun mereka semua punya kesadaran dan personalitas masing-masing.

"Siram lebih hati-hati," kata Vergil sambil memeriksa proses panen. "Kalau terlalu banyak air, mereka tidak akan berkembang sempurna."

Setelah memastikan semuanya berjalan baik, ia sering menuju bengkel senjata, tempat para golem pandai besi menghasilkan berbagai macam senjata dari bahan-bahan yang dibuang oleh para petualang. Ia memeriksa kualitas setiap bilah, mencatat mana yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan.

Aeka dan Takano biasanya bangun setelah Dante dan Vergil. Keduanya langsung menuju arena latihan yang terletak tidak jauh dari ruang Monster Hall. Latihan pagi mereka penuh semangat, dengan Aeka berfokus pada serangan jarak jauh, sementara Takano mengasah teknik bertarung jarak dekatnya.

Setelah itu, mereka bersama-sama menuju dapur untuk menyiapkan sarapan bagi semua Caretaker. Takano biasanya mengambil peran utama sebagai koki, sementara Aeka membantu dengan menyiapkan bahan-bahan. Aroma lezat sering menyebar di lorong dungeon, menarik perhatian bahkan para monster.

Setelah sarapan, para Caretaker bergantian mandi di sebuah area berburu monster yang berisi danau dan sungai buatan. Air di sana dimurnikan secara otomatis oleh mana dari Dungeon Core, memastikan kebersihannya setiap saat.

"Air ini selalu terasa segar," kata Takano sambil mencuci wajahnya. "Sungguh keajaiban dari Dungeon Core."

Vergil, yang biasanya mandi terakhir, sering memanfaatkan waktu ini untuk merenungkan atau mengamati kebiasaan monster-monster yang berkeliaran di sekitar area berburu.

Sementara yang lain sibuk dengan tugas pagi mereka, Anastasya adalah satu-satunya yang bangun lebih awal dari Dante dan Vergil. Ia menghabiskan waktu di ruang kendali, mengerjakan laporan harian yang mencatat semua kejadian di dalam dungeon. Dari aktivitas petualang hingga kondisi para monster, semuanya tercatat rapi dalam buku besar yang terhubung langsung dengan Dungeon Core.

"Seperti biasa, lantai B4-B6 menarik perhatian banyak petualang," gumamnya sambil mencatat hasil pertempuran kemarin melawan Vlademir. "Namun, tidak ada yang cukup kuat untuk melewati batas itu."

Anastasya sering menjadi orang pertama yang menyelesaikan tugas pagi, memastikan semuanya siap sebelum para Caretaker lainnya mulai bekerja.

Sejak matahari mulai menyinari langit pagi, rombongan petualang dari berbagai tingkatan mulai berdatangan. Ada kelompok pemula, yang datang dengan semangat tinggi untuk mengasah kemampuan mereka. Dengan perlengkapan seadanya, mereka sering kali terlihat gugup namun antusias.

"Ayo, kita hanya perlu melewati lantai pertama! Jangan sampai terluka," ujar seorang pemula, mengencangkan tali pedangnya.

Di sisi lain, petualang veteran dengan nama besar, seperti Gideon Vanguard, tampak lebih percaya diri. Gideon dan partynya berdiri di salah satu sudut, mendiskusikan rencana untuk kembali menantang Abbysmal Knight Vlademir di lantai B4-B6.

"Strategi kita kemarin hampir berhasil. Kali ini, kita harus memastikan koordinasi lebih baik," kata Gideon sambil memeriksa tombaknya yang bersinar keemasan.

Sementara itu, Princess Selena dan partynya menarik perhatian banyak orang. Dengan rambutnya yang memancarkan cahaya perak, Selena memimpin kelompoknya dengan anggun. Archer spesialis perangkap di partynya terlihat sibuk menyiapkan alat-alat perangkap, sementara anggota lainnya mempersiapkan mantra.

"Kali ini, para Kobolt akan jatuh ke dalam jebakan kita," ujar Selena dengan percaya diri.

Hari itu, Aruldi Dungeon berjalan seperti biasa dengan para petualang yang sibuk menantang berbagai lantai, sementara Dungeon Caretaker bekerja keras menjaga keseimbangan tantangan yang ada. 

Dante, dengan cloaking device canggih yang memungkinkannya tak terlihat, bergerak cepat di lantai B1-B3. Ia memastikan bahwa peti harta karun yang sudah ditemukan para petualang diisi kembali dengan item yang bervariasi, mulai dari ramuan, logam langka, hingga aksesori sihir.

Selain itu, jebakan yang telah dipicu oleh para petualang diperiksa dan diperbaiki. Dante dengan cekatan memasang ulang perangkap mekanik pada kunci peti harta karun, jebakan gas tidur yang sudahy dipersiapkan disetiap lantai sudah disesuaikan takarannya

"Tidak boleh ada jebakan yang terlalu mudah ditebak," gumamnya sambil mengatur ulang glyph sihir pada lantai B2.

Setiap jebakan dirancang dengan cermat untuk menantang sekaligus menghibur para petualang tanpa membuat mereka kehilangan semangat.

Di lantai yang lebih dalam, Vergil bertugas untuk memastikan petualang yang lebih kuat tetap mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ia mengisi ulang peti harta karun di lantai B4-B6 dengan item yang lebih berharga, seperti senjata berkualitas tinggi, artefak sihir, dan bahan crafting langka.

Meski begitu, Vergil tidak sembarangan. Di lantai B5, yang terbagi menjadi B5-A hingga B5-E, ia menjaga satu rahasia besar: sebuah senjata legendaris yang dia dan Bromir, seorang pandai besi golem, tempa dari logam meteor.

Senjata ini disembunyikan di dalam peti harta karun di ruang rahasia, dijaga ketat oleh sekelompok Kobolt Elite yang sangat agresif. Berbeda dari Kobolt biasa, Kobolt Elite di lantai ini memiliki taktik bertarung yang lebih terorganisir, seperti menyerang dalam formasi atau menggunakan senjata sederhana yang diperoleh dari peti-peti sebelumnya.

Sementara Kobolt terus mempertahankan lantai B5 dengan keberanian luar biasa, para petualang semakin penasaran dengan misteri di balik keberanian mereka. Semangat kompetitif tumbuh di antara petualang veteran dan pemula, semua berusaha mengungkap rahasia Aruldi Dungeon dan mungkin menjadi yang pertama mendapatkan senjata meteor yang tersembunyi di lantai itu.

Namun, baik Vergil, Dante, maupun Caretaker lainnya tahu bahwa ini hanyalah awal. Mereka terus memantau, memastikan bahwa Aruldi Dungeon tetap menjadi tantangan yang memikat, adil, dan penuh kejutan.

Malam itu, di ruang kendali Aruldi Dungeon, suasana berubah ketika Anastasya membaca surat resmi yang baru saja tiba. Takano, yang baru saja mengeluhkan jadwal yang padat, segera bangkit dengan penuh semangat mendengar kabar tak terduga ini.

Takano, yang duduk santai sambil meregangkan badan, mengeluh, "Wah, lelahnya… ingin sekali rasanya bisa libur, walau cuma sehari."

Aeka, yang sedang mengecek daftar jadwal monster, menimpali sambil tersenyum kecil, "Mau bagaimana lagi. Aruldi Dungeon selalu ramai. Kalau pun ingin keluar, mungkin hanya bisa malam hari lewat jalur Assassin Guild."

Takano memasang wajah cemberut, lalu berkata dengan nada datar, "Pokoknya aku mau libur."

Aeka hanya tertawa kecil, tapi kemudian mereka terdiam mendengar suara reaksi Anastasya yang tiba-tiba. "Eh?"

Takano menoleh dengan rasa ingin tahu, "Ada apa?"

Anastasya mengangkat surat dengan segel emasnya, tanda resmi dari Istana Kainaldia. Dengan nada serius, dia menjelaskan, "Emperor Shiroi dan Master meminta kita semua datang ke istana besok pagi. Commander Axel akan datang langsung untuk menjemput."

Mendengar itu, Takano dan Aeka saling berpandangan, "Tumben sekali Shiroi memanggil kita," kata Takano sambil mengerutkan alis. "Apa ini terkait sesuatu yang besar?"

Aeka mengangguk setuju, "Mungkin saja. Kalau mengingat rencana Shiroi dan Master, bisa jadi ini tentang dungeon kedua yang mereka rencanakan."

Anastasya, yang kini duduk sambil membaca surat itu lebih detail, menambahkan, "Benar, mereka memang berencana membuka lima dungeon di seluruh kekaisaran. Kalau Aruldi adalah yang pertama, masuk akal jika kita diminta membantu mempersiapkan yang berikutnya."

Sebelum Aeka sempat menambahkan sesuatu, Takano melompat dari kursinya sambil bersorak, "LIBUR!! Akhirnya libur!"

Aeka dan Anastasya hanya tertawa kecil, sementara Dante dan Vergil, yang baru saja masuk ruangan, mendengar keributan itu. Dante menggeleng pelan sambil berkata, "Kita lihat saja, Takano. Libur atau tidak, biasanya istana punya kejutan lain untuk kita."

Vergil dan Dante bergerak dengan cekatan menuju lantai B1, menutup pintu masuk utama dungeon menggunakan mekanisme sihir yang terhubung langsung dengan Dungeon Core. Dengan pintu tertutup, tidak ada petualang yang bisa masuk, dan hanya mereka yang memiliki izin khusus yang dapat melewati perlindungan ini.

Sementara itu, Anastasya dan Aeka menuju Assassin Guild untuk memberi tahu Cassandra dan Mara bahwa Aruldi Dungeon akan ditutup sementara selama sehari penuh. Kabar itu diterima dengan sedikit kekecewaan, tetapi Cassandra dan Mara memahami situasinya.

Di dalam dungeon, Takano mengambil peran terakhir. Dia mengumpulkan semua monster penjaga dan memberi tahu bahwa mereka akan memiliki waktu istirahat penuh selama penutupan. Para monster tampak lega, bahkan beberapa mulai berbicara tentang menikmati waktu bebas mereka untuk memperbaiki persenjataan atau sekadar bersantai.

Saat fajar menyingsing, mereka semua sudah bersiap. Commander Axel tiba tepat waktu dengan APC (Armored Personnel Carrier) yang dirancang khusus untuk perjalanan cepat dan aman melalui rute rahasia yang terhubung langsung ke istana.

Perjalanan berlangsung lancar dan tidak memakan waktu lama. Jalur rahasia ini dirancang oleh kekaisaran untuk menghindari perhatian publik, sehingga mereka tiba di istana tanpa hambatan.

Saat Vergil dan rombongan masuk, Shiroi menyambut mereka dengan senyuman tenang, tetapi sorot matanya menunjukkan keseriusan.

"Selamat datang. Aku yakin kalian sudah mendengar alasanku memanggil kalian ke sini," kata Shiroi sambil berdiri dari kursinya.

Vergil melangkah maju, memberi hormat singkat, "Kami sudah menduga ini tentang perluasan dungeon kedua, Yang Mulia."

Shiroi mengangguk, "Tepat. Tapi ada lebih dari itu. Informasi tentang reinkarnator yang kalian laporkan telah mencapai telingaku, dan aku khawatir beberapa dari mereka memiliki rencana yang bisa mengancam kestabilan kekaisaran."

Ucapan itu membuat suasana menjadi lebih serius. Alexhandra menambahkan, "Dungeon kedua akan menjadi ujian besar. Tidak hanya untuk mengelola tantangan baru, tetapi juga untuk memantau mereka yang mungkin memiliki niat tersembunyi."

Saat diskusi berlangsung, Anastasya menatap salah satu adik seperguruannya yang berdiri di sisi Arc Wizard Alehandra. Wanita itu mulai melepas jubahnya, mengungkapkan wajah dan penampilannya.

"Eh? Alice?" seru Anastasya dengan nada terkejut.

Vergil dan Dante memutar kepala mereka ke arah wanita tersebut. Rambut perak gelap yang panjang, pakaian dan armor hitam, serta pedang magis di tangannya menarik perhatian mereka. Vergil dengan cepat menyadari bahwa wanita ini adalah seorang magical swordsman, dengan aura sihir yang jauh lebih kuat dibanding teknik pedangnya.

Namun, Dante lebih berhati-hati. Dia memfokuskan kemampuannya untuk memeriksa jiwa wanita itu. Setelah beberapa saat, dia merasa lega karena jiwa Alice bukan salah satu yang dikenalnya dari dunia sebelumnya. Meski begitu, dia tetap waspada, terutama karena peringatan dari Valkrieya mengenai reinkarnator lain yang mungkin berbahaya.

Alice tersenyum kecil pada Anastasya.

"Lama tak bertemu, kakak seperguruan. Sepertinya kau masih mengemban tugas berat, seperti biasa."

Sementara itu, Arc Wizard Alehandra melanjutkan pembahasan mengenai rancangan dungeon kedua. Dengan sihir, dia menampilkan peta besar 15 lantai yang akan menjadi dasar desain dungeon tersebut.

Takano dan Anastasya segera mengenali pola-pola yang mereka buat sebelumnya.

"Ah, ini bagian dari desain yang tidak digunakan untuk Arudi Dungeon," ujar Takano dengan senyum bangga.

"Aku ingat, desain ini memang cocok untuk dungeon bertema pantai dan guha bawah laut," tambah Anastasya.

Vergil dan Aeka menambahkan bahwa dari 580 desain awal yang mereka buat, sebagian besar memang disiapkan untuk digunakan pada dungeon-dungeon mendatang. Keputusan menggunakan desain lama dianggap tepat, karena mempercepat persiapan tanpa mengorbankan kualitas.

Saat Alehandra menyelesaikan presentasinya, Emperor Shiroi memberikan isyarat.

"Sekarang, aku ingin memperkenalkan beberapa anggota keluarga kerajaan yang akan membantu mengawasi proyek ini."

Pintu aula terbuka, dan empat orang masuk. Dua wanita muda dengan rambut hitam panjang melangkah masuk terlebih dahulu. Vergil dan Dante mengenali mereka seketika—Kazumi dan Izumi, adik kembar mereka.

Kazumi tersenyum lembut, "Kakak Vergil, kakak Dante, sudah lama sekali. Aku tidak menyangka kalian tetap seperti ini... tetap dingin dan serius."

Izumi menambahkan dengan nada menggoda, "Tapi setidaknya sekarang kalian punya tanggung jawab yang lebih menarik."

Dante hanya mengangguk kecil, "Kalian tumbuh dengan baik," katanya, sedikit lebih lembut dari biasanya.

Di belakang mereka, dua pria menyusul masuk—Kyoshiro dan Creed. Kyoshiro, dengan auranya yang tenang dan penuh wibawa, memberikan senyuman tipis. Sementara Creed, yang lebih santai, memberikan lambaian kecil.

"Vergil, Dante," sapa Kyoshiro. "Sepertinya kalian selalu sibuk. Kalian benar-benar cocok sebagai penjaga dungeon."

Vergil tersenyum tipis, "Kami hanya menjalankan tugas."

Creed tertawa kecil, "Sepertinya reuni keluarga ini lebih hidup dari yang aku bayangkan."

Vergil melihat ke Creed tersenyum, "Sepertinya kau juga akan sibuk Creedo...." 

Creed hanya tertawa kecil.

Setelah diskusi panjang di istana, Lord Draven memimpin pertemuan yang lebih terfokus antara Emperor Shiroi, para caretaker Arudi Dungeon, dan calon caretaker untuk dungeon kedua. Dalam pertemuan tersebut, para caretaker dari Arudi Dungeon berbagi pengalaman mereka, mulai dari pengelolaan jebakan hingga penanganan monster dan menjaga keseimbangan ekosistem dungeon.

Anastasya dengan teratur memberikan laporan detail mengenai bagaimana menjaga hubungan antara dungeon dengan para petualang untuk menarik perhatian lebih banyak pihak tanpa kehilangan kesan tantangan. Sementara itu, Takano dan Aeka menceritakan pentingnya rotasi monster dan jebakan agar dungeon tetap menarik. Vergil dan Dante menjelaskan strategi keamanan yang memastikan para reinkarnator atau pihak-pihak yang mencurigakan dapat dideteksi tanpa mengganggu operasional harian.

Setelah berbagi pengalaman, para caretaker Arudi Dungeon akhirnya dipersilakan untuk meninggalkan ruang rapat, sementara pembahasan berlanjut dengan para calon caretaker dungeon baru.

Vergil, yang ingin memastikan para caretaker mendapatkan waktu istirahat yang layak, segera mengajak timnya berkeliling ke Dark Village—sebuah desa yang menjadi tempat interaksi antara penduduk lokal dan para petualang. Anastasya, yang baru pertama kali benar-benar menjelajahi desa itu, terlihat sangat tertarik dengan keramaian dan keunikan Dark Village.

Di siang hari, Dark Village dipenuhi suara tawa dan percakapan hangat antara petualang dan penduduk. Restoran-restoran lokal menawarkan makanan khas dengan aroma yang menggoda. Takano tampak sibuk mencicipi berbagai camilan, sementara Aeka asyik berbicara dengan beberapa pedagang lokal, memuji kerajinan tangan mereka.

"Tidak kusangka tempat ini begitu hidup," ujar Anastasya, matanya berbinar saat melihat seorang anak kecil memainkan alat musik tradisional di salah satu sudut jalan.

Vergil tersenyum tipis.

"Dark Village adalah wajah lain dari dunia ini. Bukan hanya perang atau kekuatan, tetapi juga keharmonisan. Tempat ini menjadi bukti bahwa bahkan di tengah tantangan, kehidupan tetap berlanjut."

Di malam hari, suasana desa semakin memikat. Lampu-lampu magis yang menerangi jalan menciptakan suasana yang hangat dan damai. Para caretaker memutuskan untuk makan malam bersama di salah satu restoran terkenal di desa itu. Dante, meskipun biasanya pendiam, bahkan ikut terlibat dalam percakapan santai tentang makanan favorit mereka.

Setelah menikmati hari libur singkat mereka, para caretaker Arudi Dungeon akhirnya kembali ke pos mereka masing-masing di desa. Vergil, dengan pandangan serius, mengingatkan timnya.

"Besok kita kembali ke dungeon. Tetap fokus pada tugas kita, terutama dengan semua informasi baru yang kita dapatkan hari ini."

Takano, yang sudah merasa cukup santai setelah menikmati liburan singkatnya, mengangguk penuh semangat, "Aku sudah siap kembali! Tapi semoga tidak langsung sibuk lagi..."

Aeka tersenyum kecil, "Itu harapan yang sulit, Takano."

Anastasya, sambil memeriksa catatannya, menambahkan, "Kita mungkin punya waktu yang sangat singkat sebelum para petualang mulai menantang dungeon lagi. Gunakan waktu itu untuk mempersiapkan jebakan dan memperbarui strategi."

Dengan suasana hati yang lebih ringan, mereka semua akhirnya beristirahat, siap untuk kembali ke rutinitas mereka di hari berikutnya. Sementara itu, di kejauhan, Dark Village tetap hidup dalam keramaiannya, menyimpan berbagai kisah dari petualang dan penduduknya.