Shiroi mengamati pembangunan beberapa bangunan dengan tatapan tajam, memperhatikan setiap detail konstruksi. Meskipun material yang ia bawa dari luar terbatas, kedatangan tim lumberjack memberi fleksibilitas tambahan. Tim lumberjack bekerja tanpa lelah, menebang pohon di Haunting Forest dan mengolah kayu mentah menjadi balok dan papan yang siap digunakan. Mereka bergerak cekatan, memahami pentingnya bahan bangunan ini untuk mempercepat pembangunan.
Di tengah hiruk-pikuk pekerjaan, seorang petualang mendekati kemah utama. Usianya terlihat masih sangat muda, mungkin sekitar 19 tahun, dan armor yang dikenakannya tampak baru, sedikit pun belum menunjukkan bekas pertempuran berat. Pada dadanya, terdapat sebuah emblem mencolok—gambar pedang yang dihiasi dengan sepasang sayap. Shiroi yang melihat emblem tersebut segera mengenalinya dan tanpa ragu mendekati petualang itu.
"Selamat datang," sapa Shiroi dengan senyum tipis, suaranya penuh ketenangan namun juga kewibawaan. "Emblem itu… tidak sering aku melihatnya di sini. Kau anggota dari Vanguard Family, bukan?"
Petualang muda itu sedikit terkejut melihat Emperor Shiroi menyadari identitasnya begitu cepat. Ia menundukkan kepalanya dengan rasa hormat, mencoba menutupi rasa gugupnya.
"Benar, Yang Mulia. Saya adalah putra dari Lord Arthur. Nama saya Gideon Vanguard," jawabnya dengan nada tegas namun penuh kehormatan.
"Keluarga Vanguard rupanya, Lord Arthur pasti sehat." kata Shiroi tersenyum
"Saya tidak tahu , Yang Mulia. Aku sudah bertualang selama 3 tahun dan belum kembali." kata Gideon.
"Benar juga, yang aku sudah dengar kau sendiri menjadi petualang yang sangat tangguh. Kalau tidak salah kau yang memimpin disaat Necromancer Zhargul Crisis ya? Reputasimu sangat bagus." kata Shiroi mengingat kirisi tersebut.
"Yang Mulia bisa saja." kata Gideon dengan nada sedikit malu
"Kalau kau disini berarti.... kau penasan ya dengan dungeon ini ya?" tanya Shiroi
"Benar sekali Yang Mulia, Saya dan party sudah mendaftar membeli lahan agar dekat dengan dungeon ini." kata Gideon dengan wajah senang
"Kalau begitu perlahan ya, karena aku sedang memprioritaskan pembangunan fasilitas utama disini." kata Shiroi.
"Kalau begitu kami masuk dulu kedalam dungeon." kata Gideon
Saat Gideon dan partynya bergerak menuju dungeon, suasana semakin tegang namun penuh antisipasi. Mereka yakin kali ini dapat menembus tantangan hingga lantai B6-C, di mana rumor menyebutkan terdapat harta yang tak terhitung nilainya, serta makhluk-makhluk penjaga yang sangat kuat. Anastasya dan Aeka, yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pertempuran dan keselamatan monster dalam dungeon, segera menyadari kedatangan party Gideon. Mereka memantau pergerakan party ini dengan seksama melalui cermin pengintai yang terhubung ke setiap lantai, siap merespons jika terjadi situasi tak terduga.
Di tempat lain, Vergil sedang sibuk bersama Bromir, pandai besi terhebat di kota. Mereka bekerja sama menciptakan senjata dari bahan langka: besi hitam. Besi ini memiliki daya tahan yang luar biasa dan dapat menyalurkan energi magis, menjadikannya material ideal untuk menciptakan senjata-senjata khusus bagi para monster penjaga dungeon. Bromir mengayunkan palu besinya dengan presisi, sementara Vergil memastikan setiap detail pada desain senjata tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Di ruangan lain, Takano dan Hilda sibuk mengolah kulit naga yang telah dipersiapkan. Takano ingin memastikan armor yang dibuat dari kulit ini tak hanya kuat, tetapi juga fleksibel, memungkinkan pemakainya bergerak cepat dalam pertempuran.
Dante, dengan keahlian khususnya, sibuk mengurus logistik. Ia menggunakan cloaking device untuk bergerak diam-diam mengisi kembali peti-peti harta di lantai B1 hingga B3 tanpa menarik perhatian petualang. Setiap peti diisi dengan barang-barang yang akan menarik minat para petualang, menjaga daya tarik dungeon sebagai sumber tantangan dan hadiah. Dengan kemampuannya ini, ia berhasil menyelinap melalui jalur belakang, menghindari para petualang yang mungkin sedang berada di area tersebut.
Setelah tugasnya selesai, Vergil kembali ke ruang kendali, meninggalkan Bromir yang melanjutkan proses akhir pada senjata yang sedang ditempanya. Vergil melihat layar pantauan yang menunjukkan pergerakan party Gideon, bergabung dengan Anastasya dan Aeka untuk mengawasi jalannya eksplorasi. Dengan mata terfokus pada party Gideon yang perlahan namun mantap melangkah maju, ia memeriksa kembali rencana pertahanan di lantai-lantai berikutnya, memastikan setiap jebakan dan monster penjaga siap menguji ketahanan dan keberanian para petualang tersebut.
"Vanguard? Aeaka, kau tahu maksudnya?" tanya Vergil
"Aku mendengar kalau salah satu penerus dari Vanguard Family, dia memimpin sebuah party disaat Necromancer bernama Zhargul membuat kekacauan." kata Aeka
"Jadi bisa dibilang dia petualang yang cukup punya reputasi ya? menarik." kata Vergil
Vergil menyaksikan dengan perhatian penuh ketika party Gideon memasuki lantai B4-A, menghadapi setiap monster penjaga dengan sigap dan taktis. Para petualang ini bergerak cepat dan tampak percaya diri, tampaknya mereka sangat berpengalaman, bahkan sampai berhasil masuk ke dalam ruang harta karun tanpa kesulitan berarti. Namun, mereka tidak menyadari bahwa ruangan tersebut adalah bagian dari skenario jebakan yang dirancang dengan hati-hati.
Ketika Gideon dan partynya menginjak lantai terakhir ruang harta, sebuah cahaya portal muncul di bawah mereka, mengaktifkan perangkap rahasia yang segera memindahkan mereka ke ruangan gelap dan luas. Saat mereka berhasil keluar dari portal, mereka mendapati diri mereka tidak lagi berada di ruangan harta karun, melainkan di sebuah arena besar dengan lantai batu hitam yang dingin dan dikelilingi oleh dinding tebal. Di ujung ruangan tersebut berdiri sosok raksasa dalam bentuk ksatria menyeramkan—Abbysmal Knight Vlademir.
Ksatria gelap itu menaiki kuda hitam besar yang sepenuhnya dilapisi armor berat, matanya berkilau merah di balik helmnya yang mengerikan, memancarkan aura kematian dan intimidasi. Setiap langkah kuda hitam tersebut menimbulkan gema di seluruh ruangan, menambah suasana yang mencekam. Gideon dan partynya berdiri terpaku, sebagian karena lelah dan sebagian karena ketakutan melihat lawan yang jauh di luar dugaan mereka.
Gideon mengerti dalam sekejap bahwa ini bukanlah pertarungan biasa. Party-nya sudah menghabiskan banyak stamina dan sumber daya dalam pertarungan sebelumnya, dan sekarang mereka dihadapkan pada musuh yang mungkin mustahil mereka kalahkan dalam kondisi mereka saat ini.
"Ini buruk… Kita harus mundur sekarang juga!" gumam Gideon sambil mengambil item sihir dari sakunya—sebuah gulungan mantra sihir yang hanya bisa digunakan dalam situasi darurat. Tanpa ragu, dia mengaktifkan item tersebut, menciptakan portal darurat di sekitar party-nya yang langsung membawa mereka keluar dari dungeon.
Dalam sekejap, Gideon dan rekan-rekannya kembali ke pintu masuk dungeon, terlempar dengan keras ke depan gua. Napas mereka tersengal-sengal, tampak syok setelah menyadari betapa dekat mereka dengan kematian. Mereka tidak hanya gagal menembus lantai B4-A, tetapi gagal melawan Abbysmal Knight tersebut karena mereka sepenuhnya kelelahan.
"Yah..... selesai..." kata Vergil dengan nada kecewa
"Tetapi sudah sepenuhnya hebat loh bisa bergerak cukup jauh." kata Anastasya dengan antusias
"Ada apa?" tanya Dante yang baru tiba di ruang kendali
"Party dari Gideon Vanguard mundur keluar dungeon, mereka tidak sengaja masuk ke sarang dari Abbysmal Knight Vladimir. Dari kondisi mereka, sepertinya memang kelelahan karena melawan pasukan skeleton penghuni B4-A." kata Vergil
"Mau bagaimana lagi, Abbysmal Knight Vladimir memang tangguh...." kata Dante
"Ah ternyata ada yang masuk ke sarang Garm." kata Anastasya
"Mana?" tanya Dante dan Vergil
Di area B3-E, party petualang yang secara tidak sengaja memicu jebakan portal mendapati diri mereka terteleportasi ke dalam kandang yang dingin dan gelap. Di sana, Garm, Serigala Es raksasa dengan bulu yang memancarkan kilauan es, menatap mereka dengan mata biru tajam yang memancarkan ancaman. Suhu ruangan turun drastis, membuat setiap nafas para petualang menghasilkan uap yang jelas. Garm menggeram, melangkah maju dengan gerakan lincah meskipun tubuhnya besar, siap menerkam para petualang yang tampak tak sepenuhnya siap menghadapi monster sebesar ini.
Sementara itu, di ruang kendali, Dante menyaksikan pertempuran ini dengan penuh minat. Garm merupakan salah satu penjaga di lantai-lantai awal, dan dia tahu bahwa hanya sedikit petualang yang mampu melarikan diri darinya tanpa cedera serius. Melihat aksi party ini, Dante menilai ketahanan dan strategi mereka, terutama bagaimana mereka beradaptasi dengan serangan dan kondisi cuaca ekstrem yang diciptakan oleh Serigala Es.
Di lantai lain, Vergil sedang menjalankan tugasnya dengan cepat, mengisi peti-peti harta karun di lantai B1-B3. Dia telah menyusun strategi agar peti-peti ini diisi ulang sesering mungkin untuk menjaga minat para petualang yang datang, memastikan pengalaman dungeon tetap menantang sekaligus memikat. Di lantai B4-A, beberapa party baru mulai bertarung dengan para Skeleton penjaga yang cukup tangguh. Para Skeleton ini, meskipun terlihat rapuh, dilengkapi dengan senjata-senjata yang dipilih khusus untuk mengimbangi teknik para petualang, menambah intensitas pertempuran.
Aeka, dengan Cloaking Device miliknya, melakukan tugas yang sama di lantai ini, bersembunyi sambil menambahkan harta-harta baru dalam peti untuk menggantikan yang sudah diambil. Peti-peti ini berisi senjata dan armor berkualitas lebih baik, sebuah langkah strategis yang disengaja untuk menguji kemampuan para petualang yang berhasil mencapai lantai ini. Para petualang yang bertarung melawan para Skeleton mulai menemukan beberapa item yang mereka anggap bernilai—armor dengan ketahanan lebih baik, dan senjata yang memungkinkan mereka mengimbangi kecepatan dan kekuatan Skeleton.
Sorak gembira terdengar di antara para petualang ketika mereka berhasil mengklaim item berharga ini. Mereka tampak lebih percaya diri, bahkan beberapa di antaranya mulai berani maju lebih dalam ke ruangan-ruangan lain, menghadapi Skeleton yang lebih kuat tanpa rasa gentar. Namun, sedikit yang mereka tahu bahwa jebakan dan penjaga di lantai berikutnya akan lebih mengerikan dan menantang. Di ruang kendali, Dante tersenyum, mengetahui bahwa tantangan sebenarnya baru akan dimulai bagi mereka.
"Ah sayang para petualang yang melawan Garm memutuskan untuk mundur, mereka padahalah memberikan pertarungan yang cukup sengit" kata Dante dengan kecewa
"Mau bagaimana lagi, mereka masuk dengan posisi setengah siap, kalau mereka sepenuhnya siap pasti akan bisa menang." kata Dante, "Tetapi ada sisi bagusnya sih, mereka bisa memberi tahu petualang lain kalau ada monster yang lebih kuat menanti mereka."
"Iya juga ya...." kata Anastasya
Di luar dungeon, Gideon Vanguard sedang beristirahat bersama party-nya di kemah yang mereka dirikan setelah pengalaman mendebarkan di lantai bawah. Rasa lelah tampak jelas pada wajah mereka, namun Gideon tetap memantau area sekitar, mengamati berbagai kelompok petualang yang tiba di depan pintu masuk gua dengan ekspresi yang hampir sama—keletihan dan keheranan. Beberapa petualang baru saja keluar dari dungeon dalam kondisi babak belur, namun mereka tak henti-hentinya bercerita tentang kekuatan musuh yang baru saja mereka hadapi.
"Kami bertemu..... dengan.... Serigala Es besar...." kata ketua party tersebut dengan nafas kelelahan
"kalian bertemu dengan monster boss juga?" tanya Gideon
"Iya.... di lantai B3....." kata Archer di party tersebut
"Kami malah bertemu dengan kesatria hitam berarmor lengkap, kudanya juga memakai armor hitam di lantai B4." kata Gideon
"Benarkah?" tanya petualang lain
"Kalau kami saja bertemu, kalian pasti akan bertemu dengan mereka. Aku bisa merasakan kalau mereka menyimpan harta karun bagus." kata Gideon
Di depan pintu masuk dungeon, beberapa petualang yang baru kembali dari lantai B4-A tampak penuh kegembiraan. Mereka memamerkan senjata dan armor baru berkualitas yang berhasil mereka peroleh di ruang-ruang harta karun. Salah satu petualang berambut merah, dengan perisai baja yang mengkilap, berbicara antusias kepada rekan-rekannya. "Dengan perlengkapan baru ini, pertarungan melawan para Skeleton jadi seimbang! Mereka masih kuat, tapi sekarang kami bisa melawan balik tanpa merasa terpojok."
Kelompok petualang itu memutuskan untuk beristirahat dan mengisi kembali persediaan mereka dari kios-kios pedagang yang berjajar di sekitar pintu masuk dungeon. Terlihat banyak yang membeli potion penyembuhan, makanan, dan bahkan beberapa peralatan sihir untuk menghadapi pertempuran yang lebih berat di dalam. Atmosfer di luar dungeon menjadi semakin hidup, seolah menyiratkan bahwa para petualang tak gentar menghadapi tantangan berikutnya setelah merasakan keberhasilan di lantai-lantai awal.
Gideon memperhatikan semuanya dari kejauhan, tatapannya semakin penuh minat dan tekad. Dia merasa terpacu oleh cerita-cerita mereka tentang harta karun yang tersembunyi di setiap lantai dan peluang untuk memperkuat dirinya dan party-nya. Bayangan tentang ksatria hitam yang sempat mereka hadapi juga mengusik benaknya. Jika harta karun lantai B4-A bisa memberinya perlengkapan sekuat ini, bagaimana dengan armor dari ksatria hitam misterius yang tampak begitu tangguh?
Menyadari bahwa dirinya belum sempat menelusuri ruang harta karun, Gideon merasa dorongan untuk kembali ke dungeon. Kali ini, dia akan lebih berhati-hati dan siap dengan suplai yang memadai, memastikan dirinya tidak perlu mundur sebelum mencapai tujuannya. Dengan keyakinan yang bertambah, Gideon mengajak partynya untuk bersiap. "Petualangan ini baru dimulai, dan aku ingin tahu apa yang bisa kita dapatkan dari ksatria hitam itu... Mungkin, persenjataannya adalah kunci untuk menaklukkan lantai-lantai terdalam dungeon ini."