Jika saja aku tak lahir apakah aku tak akan merasakan semua penderitaan ini?
Athena, hanya satu kata itulah yang menandakan bahwa itu dirinya. Nama yang bahkan hanya di ambil dari sebuah buku usang yang sekilas terlihat. Ia terlahir hanya karena tak sempat untuk di gugurkan.
"Kau bawa saja dia pergi. " kalimat yang seharusnya tak pantas di ucapkan oleh wanita yang melahirkan nya.
"Pergi? Kau gila? Aku tidak mau menambah beban hidup hanya untuk membesarkan anak ini! Kenapa tidak kau gugurkan saja dari awal!" ucapan yang di keluarkan oleh pria yang kini berstatus sebagai 'ayah'.
"Kau yang harus bertanggung jawab Edward!"
Tangis bayi mungil itu pecah seketika membangunkan tidurnya, tak mengerti dengan keributan yang terjadi.
"Aku tidak peduli! " ia pergi meninggalkan pacar dan anaknya. Pergi dan tak pernah kembali.
"Arrgghhh! "
10 tahun kemudian
Athena tumbuh dengan kesehatan mental yang buruk ditambah keadaan dirinya yang memang sudah tergolong sangat buruk.
"Kenapa kau lama sekali?! " bentak Donella pada anaknya.
"Maaf, Mama tadi-"
"Sudah aku bilang jangan panggil aku Mama! Berdiri di dinding!"
Lagi-lagi hukuman menantinya, dengan tubuh yang bergetar hebat ia mendekati dinding. Dinding putih dengan berbagai corak merah kecoklatan dan amis, yah bekas darah Athena yang sudah mengering.
Pakk..pakk..
Punggung dan kaki merupakan sasarannya, menahan rasa sakit yang ia sendiri pun mau tak mau harus menahannya. Di pukuli merupakan makanan sehari-hari nya.
"Sa..sakit.. " tetap tak berhenti Donella memukulnya walau punggung anaknya sudah mengeluarkan banyak darah.
"Diam kau! "
Matahari mulai menghilang, setidaknya tubuhnya bisa beristirahat sejenak. Karena Donella pergi bekerja di malam hari sebagai wanita penghibur di sebuah club malam
Hanya roti tawar untuk makan malam, ralat hanya roti tawar untuk makanannya hari ini. Aroma daging panggang yang tercium oleh penciumannya dan tawa yang terdengar tak jauh dari posisinya. Di sekitar rumahnya terdapat sebuah restoran daging yang setiap malamnya selalu mengeluarkan aroma daging yang enak.
Dihirupnya dalam-dalam aroma daging panggang sambil memejamkan mata membayangkan dirinya yang tengah menyantap daging, digigitnya roti tanpa membuka mata menghayati setiap gigitannya.
Impiannya sangat sederhana, duduk bersama teman-teman sambil tertawa menikmati daging panggang. Kehidupan damai yang sangat diharapkan.
Mata biru mengkilap itu menatap rembulan dengan sangat berharap, kepada siapa ia harus meminta agar harapannya terwujud kan?
"Kepada siapapun yang mendengar, bisakah kau mewujudkan harapanku? Aku hanya ingin duduk sambil menikmati sepotong daging. " siapapun yang mendengarkan harapan itu pasti akan melemah hatinya.
Seseorang mendengarnya, anak laki-laki yang umurnya lima tahun di atas Athena. Ia hanya kebetulan lewat.
"Harapan yang aneh."
Betapa terkejutnya Athena, ditambah dirinya yang sedikit takut melihat kedatangan seorang anak laki-laki. Ia sangat paranoid terhadap orang asing.
"Si..siapa ka..kau? " tanyanya dengan gemetar, padahal jarak anak laki-laki itu tak terlalu dekat.
Laki-laki itu menatap iba melihat kondisi Athena yang sangat buruk, pakaian lusuh dan tak terurus.
"Aku? Bukan siapa-siapa, " ucapnya lalu pergi meninggalkan Athena. Ia tak ingin berurusan dengan orang-orang seperti Athena, baginya begitu menyusahkan.
Jam menunjuk pukul 09:34 pagi, waktunya bekerja. Pekerjaannya sebagai tukang bersih-bersih di club tempat Donella bekerja, tempat yang tak seharusnya Athena berada.
Untuk menuju tempat bekerja ia harus melewati sekolah, dimana anak-anak seusia nya belajar dan berbaur. Pernah ia meminta izin untuk bersekolah namun yang ia dapatkan adalah hukuman.
"Anak seperti kau tak pantas untuk menerima ilmu! " hal itu yang membuatnya selalu pesimis dan merasa rendah diri.
"Gadis aneh? " Athena terkejut begitu mendapati seorang anak laki-laki yang semalam menyebut harapannya aneh.
"Ka..kau.. " selangkah ia melangkah mundur, mengambil ancang-ancang untuk lari namun dirinya sudah di kepung oleh beberapa anak sekolah.
"Apa yang kau lakukan disini? Kau tak mungkin bersekolah disini, iya kan? " Athena tahu hatinya sudah sangat terbiasa mendengar ucapan-ucapan seperti itu, tetapi tetap saja ia tak bisa menahan rasa sakitnya.
"Ma..maaf-" ucap Athena malang, menatap sepatunya yang sudah usang.
"Hei, lihat siapa ini? " beberapa anak perempuan seusianya datang, menatap jijik Athena yang berpenampilan buruk.
"Kau mengenalnya, Juan? " ternyata nama anak laki-laki-laki yang menyebut Athena aneh bernama Juan.
Tak ada jawaban, Juan hanya diam melihat Athena yang dibully habis-habisan.
"Bagaimana mungkin anak rendahan ini bisa di kenal oleh Juan! " bela yang lain.
"Ugh bau badannya sangat busuk! " tanpa ragu salah satu dari mereka menendang kaki Athena yang membuatnya tersungkur. Rasa nyeri di tulang kering sangat menyiksanya.
"Pergilah! " mendengar suara ribut membuat anak-anak lainnya menghampiri Athena, semakin banyak yang mengerubunginya, wajah merah yang menahan air mata. Mereka mulai menendang dan melemparinya batu-batu kecil. Tubuh kecil Athena meringkuk ketakutan, tak tahu harus bagaimana.
"Pergilah! "
"Kau sangat menjijikan! "
Lihat, dimanapun tak ada yang menerima kehadirannya.
"Hentikan. " Juan bersuara dengan wajah tanpa ekspresi, hanya dengan satu kata semua tak berani bergerak. "Pergilah. " ucapnya pada Athena yang menatapnya penuh rasa terima kasih.
Dangan langkah tertatih-tatih Athena pergi, namun masalah besar menunggunya.
"Apakah kau suka membuatku murka?! "
Pakk..pakk
Donella memukul kuat Athena dengan menggunakan kayu, entah dari mana ia mendapatkan benda itu.
"Ma..maafkan aku, " dicengkram kuat ujung bajunya untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan.
"Arrgghh! "
Prankk.. Tak sengaja Donella melempar gelas kaca yang tepat mengenai kepala Athena, mengakibatkan darah bercucuran dari ujung kepalanya.
"Jika kau mengulangi kesalahan ini lagi, akan ku bunuh kau! " ucapnya sangat tidak punya hati.
Athena berjalan menuju wastafel toilet, membersihkan kepalanya yang masih mengeluarkan darah. Tidak terlalu parah hanya kulit kepalanya sedikit koyak.
"Argh.. " ia masih berumur sepuluh tahun, mengapa harus merasakan siksaan seperti ini.
Prankk.. Terdengar sesuatu yang pecah tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan cepat Athena menuju suara itu, takut Donella semakin murka.
Wajah pucatnya, wajah ketakutan yang Athena sendiri baru kali itu melihatnya. Donella sangat ketakutan, ia terduduk lemas menatap sebuah pecahan Vas yang pastinya itu adalah barang mahal milik pelanggan yang harganya tidak sebanding dengan nyawanya.
"Donel-" baru saja Athena menghampirinya, Donella sudah menuding nya bahwa Athena lah pelaku nya.
"KAU! " ini dia lagi-lagi Athena yang harus menanggung kesalahan yang tidak ka perbuat. "MAKANYA SUDAH KU KATAKAN JANGAN BERTINGKAH! " teriaknya histeris yang pastinya mengundang banyak orang untuk melihat keadaan. Kenapa wanita itu sangat membenci nya? Apa kesalahan yang telah ia perbuat.
"Bu..bukan aku.. "
"DIAM! "
"Ada apa ini? " pemilik tempat prostitusi itu datang begitu mendengar adanya keributan.
"Lihat! Anak ini memecahkan vas milik pelanggan! " Donella mengkambing hitamkan Athena.
"Apa?! " mereka dalam masalah.
"Bu..bukan aku.. A..aku bersumpah bukan aku. " tetap saja hal itu tak berguna.
"Itu adalah vas penting! Sekalipun tak bisa di bayar dengan nyawamu! " ia membentak Athena dengan sangat murka.
Plakk..tamparan panas yang nyaris membuat pipi Athena terasa pecah.
"Bu..bukan aku.. " Athena masih bersikukuh bahwa itu bukan kesalahannya, ia memegang pipinya sambil menangisi dirinya yang begitu menyedihkan.
"Menyingkir! " seorang pria bertubuh besar membuka jalan untuk pria yang berdiri di belakangnya.
"Ca..camorra? " bagaimana bisa pemimpin organisasi terkuat itu ada disini.
"Tuan..saya benar-benar minta maaf, anak ini memecahkan vas pesanan anda-"
Bughhh..satu pukulan mendarat untuk pria pemilik Club.
"Pecah? " Vas itu sangatlah langka, hal itulah yang membuatnya rela mengunjungi tempat terpencil ini. "Beraninya! " jelas ia sangat murka, ia menghabiskan 20 miliar untuk vas itu.
Wajah pucat Athena membuatnya semakin tak berdaya, ia sudah kehilangan banyak darah karena lemparan gelas tadi.
"Siapa pelakunya? " tanyanya dengan suara berat yang semakin membuat Athena gemetar ketakutan.
"Anak ini, tuan." Sahut Donella, sesekali menatap genit. Tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Pemimpin Camorra menatap Athena yang sudah sekarat, "ada apa dengannya? " tanyanya melihat keadaan Athena yang menyedihkan.
Athena tak bisa menahannya, kepalanya berdenyut nyeri. Tak lama semua menghitam, tubuhnya tidak bisa lagi menahan penderitaan, ia pingsan.
<<<<