BAB 1
Jika kalian menemukan buku ini, baca dulu "Devil Bride" sebagai season 1-nya!
"Pagi, Mile. Aku sudah menyiapkan dua piring sarapan di sini. Mau roti keju tidak? Atau makan aku saja."
[Apo Nattawin Wattanagitipat]
***
SAAT mengajak Apo keliling di berbagai belahan dunia, Mile tidak melewatkan Negara Ukraina, meski waktu semakin sore. Dalam bentuk naga, iblis itu mencerabut bunga biru di tanah terbuka, tetapi langsung melepasnya lagi.
"ITU UNTUKKU?! KENAPA MALAH DIBUANG?!" tanya Apo. Lelaki itu berteriak sambil meremas punggung Mile makin erat karena sang suami terbang lagi ke arah lain.
"Bukan ini, aku baru ingat bunga yang lebih bagus!" kata Mile. Sang iblis pun melesat ke padang bunga matahari seluas 150.000 hektar yang terbentang tidak jauh dari tempat mereka menjelajah.
"WHOAAAAAAA!!!"
Apo sampai kaget karena mereka terbang begitu rendah, sementara pelukannya pada Mile bisa membuat tangannya kebas. Namun, segalanya sebanding.
Apo benar-benar melihat hal yang dia suka. Warna kuning! Mile tahu darimana dia suka yang cerah-cerah? Sang suami bahkan langsung mencerabut beberapa tangkai dengan kaki-kaki bercakarnya sebelum membawa Apo turun.
BRUGH!!
"HA HA HA HA HA! ITU TADI LUAR BIASA!" tawa Apo. Dia langsung melompat ke tanah, dan tercengang karena Mile pergi lagi. "HEI, MILE! MAU KE MANA?!"
WUSSSSHHHHHHH!!
"TUNGGU!!"
Apo pun melihat bertapa indahnya Mile ketika terbang melintas di atas kepalanya.
Sang suami memang mengubah dirinya jadi naga yang kecil untuk terbang lebih cepat sejak melewati benua Amerika. Dan itu samasekali tidak mengurangi pandangan Apo tentang betapa perkasa sang panglima.
Kata Mile, "Aku harus membawamu ke lebih banyak tempat seharian ini! Nanti baru pulang!"
"MILEEEEEE! JANGAN LAMA-LAMA YAAAA!!" teriak Apo sambil melambaikan tangannya ke udara. Dia agak cemas ketika ditinggalkan sendirian, apalagi di negara asing.
Apa ada ular nakal di tempat ini? Untung Mile kembali kurang dari 5 menit.
BRUGH!
Cakar-cakar Mile mencengkeram tanah ketika dia mendarat ke bumi. Tepat di depan Apo, sang iblis menundukkan kepala seolah minta dielus, dan Apo memberikannya. Sebagai balasan, Mile pun memberikan buket bunga yang dia bawa.
"Hohoho! Bagus. Terima kasih"
...." kata Apo. Sambil mendekap buket itu, dia juga memeluk moncong kepala sang naga, lalu mencium pipi kasarnya. "Ini cantik sekali, walau aku penasaran kau mencuri kertasnya dari mana."
"Jangan khawatirkan soal itu. Aku menjatuhkan beberapa dolar di toko bunganya," kata Mile.
Apo malah mengernyit. "Shiaa! Mana bisa dolar digunakan di negara ini? Bukankah mata uangnya hryvnia?"
Mile malah mendusel ke dada lelaki tercintanya. "Setidaknya dolar bisa di kurs jadi sangat mahal."
"Ha ha ha. Teserah saja padamu." Apo pun berjalan menyusuri padang bunga matahari itu dengan ditemani Mile di sisinya. Tangan tak pernah melepaskan leher Mile seolah mereka berpegangan, sementara Apo merasa aman dengan derak suara sayap Mile yang menggeret tanah. Ah, dia bahkan terlindungi dari sinar matahari karena Mile sengaja dalam bentuk itu. "Mile, kau tidak mau membuat memori di tempat ini? Berubahlah jadi manusia. Aku ingin menciummu."
Mile malah menoleh dan memandangnya begitu lekat. "Di sini panas. Kau jangan sampai sakit," katanya. Lalu mengelus pucuk rambut Apo dengan jari bercakarnya.
"Tidak apa-apa sebentar," kata Apo. Namun, Mile malah mendorong dada Apo hingga terjengkang. Bahkan buket bunganya terlempar ke sisi kepala. "OI, MILE!"
BRUGH!
"Grrrr," geram Mile.
Apo malah tertawa-tawa karena Mile menjilati wajah dan perutnya hingga tali bathrobe yang dipakai melonggar. "HA HA HA HA! OI! OI! OI! GELI, BRENGSEK! OIII! HA HA HA HA HA!"
Sore itu, seperti tak nyata saja. Apo berguling-guling di antara tangkai-tangkai bunga matahari, dan terus tertawa hingga napasnya berisik. Dada lelaki itu naik turun karena tersengal, tapi mata naga Mile malah berkaca-kaca saat memandangi wajah bahagianya.
"Apa? Oi? Kenapa?" tanya Apo penasaran.
Mile mengesun keningnya masih dengan wujud besar itu. Dia melingkupi Apo hingga bayangannya seperti atap, sementara Apo tertegun mendengar apa yang dia katakan.
"Umurmu sekarang 29 tahun? Berarti kira-kira aku akan bersamamu sekitar 50 tahun lagi."
DEG
"Apa?" Apo terbelalak, lalu menyentuh pipi naga suaminya. "Oh, maksudmu soal keabadian. Ya, kan aku manusia."
Kaki naga Mile mengetuk-ngetuk tanah. "Hm, tapi aku akan menunggumu reinkarnasi setiap 100 tahun. Tak masalah. Jadilah dewasa dengan cepat kalau itu terjadi, dan jangan menangis waktu mati. Aku tidak bisa melihatmu begitu."
Sumpah, Apo tidak pernah berpikir sampai sana hingga Mile membahasnya. "Oke. Aku akan mati dengan tersenyum kalau itu maumu."
"Apa Mile sengaja tidak berubah jadi manusia? Dia takut aku melihat muka sedihnya?" pikir Apo. Lalu menguleni pipi Mile seperti mochi. "Ululu, manis sekali. Hooh. Bagus. Kuharap kau tidak selingkuh saja kalau nanti kutinggal mati."
Mile malah menggeram heboh. "Kau bercanda? Aku malah berpikir menghamilimu andai bisa. Jadi anak itu akan menemaniku selama kau pergi."
DEG
"Hei, tentu saja tidak bisa ...." kata Apo dengan suara yang goyang. Mendadak dia juga sedih, tapi kemudian memukul muka Mile dengan buket bunganya. PRAKH! "Sudahlah! Kau ini malah membicarakan topik yang akan terjadi 50 tahun lagi. Gila! Aku baru saja ingin bahagia. Bajingan kau suami bodoh!"
Sore itu, Mile pun mewujudkan keinginan Apo. Dia berubah menjadi manusia sebentar untuk berciuman, tapi tidak lebih dari itu. Mile terlalu cemas Apo belum makan dan mandi seharian. Apalagi lelaki itu dibawa pergi setelah mereka bercinta sepanjang siang kemarin. Badannya pasti lapar dan lelah.
Mile pun membawa Apo terbang cepat lagi hingga sampai ke rumahnya yang ada di Paris. Itu paling dekat daripada rumahnya yang lain, sementara Apo langsung ambruk begitu kakinya menapak balkon.
Brugh!
"Hei, hei, hei, Apo!" kata Mile khawatir. Apo malah memeluk Mile, lalu melompat seperti bajing sambil melingkarkan kedua kakinya ke pinggang sang suami.
"Bawa aku masuk! Beri makan! Aku mau daging sapi panggang!"
Punggung Mile pun menabrak balkon di belakang, tetapi dia balas memeluk. Iblis itu tidak marah sedikit pun, malahan mengemong Apo seperti bocah. Mile membiarkan Apo dalam gendongannya, lalu merendam tubuh penuh kissmark Apo ke bath up hangat.
"Oke, mandi dulu. Sapinya baru akan disembelih untuk makan malammu," kata Mile separuh bercanda.
Apo malah ketiduran bahkan sebelum Mile pergi. Lelaki itu sepertinya sangat kelelahan dan tenaganya terkuras habis. Dan Mile buru-buru mengangkatnya dari sana sebelum kedinginan.
Mile merebahkan Apo ke ranjang. Dia persetan dengan basah di seprai. Karena Mile lebih takut Apo kenapa-kenapa hingga iblis itu tidak meninggalkan Apo yang dipeluk selimut tebal.
"Barbeque-nya sudah siap, jadi nanti langsung makan kalau bangun," kata Mile. Dia berbisik di telinga Apo setelah meletakkan daging pesanan itu. Namun, napas Apo terdengar sudah sangat nyaman. Dia mendengkur halus seperti tidak tidur dua hari, sampai-sampai Mile pusing memikirkan harus bagaimana.
"Aku baru benar-benar menyadari dia manusia biasa," kata Mile, yang ikut berebah di belakang punggung Apo untuk memeluknya. "Mungkin lebih baik kubawa kau pulang dulu untuk menemui Nana. Dia pasti bisa melakukan sesuatu dengan daya tahanmu." (*)
(*) Pulang yang dimaksud Mile adalah ke Devil Realm. Bukan ke rumah di Italia.
"Mnnn, mnnn," gumam Apo dengan gigi yang bergemeratak lucu. Lelaki itu seolah sedang menyahuti omongan Mile, padahal dia sudah bermimpi makan daging yang tiba-tiba hujan dari langit.
"Cih, sial," kata Mile yang terlalu gemas. Iblis itu langsung pergi ke kamar mandi setelah mengesun pipi Apo, dan solo sendirian daripada kelepasan menggagahi lelaki yang kelelahan itu. Dia bahkan tidak tidur di sisi Apo setelahnya, dan membuat Apo tertawa pada keesokan pagi.
"BUAHAHAHAHAH! MILE?! SEDANG APA KAU DI SANA?!" kata Apo. Lelaki itu segera turun dengan piama acak-acakan. Lalu menyerbu Mile yang sudah berbentuk kucing hitam.
Lucunyaa! Iblis itu bahkan tersampir di pegangan sofa seperti baju kumal. Meskipun begitu, Apo tetap duduk di sana sambil menggendong kucing Mile.
"Hei, jangan sun mukaku. Sarapan dulu sana. Kau belum mengisi perut sejak kemarin," kata Mile, yang menepuki muka Apo dengan paw-nya.
Apo malah menggigiti pipi kucing itu dengan bibirnya. "Ho, tidak mau. Aku mau menelan pipimu ini."
"Apo, teruskan saja aku akan berubah jadi ular."
DEG
"HAH?!"
Refleks, kucing Mile pun langsung dibuang ke lantai. "Meooww!!" kata Mile yang kaget.
"Jangan ular lagi, tolonglah. Aku jadi ingat Bas kalau--"
"Oke, oke. Damai. Sekarang ayo ikut aku," kata Mile. Dia tidak mau Apo kepikiran, lalu menggandeng lelaki itu ke ruang makan begitu sudah berubah ke tubuh manusia. Iblis itu menunjukkan meja makan yang sudah penuh sarapan, tapi Apo malah menyasar roti dan keju di depan mukanya. "Hei!"
"Oke, aku sedang mood makan yang ini," kata Apo cengengesan. Dia lantas meracik keju di atas piring, walau masih posisi berdiri. Mile pun hanya geleng-geleng dengan kelakuannya. "Kenapa? Ingin? Atau kau mau makan aku saja?"
DEG
Pelipis Mile langsung berdenyut-denyut mendengarnya. "Jangan kebiasaan menggodaku saat pagi," katanya. "Nanti kalau kau tak bisa jalan aku sendiri yang susah."
"Hm? Kenapa?" tanya Apo penasaran.
Mile pun memandang lelaki itu lekat-lekat. "Hari ini mau bertemu para kerabatku? Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk memulai resepsi bagus dengan cara yang benar."
Bersambung ....