Di Dark Village, markas besar Adventure Guild, suasana yang biasanya tenang berubah dengan cepat ketika Lord Draven menerima kabar dari Pangeran Vergil bahwa dungeon yang selama ini ditunggu-tunggu akhirnya telah selesai dibangun dan siap dijelajahi. Ekspresi Lord Draven mencerminkan perasaan campuran antara kekaguman dan keterkejutan. Berita ini datang sangat cepat dari yang dia perkirakan.
Setelah beberapa saat berpikir, Lord Draven segera mengambil keputusan. Dia dengan cepat menulis sebuah surat resmi kepada Emperor Shiroi, memberi tahu tentang kabar penting ini
Yang Terhormat Emperor Shiroi,
Dengan surat ini, saya menerima kabar dari Pangeran Vergil bahwa dungeon yang direncanakan kemarin sudah dikerjakan dan kini sepenuhnya selesai.
Saya siap memberikan perintah untuk mengirim seorang penjelajah atau tim penjelajah untuk memeriksa lokasi tersebut secara langsung guna memastikan klaim tersebut.
Jika klaim dari Pangeran Vergil sepenuhnya terkonfirmasi, saya berencana membuat sebuah quest resmi untuk penjelajahan dungeon tersebut.
Saya menantikan keputusan dan instruksi dari Yang Mulia.
Hormat Saya,
Lord Draven
Adventure Guild
Lord Draven memasukkan surat tersebut ke dalam amplop dan dengan hati-hati menyegelnya dengan tanda resmi Adventure Guild. Menyadari pentingnya surat tersebut, dia segera memanggil salah satu kurir terpercaya dari guild dan memberikan instruksi bahwa surat ini harus dikirimkan langsung ke Imperial Palace sesegera mungkin, tanpa penundaan.
Sang kurir, memahami urgensi dari situasi tersebut, langsung menerima surat itu dengan hormat dan bergegas meninggalkan markas Adventure Guild. Dia bergerak cepat menuju istana kekaisaran, memastikan bahwa kabar penting ini segera sampai ke tangan Emperor Shiroi.
****
Emperor Shiroi, yang sedang menatap peta besar yang membentang di mejanya, fokus mempelajari lokasi-lokasi potensial untuk pembangunan dungeon baru. Dengan alis yang sedikit berkerut, ia memeriksa secara cermat tiap detail, memikirkan strategi dan persiapan yang harus dilakukan untuk memperkuat wilayahnya melalui dungeon-dungeon tersebut. Lokasi-lokasi itu dipilih dengan hati-hati, mempertimbangkan faktor-faktor seperti pertahanan alami dan aksesibilitas bagi para petualang.
Seketika, perhatian Emperor Shiroi terganggu oleh suara pintu yang terbuka perlahan. Seorang pengawal dengan armor perak mengilap, membawa sebuah pedang elegan yang tergantung di pinggangnya, melangkah masuk dengan penuh kehormatan. Langkah-langkahnya mantap dan penuh disiplin.
"Yang Mulia, kurir pembawa pesan dari Adventure Guild tiba dengan sebuah pesan. Kata kurir tersebut pesan tersebut cukup penting dan perlu anda baca" kata pengawal tersebut sambil memberikan sebuah surat dengan segel Adventure Guild.
Tanpa ragu, Emperor Shiroi menerima surat tersebut, segera memecahkan segelnya, dan mulai membaca dengan seksama. Setelah beberapa detik, matanya memperlihatkan sedikit rasa puas, seolah-olah kabar yang dibawa ini telah menuntaskan sebagian dari rencana yang lebih besar.
"Pengawal, apa kurir tersebut masih disini?" tanya Emperor Shiroi
"Dia sedang menunggu balasan dari anda, Yang Mulia." kata pengawal tersebut,
"katakan kepada kurir tersebut minta dia mengirim seorang penjelajah untuk memastikan apa benar" kata Emperor Shiroi
Pengawal tersebut segera kembali dan memberi tahu sesuai yang dikatakan oleh Emperor Shiroi, pengawal tersebut segera menyampaikan kepada kurir tersebut dan kurir itu segera kembali ke markar Adventure Guild
*****
Di markas Adventure Guild, Lord Draven sedang bertemu dengan seorang penjelajah mudah, penjelajah muda itu mempunyai rmabut hitam dengan bagian rambut berwarna merah dan biru dan mempunyai mata ungu arthemist. Pemuda tersebut memakai aksesoris jepit rambut dengan gambar hantu. Pemuda tersebut memakai Leather Armor tetapi membawa banyak perlengkapan penjelajahan seperti kamera digital.
"Jadi kau adalah penjelajah baru itu ya, Aldi?" tanya Lord Draven
"Iya Lord Draven, aku baru saja diterima sebagai penjelajah karena aku ingin melihat dunia." kata Aldi
Seketika kurir yang diutus oleh Lord Draven masuk kedalam ruangan dan membisikan sesuati kepada Lord Draven, Lord Draven mengangguk dan melihat Aldi. Kurir tersebut segera keluar dari ruangan tersebut dan Lord Draven segera kembali fokus pada Aldi.
"Kebetulan aku ada tugas untukmu, aku ingin memeriksa Haunting Forest." kata Lord Draven
"Boleh aku bertanya Lord Draven, memangnya lokasi tersebut ada apa?" tanya Aldi
"Aku baru saja mendengar berita dari istana kalau mereka merasakan sesuatu yang berubah disana. Aku mengirimmu Haunting Forest, menurut informasi yang baru saja aku terima ada sebuah gua disana dan aku minta dirimu menjelajahi gua tersebut. Tidak perlu terlalu dalam dan yang aku minta ada bukti kalau terdapat sebuah duengon disana. Segera berangkat dan aku akan menunggu disini." kata Lord Draven
"Baik Lord Draven." kata Aldi
Aldi menyiapkan perlengkapan untuk penjelajahannya dengan hati-hati. Di dalam ranselnya, terletak Pocket Camera dan Camcorder yang akan membantunya mendokumentasikan petualangan ini. Dia juga memasukkan beberapa obat-obatan, berpikir akan ada kemungkinan bahwa dia perlu merawat diri sendiri di tengah hutan yang misterius itu.
Setelah semua barang siap, Aldi menghampiri seorang petani yang sedang mengendarai kereta yang dipenuhi hasil panen. "Permisi, Pak. Apakah Anda bisa memberi saya tumpangan ke Haunting Forest?" tanya Aldi dengan penuh harap.
Petani itu menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Bisa saja, nak. Tapi hati-hati di sana. Banyak yang bilang tempat itu angker."
Aldi mengernyit, penasaran. "Kenapa disebut Haunting Forest?"
Petani itu menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Sudah beberapa bulan ini, terdengar suara-suara aneh dari dalam hutan. Suara gemerisik, jeritan, dan terkadang, suara tawa yang sepertinya datang dari tempat yang jauh. Orang-orang di desa ini mulai takut mendekati hutan itu." Dia menepuk punggungnya, lalu menambahkan, "Tapi jika kau nekat pergi, semoga keberuntungan menyertaimu."
Sepanjang perjalanan, hutan semakin mendekat, bayangan pepohonan yang lebat menyelimuti jalan di depan mereka. Dalam hati, Aldi berjanji untuk mencatat setiap pengalaman dan suara yang dia temui, berharap dapat mengungkap kebenaran di balik Haunting Forest.
Setelah perjalanan yang cukup panjang, Aldi akhirnya tiba di tepi Haunting Forest. Suasana hutan itu memang mencekam, pepohonan besar menjulang tinggi dengan dedaunan yang lebat, menciptakan bayangan pekat yang seolah memeluk setiap sudut jalan setapak. Angin berdesir pelan, seakan menyampaikan bisikan-bisikan tak jelas dari kedalaman hutan. Namun, berdasarkan catatan para penjelajah sebelumnya, hutan ini sejatinya tidak berbahaya. Hanya hewan liar seperti rusa, kelinci, dan rubah yang banyak berkeliaran di sini.
Aldi merenung sejenak, berpikir bahwa mungkin nama "Haunting Forest" muncul hanya karena kebisingan aktivitas malam dari hewan-hewan kecil itu. Rusa yang melompat di antara semak belukar atau rubah yang berlarian di bawah sinar bulan, mungkin menjadi sumber suara-suara aneh yang sering diceritakan penduduk desa.
Setelah memeriksa peralatannya sekali lagi, dia mengikuti arahan yang diberikan oleh Guild Master dan mulai menuju gua yang tersembunyi di jantung hutan itu. Aldi menyalakan senter dan Camcorder miliknya, bersiap untuk mendokumentasikan setiap langkah. Cahaya dari senter itu menerangi jalan setapak yang berbatu, mengarahkannya menuju mulut gua yang besar dan gelap.
Begitu masuk ke dalam gua, suasana segera berubah. Gua itu ternyata lebih dari sekadar tempat gelap yang kosong. Di lantai pertama, Aldi terkejut menemukan ruangan yang menyerupai ruang bawah tanah kuno, bercahaya samar dari sumber yang tak jelas, seolah-olah peradaban yang hilang telah meninggalkan jejaknya di sini. Pilar-pilar batu yang besar, dan dinding batu, berdiri kokoh di sepanjang jalan setapak yang dilaluinya. Udara di dalam gua terasa sejuk namun tenang, membangkitkan kesan misterius.
Aldi melangkah hati-hati, kamera di tangannya merekam setiap sudut ruangan yang ditemuinya. Dia bersiap untuk kemungkinan terburuk, tetapi sejauh ini, monster-monster yang dia temui di sepanjang jalan ternyata tidak agresif. Mereka hanya memperhatikannya dari kejauhan, tidak berniat menyerang atau menghalangi jalannya. Dengan mudah, dia mampu melewati lantai pertama (B1) dan lanjut ke lantai B2 dan B3 tanpa kesulitan.
Saat dia melangkah lebih dalam, sensasi yang aneh mulai merayapi pikirannya. Seakan-akan sesuatu yang lebih besar sedang menunggunya di kedalaman gua ini. Ruang-ruang yang semakin dalam menjadi lebih besar dan teratur, seakan gua ini bukan hanya sebuah ruang bawah tanah biasa, melainkan sisa dari sebuah peradaban yang sudah lama hilang. Aldi terus berjalan, mempertahankan fokusnya meskipun perasaan tegang mulai menjalari tubuhnya.
Di lantai berikutnya, Aldi berhenti sejenak, memperhatikan sekeliling. "Apa yang sebenarnya disembunyikan di tempat ini?" pikirnya. Meski belum menemukan sesuatu yang benar-benar menakutkan, Aldi tak bisa menahan perasaan bahwa ada sesuatu yang lebih menanti di kedalaman dungeon tersebut.
Memasuki lantai B4, suasana dalam Dungeon semakin mencekam. Aldi, yang sebelumnya merasa santai melewati lantai-lantai awal, kini merasa perlu lebih berhati-hati. Dia mulai menyiapkan senjatanya, senter di tangan yang lain, masih berusaha mendokumentasikan setiap detail dengan Camcorder yang menyala.
Saat dia melangkah lebih dalam, sesuatu yang ganjil segera menarik perhatiannya. Di lantai ini, monster-monster undead berkeliaran. Sosok-sosok skeleton yang berjubah kusam dan berkarat, membawa pedang atau perisai, berjalan dengan langkah kaku namun penuh tekad. Jumlah mereka banyak, tersebar di seluruh lorong dan ruangan. Aldi, yang mulai merasakan kegelisahan, sejenak merasa ragu. "Apakah aku harus terus melanjutkan?" pikirnya. Namun rasa penasarannya, dan keinginan untuk mengungkap misteri Dungeon ini, membuatnya tetap melangkah maju.
Dia mulai mempelajari pola gerakan para skeleton itu. Mereka bergerak dalam patroli, tampaknya teratur dan berulang. Aldi memutuskan untuk menggunakan keterampilannya dalam mengamati dan memanfaatkan celah dalam pola patroli para monster. Dengan cermat, dia menghindari kelompok-kelompok undead tersebut, dengan kecepatan dan sedikit kenekatan.
Setelah berhasil menghindari beberapa pasukan skeleton, Aldi akhirnya menemukan sebuah ruangan yang tampak lebih luas dan berbeda. Di tengah ruangan tersebut, ada sesuatu yang membuat jantungnya berdebar. Sebuah peti harta karun, bersinar samar di bawah cahaya redup gua, seolah menunggu untuk dibuka.
"Ini adalah... ini adalah Dungeon sesungguhnya," pikir Aldi, dengan rasa takjub dan kewaspadaan. Tempat seperti ini adalah mimpi setiap petualang, penuh dengan tantangan dan harta karun yang bersembunyi di kedalamannya.
Namun, saat Aldi melangkah lebih dekat untuk memeriksa peti tersebut, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang aneh. Sentuhan dingin menyentuh pundaknya. Rasa takut seketika menyeruak di dalam dirinya. Perlahan, dia menoleh ke belakang, dan di sana, tepat di hadapannya, berdiri sosok skeleton yang besar, matanya bersinar merah dengan cahaya kehampaan yang mematikan.
Tubuh Aldi kaku sesaat, dihantam oleh rasa takut. Namun, nalurinya sebagai penjelajah segera mengambil alih. Dia langsung berbalik dan berlari keluar dari ruangan itu, meninggalkan peti harta karun yang sempat membuatnya tergoda. Di sepanjang lorong, pasukan skeleton mulai bergerak mendekat, terdengar derap langkah-langkah tulang yang menggema di dinding gua. Mereka berusaha mengepung dan menangkapnya.
Dengan jantung berdebar kencang, Aldi terus berlari. Beberapa skeleton mencoba menghadangnya, namun dia berhasil melompati pasukan skeleton dan menghindari sabetan pedang yang hampir mengenai dirinya. Keringat dingin mengalir di dahinya, sementara langkah-langkahnya semakin cepat, mencoba menjauh dari ancaman yang kian dekat. Dia tahu, jika tertangkap, nasibnya mungkin tidak akan berakhir baik.
Di tengah kegelapan yang menyelimuti gua, Aldi hanya memiliki satu tujuan dalam pikirannya: keluar dari lantai ini sebelum pasukan undead itu menangkapnya.
Aldi berlari secepat mungkin, keringat dingin mengucur deras di wajah dan lehernya. Rasa panik menghantamnya, tetapi dia tetap memegang teguh Camcorder yang merekam setiap detik usahanya melarikan diri dari kejaran pasukan skeleton. Langkah-langkah kaki undead yang berat semakin mendekat, suara tulang yang bergesekan seolah menggema di seluruh lorong gua, menambah tekanan yang dirasakannya.
Aldi tak berhenti berlari, pandangannya terfokus pada satu tujuan: tangga menuju lantai di atas. Hanya itu satu-satunya jalan keluar dari kengerian yang mengejarnya. Nafasnya terengah-engah saat dia akhirnya melihat tangga batu yang mengarah ke atas. Tanpa berpikir panjang, dia segera memanjat tangga tersebut, langkah-langkahnya terasa berat karena ketegangan dan rasa takut yang meliputi dirinya.
"Aku harus sampai ke B3... aku harus keluar dari sini," Aldi bergumam dalam hati, berharap setidaknya lantai di atas akan lebih aman.
Namun, saat dia akhirnya mencapai puncak tangga, pemandangan yang menyambutnya membuatnya terkejut sekaligus kebingungan. Bukannya kembali ke lantai B3 seperti yang dia harapkan, Aldi tiba-tiba berada di luar gua, di tempat yang seharusnya menjadi pintu masuk Dungeon. Angin sejuk siang itu menyapu wajahnya, memberikan kelegaan sejenak setelah pelarian mendebarkan tadi. Langit terbuka di atasnya, dengan cahaya matahari masih bersinar terang dan deru angin yang menyejukan melewati wajahnya yang kelelahan.
Dia terdiam sesaat, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. "Bagaimana mungkin...?" gumamnya, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Aldi tidak bisa mengerti bagaimana dia tiba di luar gua hanya dengan menaiki tangga yang seharusnya membawa dia kembali ke B3.
Aldi menoleh ke belakang, jantungnya masih berdetak kencang, tapi kini rasa panik mulai mereda. Sepertinya pasukan skeleton itu tidak mengejarnya lebih jauh. Mereka seolah terikat pada sesuatu di lantai B4, mungkin terkait dengan harta karun yang mereka lindungi. Aldi menduga, ancaman utama dungeon ini terpusat di sana.
Mengambil napas dalam-dalam, Aldi duduk sejenak di tanah yang dingin di luar gua, merasakan cahaya matahari yang lembut menerpa wajahnya. Rasa lega mulai mengalir. Segera dia mengeluarkan Camcorder dan memeriksa rekaman yang tadi dia ambil. Setiap momen dari pelariannya, dari pertemuan dengan skeleton hingga penemuan harta karun, semuanya terekam dengan jelas. Tidak ada satu pun bagian yang hilang. Aldi merasa puas melihat rekaman itu, seolah semua usahanya tidak sia-sia.
Sementara dia asyik memeriksa hasil rekaman, sebuah kereta kuda kecil yang ditarik oleh seorang petani kebetulan lewat di jalan tak jauh dari sana. Petani itu, yang mengenali wajah lelah Aldi, memperlambat langkah kudanya dan bertanya, "Nak, kau baik-baik saja? Kau terlihat lelah sekali. Apa kau butuh tumpangan? Aku sedang menuju ke Dark Village, tak jauh dari sini."
Aldi, yang masih merasa kelelahan setelah petualangan mendebarkan di dungeon, tidak berpikir panjang. Dia menerima tawaran petani tersebut dengan senang hati. "Terima kasih, Pak," jawabnya, sembari menaiki kereta.
Dalam perjalanan, Aldi mencoba menceritakan sekilas tentang apa yang dia temukan di dalam gua—tentang pasukan skeleton, harta karun, dan misteri yang belum terpecahkan. Namun, sang petani hanya mengangguk dengan tenang, tampak tak terlalu terkejut. "Banyak cerita aneh di sekitar Haunting Forest, tapi aku tidak pernah tahu pasti apa yang ada di dalamnya," kata petani itu sambil tersenyum bijaksana.
Setelah beberapa waktu, mereka tiba di Dark Village, sebuah perkotaan besar yang dikelilingi pepohonan rindang. Aldi segera turun dari kereta dan berterima kasih kepada petani itu sekali lagi. Tujuannya sekarang adalah markas utama Advebture Guild itu, di mana dia harus melaporkan semua yang dia temukan.
Setibanya di markas Adventure Guild, Aldi disambut oleh seorang resepsionis yang tampak ramah namun formal. Napasnya masih belum sepenuhnya kembali normal setelah perjalanannya yang melelahkan, tapi rasa urgensi dalam dirinya membuatnya langsung menyampaikan maksudnya.
"Aku perlu bertemu dengan Lord Draven," kata Aldi tegas, suaranya penuh dengan keseriusan. "Aku memiliki informasi penting tentang Haunting Forest dan dungeon di sana."
Resepsionis tersebut tampak memahami kesungguhan Aldi. Tanpa banyak bertanya, dia segera menuju ke ruangan Lord Draven, meninggalkan Aldi di lobi yang cukup sepi malam itu. Beberapa saat kemudian, resepsionis kembali dengan berita yang dinanti.
"Lord Draven sudah menunggu Anda, Tuan Aldi. Anda bisa langsung masuk," katanya, sembari menunjuk ke arah sebuah pintu besar di ujung koridor.
Aldi mengangguk, berterima kasih, dan segera berjalan menuju ruangan tersebut. Di sepanjang koridor, pikirannya dipenuhi dengan apa yang baru saja dialaminya di dalam dungeon. Ia berharap Lord Draven bisa memberikan wawasan lebih tentang apa yang sebenarnya terjadi di tempat misterius itu.
Saat tiba di depan pintu besar kayu yang dihiasi ukiran kuno, Aldi mendengar suara dalam dari dalam ruangan, "Masuklah, Aldi," suara itu adalah milik Lord Draven, pemimpin Adventure Guild yang terkenal karena kecerdasannya dan pengalaman luas dalam menjelajahi berbagai lokasi berbahaya.
Aldi segera membuka pintu dan masuk ke ruangan yang besar dan tertata dengan rapi.
"Apa yang kau temukan di sana?" tanya Lord Draven tanpa basa-basi, suaranya penuh dengan rasa ingin tahu. "Aku dengar kau menjelajahi Haunting Forest, dan ada sesuatu yang tidak biasa terjadi di dalam dungeon itu."
"Alu menemukan sebuah dungeon, Lord Draven" kata Aldi dengan suara gugup
Aldi, yang masih merasa berat setelah petualangannya, segera mengeluarkan Camcorder dan menyajikan hasil rekaman yang dia buat selama di dalam dungeon. Dia mulai menjelaskan segala hal yang dialaminya, dari lantai-lantai awal yang kosong hingga B4, tempat dia bertemu dengan pasukan skeleton yang menjaga harta karun yang tampaknya sangat berharga.
Lord Draven mendengarkan dengan seksama, tidak sekali pun mengalihkan pandangannya dari Aldi. Matanya semakin menyipit saat Aldi mulai menceritakan tentang keanehan tangga yang membuatnya tiba di luar gua, seolah melompat di antara ruang dan waktu.
Setelah Aldi selesai bercerita, Lord Draven terdiam beberapa saat, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. Dia kemudian berbicara, suaranya lebih tenang namun lebih dalam. "Apa yang kau temukan di sana, Aldi, bukanlah hal yang sepele. Haunting Forest telah lama menjadi misteri, dan tampaknya ada sesuatu yang lebih besar dari yang kita kira di balik dungeon tersebut."
"Lord Draven, aku ingin menenangkan diri dulu di tavern milik Adventure Guild." kata Aldi
"Kalau bisa kau juga beri tahu para petualang yang ada, aku nanti akan memberi pengumuman penting." kata Lord Draven
"Baiklah Lord Draven." kata Aldi meninggalkan ruangan tersebut
Aldi segera turun dan duduk pada salah satu meja, dirinya memesan minuman non alkohol yang ada di menu tavern tersebut. Beberapa petualang yang mengenal Aldi dan sudah berteman dengan dirinya segera bergabung.
"Ada apa Aldi, kau kelihatan baru saja melihat hantu." kata mage perempuan
"Aku baru saja kembali dari Haunting Forest karena tugas dari Lord Draven. Apa yang aku temukan disana jauh lebih dari pada hantu." kata Aldi
"Kalau Begitu apa?" tanya seorang swordman yang duduk didepan Aldi
" Sebuah Dungeon, aku sendiri melihat peti harta karun disana. padahal aku baru masuk pada lantai B4." kata Aldi
"Kainaldia kan kurang sekali untuk dungeon, lagipula sangat sulit loh menemukan Dunegon baru." kata seorang Thief.
"Kali ini aku serius, buktinya sudah aku berikan pada Lord Draven." kata Aldi
"Hah bisa bisa saja dirimu, kalau ada pengumuman dunegon baru pasti Lord Draven akan memberi pengumuman." kata Swordman tersebut.
Baru saja sang swordsman, diam setelah meremehkan cerita Aldo, pintu ruangan Lord Draven terbuka dengan sebuah suara berat. Lord Draven, yang sebelumnya tampak tenang dan penuh perhitungan, kini turun dari ruangannya membawa sebuah lembaran Quest yang sangat penting. Wajahnya tegas, menunjukkan betapa seriusnya tugas yang baru saja ia putuskan untuk diberikan.
Tanpa banyak bicara, Lord Draven mendekati papan besar yang ada di Guild Hall, tempat semua Quest dipajang untuk para petualang yang datang setiap harinya. Dengan gerakan cepat, ia menancapkan lembaran Quest tersebut dengan tandatangannya sendiri di bagian bawah, menandakan bahwa ini bukan misi biasa—ini adalah tugas dengan urgensi tinggi, langsung dari pemimpin Guild.
Di sampingnya, sang resepsionis dengan cepat menerima salinan dari lembaran Quest tersebut, menyiapkannya untuk pendaftaran petualang yang berani menerima tantangan. Sekilas, Aldi melihat deskripsi Quest itu: "Eksplorasi Lanjut Dungeon Haunting Forest dan Penyelidikan Harta Tersembunyi", dengan rekomendasi level level pemula, dan sebuah peringatan tentang tingkat bahaya yang naik secara bertahap dalamnya.
Lord Draven berbalik dan berjalan menuju tavern yang terhubung dengan Guild Hall. Tempat itu biasanya menjadi pusat berkumpul para petualang setelah seharian beraksi di lapangan. Berita tentang Quest ini pasti akan menyebar dengan cepat, tapi Draven sepertinya punya rencana lain.
Saat dia masuk ke dalam tavern, semua suara percakapan sejenak terhenti. Lord Draven bukanlah orang yang sering muncul di tempat ini, apalagi untuk menyampaikan sesuatu. Dia berdiri di tengah ruangan, mengangkat tangannya sedikit untuk menarik perhatian semua orang. Tatapannya serius, namun ada kilatan antusiasme yang jarang terlihat.
"Para petualang sekalian," mulai Draven dengan suara mantap, "telah terjadi penemuan penting di dalam Haunting Forest. Seorang penjelajah sudah menemukan Dungeon yang berada di haunting Forest, dan menyimpan rahasia yang lebih dalam daripada yang kita kira. Harta karun yang telah lama terlupakan dan pasukan undead yang siap menjaga, menanti untuk diungkap. Dari hasil penjelajahan untuk tahap awal memang tidak terlalu berbahaya tetapi semakin kedalam akan semakin berbahaya. Untuk nama Dungeon tersebut akan aku beri nama Arudi Dungeon sesuai dari penjelajah yang menemukan dungeon ini yaitu Aldi Arudi. Untuk para petualang yang ingin menjelajah bisa mulai mendaftar pada Adventure Guild." kata Lord Draven dengan penuh keyakinan.
"Wah ternyata benar dirimu yang menemuka Dungeon tersebut." kata Swordman tersebut
"Kalau begitu kita pergi dulu mendaftar ya." kata Mage tersebut.