Dante masih setia menemani Anastasya di ruang kendali dungeon, memastikan semua sistem berfungsi dengan baik. Sementara itu, Vergil kembali dari lahan pertanian goblin, siap untuk memantau aktivitas di dalam dungeon. Ia segera duduk di mejanya, menghela napas panjang, bersiap untuk menganalisis situasi yang sedang berlangsung.
Dengan keahlian yang dimilikinya, Vergil mengoperasikan cermis magis yang memungkinkan mereka untuk melihat setiap sudut dungeon. Dengan cepat, ia menyesuaikan pengaturan dan mulai memantau pertarungan yang sedang terjadi di lantai B4, di mana sekelompok petualang sedang menghadapi Abbysmal Knight Vlademir. Anastasya memperhatikan layar dengan seksama, melihat bagaimana para petualang tersebut berjuang melawan musuh yang jauh lebih kuat.
Pertarungan itu berlangsung dengan sengit. Abbysmal Knight, yang terkenal dengan kekuatan dan ketahanan luar biasa, menghadapi para petualang yang tampak tidak siap untuk tantangan tersebut. Garm, yang sebelumnya sudah dilatih oleh Takano, berusaha sekuat tenaga untuk membantu timnya, tetapi kekuatan Abbysmal Knight Vlademir cukup signifikan. Setiap serangan yang dilancarkan petualang tampak sia-sia, sementara serangan balik dari Vlademir mengakibatkan luka yang serius.
Setelah beberapa menit bertarung, para petualang itu menyadari bahwa mereka tidak akan mampu mengalahkan musuh tersebut dalam keadaan sekarang. Dengan sigap, mereka memutuskan untuk mundur, menarik diri dari pertarungan demi keselamatan mereka.
"Satu lagi party mundur melawan Vlademir...." kata Vergil
"Padalah pertarungan merekas cukup seru loh...." kata Dante
"Mau bagaimana lagi, mereka belum sepenuhnya siap." kata Anastasya
"Oh iya kemarin saat patroli aku menemukan beberapa barang hilang, sepertinya para petualang menjatuh kan ini saat bertualang...." kata Vergil menunjukan beberapa senjata.
"Menarik.... tidak biasanya mereka membuang senjata mereka, atau...." kata Dante
"Atau... apa?" tanya Anastasya
"Mereka sengaja membuang senjata lama mereka karena mendapatkan yang bagus." kata Vergil
"Jadi sampah ya? kalau begitu bisa dibuang." kata Anastasya
"Siapa bilang ini sampah? kita bisa pakai senjata ini untuk mengisi peti harta karun sekaligus mengurangi beban produksi senjata." kata Vergil dengan santai
"Kau mau letakan dimana?" tanya Dante
"Aku periksa kialitas senjatanya biasa saja, jadi antara B1-B2 cukup...." kata Vergil dengan santai
"Kalau begitu besok saat bertugas jangan lupa ya." kata Anastasya sambil tersenyum
"Baiklah kalau begitu....besok akan aku atur di peti harta karun" kata Vergil
"Ah iya urusanmu dengan Bromir bagaimana?" tanya Dante
"Aku hampir kelupaan." kata Vergil
"Dasar....." Dante menghela nafas
"Memangnya ada apa dengan Bromir?" tanya Anastasya
"Dia mau menguji kesiapan dungeon bila Gunslinger Guild mulai menunjukan diri. Yang ingin dicoba di lantai B15-E bagaimana dungeon bisa meredam suara tembakan, karena Gunslinger memakaia senjata yang cukup modern." kata Dante
"Senjata seperti apa?" tanya Anastasya
"Senjata api dengan peluru, nanti setelah jam dungeon selesai akan aku tunjukan bagaimana diruang latihan." kata Dante
Vergil tiba di lantai B15-E, ruang yang luas dan gelap, di mana cahaya dari sumber-sumber magis yang redup menciptakan suasana misterius. Di tangannya, ia membawa senjata yang baru saja diterima dari Gunslinger Guild—sebuah pistol yang terlihat tangguh dan dirancang untuk pertempuran jarak jauh. Ia segera menemui Bromir, yang sudah menunggu dengan sabar.
"Siap untuk sesi percobaan?" tanya Vergil sambil menyerahkan sepasang penutup telinga kepada Bromir.
Bromir mengenakan penutup telinga itu, matanya bersinar penuh semangat. "Selalu siap!" jawabnya.
Setelah memastikan semuanya siap, Bromir segera menyiapkan boneka jerami yang akan dijadikan target latihan. Boneka itu berdiri di tengah area, siap untuk ditembak. Vergil memberikan tanda agar Bromir mundur ke belakang, menjauh dari kemungkinan efek suara yang dihasilkan.
Dengan hati-hati, Vergil mengarahkan pistolnya ke boneka jerami. Dia menarik pelatuknya, dan suara tembakan meledak, menggema di seluruh ruangan. Meskipun suaranya cukup keras, Vergil memperhatikan bahwa hanya beberapa monster di sekitarnya yang menoleh ke arah mereka, tertarik oleh suara tersebut. Setelah melepaskan penutup telinga mereka, Vergil segera mengosongkan pistolnya, mengamankan sisa peluru dan selongsong yang sudah terpakai.
Bromir mengangguk, membantu Vergil mengumpulkan peluru-peluru yang berserakan. "Jadi, bagaimana? Apakah tembakan ini bisa diandalkan dalam pertempuran nyata?" tanyanya penuh antusiasme.
"lebih tepatnya aku menguji apakah dungeon siap untuk kedatangan hal baru, yaitu para Gungslinger." kata Vergil
"Begitu ya? sebetulnya suara tembakannya tidak terlalu keras sih." kata Bromir
"Karena Commander Axel memerintahkan semua anggota Gungslinger memakai peluru Sub-Sonic. jadi jatuhnya tidak terlalu keras suara ledakan mesiunya." kata Vergil
"Jadi begitu ya? Tidak aku sangka Imperial Family sudah memikirkan hal yang sangat detail."
"Vergil , Bromir... bisa keruang kendali? kita dapat tamu dari Assassin Guild." kata Anastasya melalui broadcast
"Baiklah kalau begitu." kata Vegil
Sesampainya di ruang kendali, Vergil dan Bromir mendapati suasana yang serius. Anastasya, Dante, dan Takano tengah berbincang dengan Cassandra dan Mara dari Assassin Guild cabang Apple Gate Town. Cassandra, dengan ekspresi tenang namun tegas, terlihat sedang membagikan beberapa dokumen penting. Vergil dan Bromir bergabung dengan Hilda yang sudah duduk di lantai, sementara Aeka yang merasa penasaran juga datang menghampiri.
Ketika Cassandra menyerahkan dokumen-dokumen itu, Anastasya dan para Caretaker segera membacanya dengan cermat. Di tengah-tengah membaca, Aeka tiba-tiba terkejut, matanya melebar ketika melihat satu nama yang dikenalnya tercantum di salah satu halaman. Ia berhenti membaca sejenak, memandang Cassandra seolah-olah meminta penjelasan lebih lanjut.
Cassandra menatap Aeka dengan ekspresi memahami. "Aku tahu, Aeka. Itu sebabnya aku datang sendiri. Nama ini… cukup mengejutkan kami semua," ujar Cassandra, nada suaranya menunjukkan bahwa situasi ini tidak boleh dianggap remeh.
"Siapa dia?" tanya Vergil dengan nada penuh kewaspadaan, memperhatikan perubahan ekspresi pada wajah Aeka. Rasa penasaran juga muncul di wajah Caretaker lainnya.
Aeka menarik napas dalam-dalam, menenangkan dirinya sebelum menjelaskan, "Ini adalah salah satu orang yang dulunya adalah anggota penting dalam timku. Dia… seorang putri dari Anea Kingdom. Aku tidak menyangka namanya akan muncul di sini." Aeka terlihat muram, seolah teringat akan kenangan masa lalu yang berat.
Vergil dan Dante segera mencoba menenangkan Aeka, Crown Princess dari Anea Kingdom akan tiba disini dan ingin bertualang, Aeka tahu bahwa Putri Selene Windrider adalah petualang yang cukup handal tetapi sedikit ceroboh, Aeka sendiri harus sering turun tangan untuk melindungi sang putri dari bahaya. Setelah itu Aeka memutuskan bergabung dengan Vergil untuk bertualang di dunia lain sekaligus membantu Vergil mendapatkan teknologi dari dunia yang sangat maju.
Cassandra yang melihat Aeka hanya bisa diam, pengumuman ini cukup mendadak karena Princess Selene Windrider sendiri datang dengan cukup mendadak, berita ini tiba dari Assassin Guild cabang Anea Kingdom. Vergil membaca dengan seksama kalau Princess Selene Windrider punya anggota party dari Selene Kingdom Special Guard, Vergil segera terpikirkan sebuah ide yang sangat menarik.
"Aku ada sedikit ide, bagaimana kalau kita memberikan apa yang dia mau, petualangan terbaik kan? kita akan paksa dia tinggal disini dengan semua partynya." kata Vergil
"Maksud kakak?" tanya Aeka
"Berikan dia rasa penasaran tentang Arudi Dungeon, kan belum ada yang menembus ke lantai B6 kan?" kata Vergil
"Iya juga sih..." kata Aeka
"kalau begitu sudah diputuskan, kita harus menyiapkan skenario terbaik untuk Princess Selena." kata Vergil
Cassandra dan Mara melangkah dengan cepat kembali Assassin Guild cabang Apple Gate Town, sepertinya besok akan sangat repot. Cassandra, dengan ketajaman instingnya, menyadari kalau kehadiran dari Princess Selene pasti merepotkan para Caretaker. Mara hanya bisa tertawa kecil, tahu kejahilan atau kesiapan sang Princess bertualang di Arudi Dungeon
Sementara itu, di dalam dungeon yang terletak didalam gua, Aeka dan Takano menggunakan cloaking device yang memancarkan aura magis. Mereka berdua bergerak dengan hati-hati, menyusuri lorong-lorong yang gelap sambil berusaha menghindari deteksi para petualang. Aeka dan Takano bertugas mengisi peti harta karun, menghindari kontak pada para petualang.
Vergil dan Anastasya berpatroli memakai cermin magis yag ada di ruang kendali dungeon, tetap waspada terhadap setiap pergerakan para petualang. Vergil, dengan ketajaman matanya, sepenuhnya memantau pergerakan party para petualang yang
Sementara itu, Dante yang berpengalaman membantu Aeka dan Takano menyiapkan isi peti harta karun. Mereka mendiskusikan barang-barang berharga yang akan dimasukkan: ramuan penyembuh, senjata sihir, dan item langka lainnya. "Kita perlu memastikan setiap lantai memiliki sesuatu yang menggoda, tapi juga berbahaya," kata Dante dengan senyum nakal, "agar para pencuri tidak mudah mengambilnya."
Di lantai B1 hingga B5, para anggota Thief Guild yang sudah punya party bersiap-siap. Mereka menggunakan teknik-teknik lama yang telah diajarkan oleh para master mereka, memastikan untuk tidak terjebak dalam jebakan gas tidur yang bisa mengakibatkan mimpi panjang. Sementara Mage memfokuskan energi sihir mereka untuk mendeteksi jebakan yang mungkin tersembunyi di balik peti-peti tersebut.
Malam yang tenang menyelimuti Apple Gate Town. Setelah hari yang panjang di Arudi Dungeon, para petualang kembali ke penginapan, lelah tapi puas. Beberapa mengobrol ringan tentang temuan mereka hari itu, membayangkan tantangan apa yang menunggu di dalam dungeon berikutnya. Di sisi lain, petualang yang telah meraih kesuksesan besar mulai menata kehidupan baru mereka; ada yang membangun rumah di pinggiran kota, sementara yang lain memutuskan untuk pensiun dan menjalani kehidupan sebagai petani atau peternak. Hasil panen dan ternak mereka kini menjadi pasokan segar untuk para pemilik penginapan dan tavern, membawa stabilitas dan kemakmuran kecil bagi kota kecil yang ramai ini.
Di pagi harinya, berita kedatangan Princess Selene menyebar dengan cepat. Para warga dan petualang berkumpul di sekitar gerbang kota, penasaran untuk melihat sekilas sang putri yang terkenal dengan kecantikan dan kemampuannya dalam bertarung. Dalam iring-iringan yang elegan, Princess Selene tiba bersama partynya. Mereka menunggangi kuda-kuda berkualitas tinggi dengan pelana yang dihiasi lambang kerajaan, dan mengenakan armor serta senjata yang berkilauan di bawah sinar matahari. Penampilannya begitu berbeda dengan kebanyakan petualang, yang sering kali kelelahan dan berdebu saat kembali dari dungeon.
Setelah melambai kepada warga yang menyambutnya, Princess Selene turun dari kudanya di depan salah satu penginapan terbaik di Apple Gate Town. Pemilik penginapan, seorang pria paruh baya yang berpengalaman dalam menangani tamu-tamu penting, menyambutnya dengan penuh penghormatan. Dengan satu isyarat singkat, ia memesan kamar terbaik di penginapan itu dan segera menuju ke dalam bersama partynya untuk bersiap-siap. Para petualang lain hanya bisa melihat dengan kekaguman dan rasa hormat, menyadari bahwa misi yang dibawa Princess Selene ke Arudi Dungeon pasti lebih besar dari sekadar mencari harta karun.
Sementara Selene bersiap, bisik-bisik mulai terdengar di antara para petualang dan warga. Rumor beredar bahwa Selene tidak hanya datang untuk menjelajah dungeon, tetapi juga untuk menyelidiki sebuah misteri lama yang ada di dalamnya. Beberapa mengatakan ada artefak kuno yang tersembunyi jauh di dalam dungeon, yang konon memiliki kekuatan untuk mengubah nasib seluruh kerajaan. Yang lain mengatakan bahwa dia mencari kunci untuk membuka portal rahasia yang terhubung ke dunia lain.
Di penginapan, anggota party Selene - yang terdiri dari seorang paladin berpengalaman, seorang penyihir ahli, dan seorang pemburu jejak yang terkenal - berdiskusi dengan serius. Mereka menyiapkan persediaan mereka, memeriksa senjata, dan menyusun strategi untuk menghadapi tantangan di Arudi Dungeon. Para petualang di sekitar mereka hanya bisa menduga-duga tentang tugas berat yang akan mereka hadapi.
Kedatangan Princess Selene memberikan semangat baru bagi para petualang yang selama ini menjelajah dungeon untuk harta atau pengalaman semata. Mereka merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang terjadi di dungeon itu, dan entah bagaimana, mereka kini memiliki perasaan campur aduk antara rasa penasaran dan kegelisahan. Bagi beberapa petualang, kedatangan Selene adalah kesempatan untuk membuktikan diri. Sementara yang lain mungkin mempertimbangkan untuk bergabung, atau setidaknya, untuk menyaksikan dari dekat peristiwa yang bisa mengubah takdir mereka semua.
Tak lama kemudian, Selene dan partynya telah siap. Dengan langkah tegas, mereka meninggalkan penginapan menuju Arudi Dungeon. Mata semua orang mengikuti mereka, berharap sekaligus cemas akan apa yang akan mereka temui di dalam.
Di dalam kegelapan Arudi Dungeon, suasana tegang mengisi setiap sudut. Princess Selene dan partynya, yang terdiri dari Paladin setia bernama Thorne, Penyihir brilian bernama Lyra, dan Pemburu Jejak tangkas bernama Kael, bergerak dengan hati-hati melewati lorong-lorong yang berliku. Anastasya dan Aeka, yang mengawasi dari tempat persembunyian yang aman, memperhatikan setiap langkah mereka. Mereka tahu betul bahwa misi ini tidak hanya sekadar eksplorasi biasa; ada sesuatu yang lebih dalam yang sedang dicari oleh putri.
Di sisi lain, Vergil telah mempersiapkan tim mini golemnya dengan hati-hati. Dengan lambang salib merah yang mencolok, golem-golem ini siap melindungi area sekitar dan memberikan bantuan jika diperlukan. Vergil mengawasi dengan seksama, berusaha menilai situasi dengan cermat. Ia tahu bahwa Princess Selene tidak akan menyerang monster yang tidak bersifat agresif, sehingga mereka bisa menghemat banyak persediaan dan tetap bergerak maju.
Ketika Selene dan partynya mencapai lantai B4-A, mereka disambut oleh gerombolan skeleton yang bangkit dari kegelapan. Skeleton-skeleton itu bergerak dengan lincah, senjata tajam berkilauan di tangan mereka. Pertarungan segera terjadi. Selene, dengan keberanian yang tidak diragukan, memimpin serangan, sementara Thorne bertindak sebagai perisai, melindungi teman-temannya dari serangan musuh. Lyra mengeluarkan mantra api yang melahap beberapa skeleton, mengirimkan abu ke udara, sementara Kael dengan gesit menghindari serangan dan membidik musuh dari kejauhan dengan panahnya.
Pertarungan melawan para skeleton cukup seru dan memikat, dan Anastasya dan Vergil tidak bisa menahan napas mereka saat mereka menyaksikan Selene dan partynya bertarung. Selene menunjukkan keterampilan bertarungnya yang luar biasa, dan semangat juangnya menginspirasi para petualang lain yang menyaksikan dari jauh.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah skeleton yang muncul semakin banyak. Saat mereka berusaha untuk mencapai lantai B5-A, pasukan skeleton menghadang, menghalangi jalan mereka. Dengan kehabisan persediaan obat-obatan, situasi semakin genting. Selene dan partynya terpaksa mundur memakai gulungan sihir, menyadari bahwa meskipun mereka kuat, mereka tidak bisa bertahan melawan jumlah musuh yang tak terhitung.
Di ruang kendali dungeon, Vergil dan Anastasya menghela napas panjang.
"Mereka memang tangguh. pertama kali masuk saja mereka bisa masuk cukup dalam." kata Vergil
"Sayangnya mereka belum bertemu dengan Garm dan Abbysmal Knight ." kata Vergil.