Dante dan Vergil memasuki ruang pertemuan dengan tenang namun penuh kewaspadaan. Di dalam ruangan yang diterangi oleh cahaya lembut kristal, Emperor Shiroi duduk di kursi terdepan, matanya tajam memperhatikan setiap gerakan. Di samping Shiroi duduk seorang pria yang seluruh wajahnya tersembunyi di balik kain hitam misterius, serta lima gadis berjubah panjang dengan hoodie menutupi kepala mereka, menyembunyikan wajah mereka dalam bayang-bayang.
Vergil, dengan insting assassin yang tajam, segera merasakan keanehan dari kain hitam yang menutupi wajah pria tersebut. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kain biasa—mantra pelindung yang kuat telah ditenun ke dalamnya, membuat siapapun yang melihatnya tidak dapat menembus ilusi untuk melihat wajah aslinya. Dante melirik sekilas ke arah pria itu, namun ia memilih untuk tidak menunjukkan ketertarikannya. Keduanya segera mengambil tempat duduk di sisi meja pertemuan besar yang diisi oleh tokoh-tokoh penting.
Ketika suasana hening menyelimuti ruangan, pintu besar di sudut terbuka perlahan, dan dua sosok wanita melangkah masuk. Kedua wanita itu menarik perhatian seluruh ruangan dengan kehadiran mereka yang anggun namun penuh kekuatan. Rambut perak mereka berkilauan di bawah cahaya kristal, dan mata biru mereka memancarkan sorotan dingin namun tajam. Salah satu dari mereka memiliki rambut perak yang panjang, menjuntai indah di sepanjang punggungnya, sementara yang satu lagi memiliki rambut yang lebih pendek, tetapi tetap menonjol dengan kekuatan yang sama.
Begitu Dante dan Vergil melihat kedua wanita tersebut, mereka langsung mengenali siapa mereka. Kedua sosok ini bukan orang asing—mereka adalah Aeka dan Takano, dua dari para pahlawan legendaris Kainaldia yang pernah bertarung di sisi Dante dan Vergil di masa lalu. Keduanya dikenal sebagai petualang legendari juga yang sudah bertualang jauh dan menjadi diplomat bagi Kainaldia Empire. Pertemuan mereka dulu diwarnai dengan kemenangan gemilang atas ancaman yang mengancam Kainaldia, dan kehadiran mereka di sini menunjukkan bahwa situasi kali ini tidak kalah pentingnya.
Takano, dengan rambut panjangnya yang anggun, melirik ke arah Dante dan Vergil dengan senyum tipis, mengisyaratkan bahwa dia tahu apa yang dipikirkan mereka. Sementara itu, Aeka, dengan rambut pendeknya yang lebih praktis, tampak lebih serius, meskipun tatapannya menunjukkan penghormatan terhadap kedua pria tersebut.
"Aeka.... Takano..." kata Dante,
"Kakak, lama tidak bertemu." kata Takano
"Kakak ternyata sudah pulang ya...Pantas saja kak Axel tadi terburu-buru." kata Aeka.
Emperor Shiroi hanya mengangguk, memberi tanda bahwa pertemuan segera dimulai. Pria berwajah tertutup itu tetap diam, namun aura dari lima gadis berjubah di sekitarnya terasa semakin intens. Dante dan Vergil tahu, apa pun yang akan dibahas di pertemuan ini, akan mengubah arah nasib Kainaldia sekali lagi.
"Paman Dante... Paman Vergil... Bibi Aeka... Bibi Takano.... Aku karap kalian tidak repot, maaf kalau ini sedikit mendadak. Perkenalkan ini Arc Wizard Alexhandra dari Dark mage Guild, dia punya proposal menarik." kata Emperor Shiroi.
"Proposal apa ya?" tanya Dante.
"Aku berencana membuat Dungeon sendiri, data yang aku dapatkan dari Adevture Guild menunjukan kalau Kainaldia sangat sekali kurang Dungeon, Dungeon yag sudah ada yaitu Magical Labyrinth yang sudah ada masih kurang." kata Arc Wizard Alexhandra.
"Menarik...." kata Vergil dengan nada penasaran
"Memang sih Kainaldia tidak punya banyak Dungeon untuk bisa dijelajahi." kata Vergil
"Aku sudah menyiapkan ruang kendalinya dari setiap dungeon yang akan dibuat, juga untuk semua keperluan monster dan para staffnya." kata Arc Wizard Alexhandra.
"Benar juga sih, kalau mau mengurus dungeon pasti diperlukan staff yang cukup banyak." kata Aeka dengan nada serius.
"Putri Aeka, tenang saja... untuk staff umumaku sudah membuat banyak sekali mini golem yang bisa diperintahkan untuk membantu hal umum didalam dungeon dan dua orang Dwarf yang akan membantu membangun atau membuat item yang akan diletakan didalam peti harta karun." kata Arc Wizard Alexhandra.
"Lokasi tempat Dungeon ini akan dibuat dimana?" tanya Takano.
Emperor Shiroi, dengan wajah serius, membuka peta besar Kainaldia Empire dan meletakkannya di tengah meja pertemuan. Cahaya lampu penerangan memancarkan kilauan lembut di atas permukaan peta yang terlihat penuh dengan detail. Lima tanda khusus, ditandai dengan simbol yang berbeda dari tanda-tanda biasa, terukir di peta tersebut. Setiap tanda mewakili lokasi yang strategis, di mana dungeon akan segera didirikan, beberapa gua kuno yang memiliki potensi kekuatan misterius yang besar dan tempat yang sedikit terbengkalai.
Dari sisi lain meja, Aeka dan Takano, kini ikut mendekat. Rasa penasaran mereka mendorong mereka untuk melihat lebih dekat. Aeka memperlihatkan yang penuh rasa ingin tahu. Takano, yang lebih pendiam namun tajam, mengikuti dengan tatapan penuh pengamatan, memastikan ia tidak melewatkan satu detail pun dari peta yang sedang diperiksa.
"Lokasi-lokasi ini..." ujar Vergil sambil menunjuk salah satu tanda di peta, "semuanya berada di tempat-tempat yang terpencil, namun masing-masing terhubung dengan garis energi kuno yang sangat kuat. Jika dungeon ini didirikan, kita harus memastikan bahwa mereka tidak menjadi sumber kekacauan."
Dante mengangguk, meraba tanda khusus di bagian tenggara peta.
"Tempat ini... Haunting Forest. Tempat di mana tidak ada yang pernah kembali. Menurut penduduk sekitar tempat ini sungguh menyeramkan dan terdapat banyak sekali hal mistis" kata Dante
"Tenang saja paman, Kainaldia Army Recon 1st Battalion sudah memastikan tempat ini aman, juga dari gambar satelit menunjukan tidak ada mahkluk atau monster apapun didalam hutan tersebut." kata Emperor Shiroi
"Berarti monster yang ada hanya berada didalam gua tersebut..... pertanyaan, mau berapa lantai yang akan dibuat?" tanya Dante dengan penasaran
"Kalau sesuai perencanaan aku ingin membuat 10 hingga 15 lantai" kata Arc Wizard Alexhandra
"Kalau satu lantai dibuat beberapa skenario?" tanya Vergil dengan nada lebih penasaran
"Menarik juga ide dari Lord Vergil, karena mungkin ini dungeon baru kemungkinan akan banyak petualang yang mencoba dan takut kalau level dungeon tersebut penuh." kata Arc Wizard Alexhandra
"Juga untuk penerangan dan yang lain bagaimana?" tanya Aeka dengan nada penasaran.
"Aku sudah mengikat kontrak dengan 6 Elemental Spirit dan mereka akan membantu untuk membangun dungeon tersebut." jawab Arc Wizard Alexhandra
"Bagaimana dengan Guild Leader lain? apa mereka setuju?" tanya Dante
"Kalau itu kita akan bahas nanti malam, aku mengundang semua Guild Leader untuk bisa hadir pada makan malam kerajaan dan membahas hal ini. Juga sebetulnya aku punya rencana juga untuk mengembangkan wilayah tersebut agar bisa mendatang juga pendapatan lebih untuk pajak kerajaan." kata Emperor Shiroi.
"Jadi secara tidak langsung kalian punya tujuan yang sama.... semakin menarik." kata Vergil melihat peta tersebut.
"Kalau begitu tuan Alexhandra, anda bersama kelima murid anda bisa istirahat di ruangan yang kami persiapkan. Malam ini kita akan membahas masalah ini dengan Guild Leader lain." kata Emperor Shiroi menunjukan jalan.
Setelah mengantarkan Arc Wizard Alexhandra dan kelima muridnya ke kamar tamu kerajaan yang megah, Emperor Shiroi menoleh kepada mereka dengan senyuman kecil. Meskipun sepanjang perjalanan mereka membahas mengenai pembangunan dungeon, nada suara Shiroi tetap optimis. Ia yakin proyek ini akan memperkuat kerajaan dan memberi keuntungan besar dalam menghadapi ancaman dari dimensi lain. Sesampainya di kamar yang penuh dengan ornamen mewah, Emperor Shiroi mempersilakan Alexhandra dan murid-muridnya untuk beristirahat, mengetahui bahwa hari-hari ke depan akan menjadi sangat sibuk.
Di malam hari, suasana di Imperial Palace berubah menjadi lebih formal dan serius. Semua Guild Leader telah tiba dari berbagai penjuru Kainaldia, masing-masing membawa aura otoritas dan kekuasaan mereka sendiri. Namun, di antara semua tamu yang hadir, Arc Wizard Alexhandra menjadi pusat perhatian. Sebagai salah satu penyihir terkuat di kerajaan, kehadirannya memberi bobot besar pada acara makan malam itu. Para pemimpin guild mengamatinya dengan hormat, beberapa bahkan dengan kekaguman yang terbuka.
Di tengah ruangan makan yang penuh cahaya lilin dan hiasan elegan, Dante dan Vergil duduk di meja utama, mengamati situasi dengan pandangan waspada. Mereka tahu bahwa di balik semua kemeriahan dan formalitas ini, ada ketegangan yang mendasari—dungeon yang akan dibangun bisa menjadi faktor penentu kelangsungan kerajaan, dan diskusi malam ini akan memutuskan banyak hal.
Aeka dan Takano juga hadir di sana, duduk di sisi lain meja. Meskipun mereka terlihat tenang, ada kecerdasan tajam di mata mereka, menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya sadar akan pentingnya pertemuan ini. Makan malam itu berlangsung meriah, dengan makanan lezat dan percakapan yang sesekali diiringi tawa. Namun, semua yang hadir tahu bahwa acara utama baru akan dimulai setelah makanan disingkirkan.
Ketika makan malam berakhir, Emperor Shiroi berdiri, dan seluruh ruangan segera hening. Semua mata tertuju pada kaisar tersebut, dan suasana berubah serius. Dengan suara tegas namun ramah, Shiroi membuka pertemuan.
"Saudara-saudaraku, para Kainaldia Guild Leader. Hari ini, kita telah menyambut Arc Wizard Alexhandra dan para muridnya, yang akan membantu kita dalam tugas besar yang ada di depan kita. Pembangunan dungeon ini adalah proyek ambisius, untuk hal ini aku mengundang kalian semua untuk membahas hal ini." kata Emperor Shiroi
"Aku sudah mendengar rumor ini kalau seseorang ingin membuat dungeon untuk para petualang. Sebetulnya aku suka dengan ide tersebut tetapi bagaimana cara untuk mengatur dungeon tersebut?" tanya Lord Draven Blackthorn, ketua dari Adventure Guild
"Kalau hal itu kami sudah menyiapkan ruang kendali untuk memonitor semua aktifitas didalam dungeon. Salah satu dari kelima muridku akan bertugas menjadi Caretaker utama dari setiap dungeon yang aku buat." kata Arc Wizard Alexhandra
"Dan berapa banyak Dungeon yang akan kau buat?" tanya Lady Aria Nightshade, ketua dari Assassin Guild.
"Aku membuat lima dungeon, dan setiap wilayah punya rintangan yang berbeda." kata Arc Wizard dengan santai."
"Untuk menjamin keamanan dan kelancaran operasi Dungeon, bagaimana kalau Imperial Family juga membantu?" tanya Emperor Shiroi
"Ide yang bagus dari Emperor Shiroi, kalau ada anggota kerajaan yang terlibat aku merasa lebih yakin." kata Nyra Shadowstrike, ketua dari Ranger Guild
"Aku sih tidak keberatan sama sekali, justru ada kesempatan bagus untuk belajar hal yang baru." kata Vergil.
"Aku juga penasran cara kerja Dungeon.... jadi, kenapa tidak?" kata Dante
"Baiklah kalau begitu, aku juga menunjuk Princess Aeka dan Takano juga untuk membantu. Untuk yang murid Arc Wizard yang mana yang akan mengurus dungeonnya aku serahkan kembali ke Arc Wizard Alexhandra." kata Emperor Shiroi
EEEEEHHHH.....?!?!?!" reaksi Aeka dan Tanako
"Putri Aeka dan Putri Takano sudah banyak pengalaman bertualang kan, jadi sebagai expertise dari sisi petualang bagaimana dan seperti apa juga akan sangat membantu dalam pembangunan dungeon." kata Lady Valeria Stormveil dari Paladin Guild.
"Lalu untuk Guild lain bagaimana?" tanya Emperor Shiroi
"Merchant Guild akan melihat oportunitas bisnis disana, tentu saja Blacksmith dan Alchemist guild juga kalau melihat peluang bisnis disana pasti akan tertarik." kata Lord Isolde Silvervein.
"Untuk monster bagaimana?" tanya Lord Zareth Ironclaw dari Fighter Guild
"setelah lantai dari setiap level sudah jadi, aku akan mulai perekrutan monster, dan tenang saja mereka tidak akan mati begitu saja." kata Arc Wizard mengeluarkan beberapa magical gems
"Apa yang kau mau gunakan dari magic gems itu?" tanya Lady Selene Ashborne, ketua dari Mage Guild
"Aku berhasil menyempurnakan magic pembuat tubuh palsu, dengan magical gems ini aku bisa membuat tubuh tiruan dari monster ataupun mahkluk apapun. bila terbunuh selama berada didalam dungeon tubuh asli mereka tidak akan apa-apa dan tubuh yang terbunuh meninggalkan gems ini." kata Arc Wizard Alexhandra
"Semakin menarik." kata Draven Blackthorn
"Jadi bagaimana semua Guild Leader? kalau kalian setuju dengan project ini angkat sendok kalian." kata Emperor Shiroi
Ketika semua Guild Leader yang hadir mengangkat sendok mereka sebagai simbol persetujuan, Emperor Shiroi tersenyum puas. Keputusan telah diambil—pembangunan dungeon akan dimulai, dan dengan suara bulat, mereka setuju untuk melanjutkan proyek ambisius tersebut. Aura kemenangan terasa di seluruh ruangan, meskipun suasana tetap tegang karena implikasi besar dari keputusan ini.
Vergil dan Dante, yang mengamati situasi dari meja utama, saling bertukar pandangan sebelum melihat ke arah Aeka dan Takano. Mereka berdua mengerti makna di balik tatapan tersebut: hari esok akan menjadi sangat sibuk. Rencana besar ini akan memerlukan koordinasi, pengawasan, dan mungkin pertarungan melawan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya. Dante hanya bisa menghela napas panjang, mengetahui bahwa tanggung jawab mereka sebagai Immortal Princes akan bertambah berat.
Sementara itu, Takano terlihat sedikit kesal. Sebagai seorang Top Tier Fighter, dia lebih suka berada di medan tempur, menghancurkan monster atau musuh dengan tinjunya daripada berurusan dengan politik dan rahasia kerajaan.
"Aku lebih suka meninju monster sampai mereka tewas daripada duduk di sini mendengar omong kosong ini," gumam Takano pelan, tapi cukup keras untuk membuat Aeka tersenyum kecil.
Setelah pertemuan selesai, Emperor Shiroi berdiri kembali untuk mengucapkan perintah terakhir. Dengan suara tegas, namun penuh wibawa, ia berkata, "Aku berterima kasih atas dukungan kalian semua. Tapi aku juga meminta satu hal—apa yang kita bahas malam ini harus dirahasiakan. Tidak ada satu pun kata tentang pembangunan dungeon ini yang boleh keluar dari ruangan ini. Ini adalah pertemuan yang harus tidak boleh diketahui dunia luar, demi keamanan Kainaldia dan para petualang."
Para Guild Leader mengangguk, memahami pentingnya kerahasiaan ini. Setelah itu, mereka meninggalkan Imperial Palace satu per satu, kembali ke markas utama guild mereka masing-masing dan tahu bahwa pertemuan tersebut adalah rahasia besar yang tidak boleh diketahui orang lain.
Dengan itu, malam berakhir, dan keesokan harinya, tantangan besar yang menanti mulai mendekat.