Chereads / The Little Mother / Chapter 4 - Beranjak Dewasa

Chapter 4 - Beranjak Dewasa

Gadis itu terbangun setelah seharian penuh tertidur. Isran duduk di balkon kamar sambil mengisap asap rokok, menunggu Athena terbangun.

"Aku dimana? " pertanyaan yang selalu di ajukan oleh orang yang tersadar dari pingsannya, mendengar pertanyaan itu Isran langsung memalingkan wajah ke tempat tidur. Athena duduk sambil melihat-lihat kamar besar yang kini ia tempati.

"Lihat, kau memang pantas. " Isran merasa sangat keras pada Athena.

"Ah, ya. Aku ingat. " baru ia bisa mengingat semuanya dengan baik. "Dan permintaan ku. "

"Silahkan, apa yang kau inginkan. "

Athena tampak memikirkan satu hal, "bolehkah aku memanggil kau Isran? " permintaan di luar dugaan Isran. Athena tersenyum,senyuman yang sangat manis.

"Tidak. Alih-alih memanggil ku Isran, kau harus memanggilku Daddy. "

Athena tampak sedikit kecewa, "baiklah Daddy. "

Walau panggilan itu tampak spontan entah mengapa membuat Isran sedikit canggung. Ada perasaan lain begitu Athena memanggilnya dengan sebutan itu, dan tanpa disadari Athena menjadi begitu berharga bagi Isran.

Dimulai dari hari ini, Athena akan belajar untuk menjadi penerus Camorra. Walau Isran sendiri harus menghadapi pertentangan dengan petinggi lain terhadap keputusan ini.

"Camorra milik-ku, dan ini adalah urusanku. Dan aku tidak meminta persetujuan kalian."

Semuanya bungkam mendengar hal itu, tak ingin menyulut kemarahan Isran. Motto Camorra mematuhi termasuk bentuk kesetiaan.

Dan akibat keputusan Isran yang memilih bocah 13 tahun sebagai penerus, membuat Athena harus mati-matian belajar memahami segalanya. Hal utama yang harus di ubah adalah sikap rendah diri yang ia miliki.

"Tegakkan tubuh, angkat kepala dan berjalan penuh wibawa. Agar tak ada yang meremehkan kan mu. "

"Dengar Athena, diantara semua orang-orang yang akan kau temui posisi mu yang tertinggi. Aku akan mewarisi semuanya kepadamu, jadi tanggungjawab yang akan kau pegang sangat besar. "

"Tapi aku tak menginginkan semua itu, " ujar Athena menundukkan kepalanya.

"Angkat kepalamu, jangan pernah menurunkan dagumu saat orang-orang berhadapan denganmu. "

Profesi ini bertentangan dengan kepribadian Athena.

"Kau tahu, kehidupanku sangat berbahaya dan aku butuh pewaris.. " ucapan Isran terhenti, ia baru memikirkan hal itu. Kehidupan yang seperti ini pastinya sangat berbahaya bagi Athena, lihat begitu kejamnya Isran. Kenapa ia tidak memikirkan dampak dari rencananya ini.

5 tahun berlalu begitu cepat, tumbuh menjadi seorang wanita yang akan beranjak dewasa. Kegiatannya selalu di isi dengan belajar, tak heran ia tumbuh dengan berbagai macam kemampuan. Ia juga mengikuti berbagai pelatihan di Redmond yang di ajari langsung oleh Flo, kemampuan nya benar-benar sudah matang untuk usia nya.

Semakin dewasa Athena maka semakin tua Isran, kini umurnya sudah tak muda. Athena sesekali membantu Daddynya itu untuk mengurus beberapa urusan yang berhubungan dengan perjamuan atau pertemuan.

"Senang bertemu dengan mu tuan Gale, " kink Athena tumbuh penuh dengan Wibawa dan kharismatik.

"Titip salamku untuk Isran. "

Besok merupakan hari pertama Athena masuk sekolah, ya sekolah. Benar-benar di luar bayangan Athena, hidupnya penuh dengan kejutan. Walau ini permintaan langsung dari Athena.

"Ini merupakan hari pertama mu sekolah bukan? " tanya Isran memastikan.

"Yes, Daddy. " ia hanya akan bersekolah selama setengah tahun, hanya untuk melihat seperti apa suasana sekolahan.

"Sepertinya perkembangan kau sangat pesat, Athena. "

Setelah menghabiskan sarapannya Athena berpamitan untuk bersekolah, dan Isran memerintahkan Tryan untuk mengawasi Athena. Wajar Isran sedikit khawatir, dan entah mengapa ia begitu mengkhawatirkan anak angkatnya itu.

"Wah, sekarang kau bertindak seperti seorang Daddy. " Fildan merasakan hal yang sama, merasakan perubahan sikap Isran yang sedikit melunak.

"Fil, apapun yang nanti terjadi padaku kau harus tetap melindungi Athena. "

Athena memang membantu pekerjaan Isran namun ia menolak untuk mewarisi pekerjaan itu, ia tak mau menerima harta maupun kekuasaan yang di miliki oleh Isran.

"Silahkan, masuk. " ucap seorang wanita yang sepertinya guru pengajar.

Langkahnya terhenti di depan sebuah ruangan, walau ia sudah mempelajari banyak hal selama beberapa tahun belakangan tetap saja dirinya tak bisa mengatasi rasa gugupnya.

Sekitar 20 lebih anak seusianya menatap dengan tatapan penasaran, tatapan yang berbeda ketika ia berumur 10 tahun. Ternyata seperti ini rasanya bersekolah.

"Athena Diera Zilgasta. " ucapnya sebagai perkenalan.

"Zilgasta? Bukannya itu nama keluarga kaya? "

"Wah, bukan anak sembarangan. "

Athena seketika menjadi pembicaraan dimana-mana, namun ia tak peduli. Selama hal itu tak mengganggunya ia tak akan peduli.

Ia sibuk mengamati sekolah tempatnya belajar, berkeliling melihat-lihat suasana sekolah. Jadi seperti ini. Batinnya begitu melihat gedung-gedung tinggi, ada satu tempat besar yang disebut aula, bagi Athena itu tempat yang sangat menakjubkan.

Ia sudah bosan dengan gedung-gedung VIP kelas atas, dan sekolahan memang impian Athena sejak dulu wajar ia takjub. Walau hanya setengah tahun ia berada disini atau mungkin kurang daei setengah tahun.

"Sepertinya aku tidak pernah melihatmu. Perkenalkan aku Revi." seorang anak perempuan dengan pakaian yang sedikit berantakan, ia sedang duduk di salah satu kursi yang tersedia di aula. Matanya sipit, layaknya orang yang baru bangun tidur.

"Athena. "

"Athena? Dewi perang, nama yang bagus. " dari penampilan dan alasan mengapa ia disini, sepertinya anak nakal.

"Kenapa kau disini? " tanya Athena.

"Dan kenapa juga kau disini? Bukannya masih sesi belajar? " Revi berbalik bertanya.

"Seperti yang kau katakan tadi, aku baru terlihat disini. " Athena pergi keluar dari aula, menuju taman belakang sekolah.

Sekolah ini merupakan sekolah elit yang diisi dengan berbagai tingkat. Dari sekolah dasar hingga Universitas, yang membedakan gedung sekolah dasar satu pekarangan dengan gedung sekolah menengah, sedangkan sekolah menengah atas satu pekarangan denga Universitas.

"Kau tahu Zilgasta? " Ramon yang merupakan teman satu kampus Juan. Yah, Juan masih bersekolah disana. Dari dasar hingga ia memutuskan untuk tetap menuntut ilmu disana.

"Zilgasta? " ia tampak familiar dengan nama itu.

"Iya, anaknya bersekolah disini. "

"Benarkah? Wah, pasti hidupnya nyaman sekali. " ujar Romeo, salah satu sahabat Juan.

Persahabatan mereka dikenal dengan J3R, sudah bersahabat dari kecil karena masing-masing orangtuanya saling mengenal.

"Dan kau tahu apa yang lebih epic? Anak itu seorang perempuan cantik. " Ramon menyikut pelan lengan Juan, agar anak itu merespon. Entah alasan apa Juan sangat anti dengan perempuan.

"Aku jadi mengingat pertama kalinya Juan berbicara hanya untuk menyelamatkan seorang anak gelandangan. " Ramon melihat langit-langit,membayangkan kembali waktu mereka masih sekolah dasar.

"Yah, aku masih mengingat ucapannya saat itu. Atau mungkin.. " Romeo menggantungkan ucapannya, memberi kesan dramatis.

"Apa-apa? " sahabatnya itu mendekat dengan penuh penasaran.

"Mungkin saja Juan masih menjomblo karena perempuan itu-"

"Nah lihat, pemikiran kita satu! " seru Romeo.

Juan tak menanggapinya hanya diam menatap suasana sekolah dari atas, mereka sedang berjemur di rooftop.

Begitu ia menatap ke arah taman belakang sekolah, pandangannya mendapati seorang perempuan tengah berdiri menatap kolam ikan yang berada di tengah taman. Perempuan berambut sebahu dengan warna kulit yang kuning langsat. Tatapan Juan tak sekalipun teralih menatap perempuan yang sepertinya tak pernah ia lihat.

"Hei, " Revi datang menghampiri teman-teman nya, di perkumpulan ini ia termasuk paling muda. J3R, R terakhir adalah Revi.

"Kau bolos lagi? Dasar, " Romeo menyentil kening Revi dengan kuat, membuat perempuan berandal itu meringis kesakitan.

"Kau lihat apa? " Ramon menyadari arah padangan Juan yang tampak sedikit berbeda.

Juan refleks mengalihkan pandangannya, tak mau mengakui bahwa ia sedikit terpesona dengan perempuan yang berdiri di tengah taman.

"Kenapa dia? "

"Ku tak tahu. " Romeo mengangkat bahunya tidak tahu.

<<<<

Tryan bertugas mengawasi Athena, membawa mobil menuju sebuah Villa dimana ia akan berlatih kuda.

"Kau akan semakin sibuk. " sebenarnya ia tak terlalu menyetujui keputusan Athena untuk masuk sekolah.

"Sepertinya aku membutuhkan asisten. " ucap Athena yang terdengar seperti gurauan, jarinya masih sibuk memainkan iPad membaca beberapa berita yang tengah terjadi.

Mereka tiba, Villa megah yang merupakan hadiah tahun lalu yang di berikan oleh Isran. Begitu Athena keluar dari mobil, ia langsung di sambut oleh seorang laki-laki tinggi yang sepertinya dua tahun lebih tua dari Athena.

"Siapa? " tanya Athena pada Tryan.

"Sean, asisten pribadi mu. Dan tugas ku selesai hari ini, sampai jumpa. " Tryan menjawab pertanyaan Athena lalu pergi menancap gas.

Brrumm..brumm.. Mobil itu menjauh dari pandangan Athena, meninggalkannya.

"Nona-"

"Panggil aku Athena, " ucapnya, sambil melangkah memasuki villa. Awalnya ingin berlatih kuda namun sepertinya berlatih menembak lebih baik.

Dorrr..suara tembakan yang terdengar sangat keras, mengenai sasaran dengan tepat. Athena ditemani asisten pribadinya yang selalu Setia di samping nya, saat ini mereka berada di lapangan menembak.

"Apakah kau mempercayai ku? " pertanyaan Athena membuat Sean menoleh.

"Ya, saya mempercayai anda. " jawabnya dengan bahasa yang formal.

"Jika kau mempercayaiku apakah kau percaya aku tak akan membunuh mu? " Athena mengarahkan pistolnya ke arah Sean. Namun Sean tetap diam berdiri tegak, tanpa berkedip sekalipun.

<<<<